Pendekar Pemburu Iblis
Diruangan yang gelap dan pengap itu oamin menangis sejadi jadina. Ia mencoba terus berteriak memanggil nama Arsyin yang tidak lain adalah kakak kandung nya sendiri. Namun meski suaranya sudah sangat parau pertolongan itu tak juga tiba.
"Huwaaa Kak Arsyin tolong aku! " Teriakan nya membal dibalik lakban diruangan sempit dan gelap itu.
Kali ini gadis manis bermuka cina itu menekuk kedua kakinya dalam tangisan. Ia merasa putus asa dan berpikir bahwa tidak lami lagi mungkin ajal akan membekap tubuhnya di ruangan ini karena kehabisan nafas.
*****
Sementara dilain tempat Jam di dinding kelas menunjukan pukul 14:31 Seorang lelaki berambut cepak, kurus dan bermata sipit yang berada di deretan bangku paling belakang terlihat sangat resah seharian tadi.
Tangan nya mencoret-coret tidak jelas buku bigbos yang berada di antara kedua tangan nya itu, sedang di depan nya Seorang dosen yang usianya sudah tidak terlalu muda nampak anteng menggelar pelajaran ilmu filsafat hidup.
"Bahwa, kehidupan itu dipersiapkan menuju kematian, Tapi kita tidak akan pernah benar-benar mati. Tanggung jawab itu akan tetap hidup bahkan setelah kita mati sekalipun tanggung jawan itu akan tetap hidup sebelum kita di kumpulkan kembali" Ucap pak guru dengan suara serak dan nafas agak sesak mirip mirip pak karni liyas.
Dari 25 murid yang berada dikelas itu hampir keseluruhan nya nampak menyimak dengan serius. Namun Dosen tersebut tau bahwa ada Satu murid berwajah asia mutlak yang berada dideratan bangku paling belakang dari sepanjang pelajaran nya dimulai murid tersebut sama sekali tidak mencatat ataupun menyimak dengan sungguh-sungguh teoritis Filsapat nya.
"Baik, bisakah kamu jelaskan ulang kedepan rangkuman pelajaran kita pada sore hari ini" Ucap pak dosen, tangan nya menunjuk lurus ke deretan bangku paling belakang. Hingga membuat mimik muka siswa atau orang yang ditunjuk tersebut seketika memerah dengan gelagat tubuh yang terlihat bingung.
"Ma, Maaf pak saya kurang konsentrasi" Timbalnya dengan gugup.
Pak dosen filsapat seketika berjalan kearah nya lalu mengambil buku yang berada di sela-sela tangan nya. Pemandangan tersebut lantas menjadi titik pusat seisi kelas.
"Baik, kita semua paham kan sore ini bukan pelajaran seni rupa" Suara khas pak dosen menggema di seisi kelas dengan mengacungkan buku milik siswa tersebut.
"Saya mungkin marah, tapi saya menyukai gambar anda, jam pulang nanti saya tunggu diruangan saya" Ucapnya pelan menambahkan, dengan sorot mata yang dingin dan tajam.
Puluhan pasang mata yang melihat kejadian itu seketika berpura-pura tidak mendelik bahkan hingga pak dosen tersebut kemudian mengumumkan kepada semuanya bahwa waktu belajar sudah berakhir padalah masih ada sekitaran setengah jam an lagi menuju pelajaran usai. Namun tidak ada yang berani menyangkal atau komplen karena keputusan nya alih-alih mereka semua terlihat senang mengingat jam pelajaran Filsapat adalah mata pelajaran yang paling rumit dan menguras pikiran.
.......
(Ruangan Dosen Filsafat)
Poto Albert einsten dan Pimpinan tertinggi Nazi Adolf hitler terlihat menggantung cukup besar di sudut ruangan dengan bingkai berwarna cokelat tua.
"Duduklah, saya ingin mengobrol santai bukan obrolan yang canggung" ucapan itu terlontar menyambut kedatangan salah satu muridnya itu yang belum juga berhenti memasang wajah gugup.
"Siapa nama anda?"
"A, Ar.. Arsyin pak"
"Baik, Arsyin anda tahu Saya dosen Filsafat?"
"Iya pak, Maaf.."
"Hehe.." Dibalik bingkai kacamata matanya terlihat menyeripit kecil sedang senyum di mulutnya terkesan menyembunyikan sesuatu yang janggal.
"Saya tidak menyalahkan ketidak fokusan anda, saya hanya ingin tau apakah anda sedang dilanda masalah keluarga yang hebat? Mungkin dengan bercerita dengan saya bisa sedikit mengurangi keresahan anda"
Kalimat yang keluar dari dosen nya itu seketika membuat mata Arsyin terbelalak lebar seakan tidak percaya bahwa pria tua tersebut bisa mengetahui salah satu masalah paling detail dan sangat rahasia di dalam kehidupan nya.
"Arsyin, anda tidak tahu bahwa masalah yang pernah saya hadapi waktu seusia anda jauh lebih berat"
"Saya adalah orang yang tidak di inginkan lahir kebumi oleh kedua orang tua saya, bahkan saya pun tidak mengetahui yang mana bapak saya itu sebenarnya. Saya adalah seorang lelaki yang waktu seusia anda menyaksikan dengan kedua mata saya sendiri bahwa seorang ibu yang mulia derajadnya tengah di hinakan oleh pria hidung belang dirumah saya sendiri hanya demi membiayai kuliah saya"
Kali kedua Arsyin tidak mempercayai apa yang di lontarkan oleh pak tua bergelar dosen yang saat ini duduk di depan nya. Asap roko yang mengepul diantara mulutnya itu mengalihkan sudut mata Arsyin hingga memberanikan diri melirik wajah keriput yang menjadi saksi ribuan pengalaman hidup pernah dilalui oleh orang tersebut.
"Ayo berceritalah Arsyin, Anggap saja saat ini saya seorang konsultan human terapy pribadi anda" Ujarnya memantik Arsyin.
******
"Arghhh"
Ditengah kesakitan dan air mata yang berderai tidak berhenti perempuan cina itu mulai mengingat tuhan nya. Meski lehernya terasa di cekik oleh pengap mulutnya tidak berhenti komat kamit membaca doa diselingi dengan menyebut nama kakaknya.
"Kak, Kak Arsyin.. arghh"
"Drapp, Drap Drap"
Suara langkah terdengar menggema dari luar membuat wajah Oamin seketika bergeming kegirangan. Dalam ayal nya ia berharap bahwa langkah tersebut adalah Arsyin kakaknya yang datang menyelamatkan nya. Hingga derap kaki itu terdengar semakin mendekat Oamin serasa menemukan bahwa kejaiban doa dalam keterpurukan itu benar-benar bisa dibalas secara instan oleh sang khalik.
Pintu Yang berada di depan nya terdengar berderit. Meski kedua mata serta kedua tangan Oamin dilakban, suara langkah orang yang berjalan kearah nya mulai terdengar makin jelas.
"Kak, Kak Arsyin.." Ucapnya diantara mulut yang dibekap.
Tangan kekar yang dingin lalu terasa menggemgam kedua kakinya membuat detak jantung Perempuan cina itu seketika menyimpulkan bahwa yang datang tersebut bukanlah kakak kandung nya.
"Srakkk"
Sebelum Perempuan cina itu berpikir jauh tiba-tiba saja tubuh mungil nya itu diseret paksa oleh orang yang entah siapa.
Punggung nya yang tertutupi hoodie berderit dengan lantai, Jantung nya semakin berdenyut tidak karuan bahkan ia bisa merasakan bahwa saat ini ia sudah keluar dari kotak pengap tersebut.
Tubuhnya meronta-ronta mencoba melarikan diri dari genggaman kasar tangan kekar yang menarik kedua kakinya itu namun semakin keras oamin berusaha melarikan diri semakin menjadi jadi pula tangan tersebut menggusur paksa tubuh oamin.
Oamin mulai pasrah dengan keadaan, saat ini ia merasakan dingin perlahan mulai menembus hodie miliknya. Ia juga mendengar di sisi kanan dan kirinya suara manusia menjerit-jerit lantang seoalah menahan sakit.
"Dimana ini?" ucapnya dalam hati.
Yang tak lama kemudian tangan kasar itu menjerembabkan tubuh nya hingga tengkurap lalu membuka lakban yang mengikat tangan membekap mata dan mulutnya. Seketika Oamin terkejut bukan kepalang karena ia mendapati dirinya berada di sebuah tempat asing seperti Laboratorium dengan deretan manusia yang meronta-ronta didalam sebuah tabung kaca yang besar yang berisi cairan berwarna kekuning-kuningan dan cairan itu seperti hendak menegelamkan orang yang berada dialamnya. Orang berada di dalam tabung itu semakin menggeliat dan berteriak kesakitan takala Benda tajam berbentuk panjang seperti puluhan jarum masuk dan menusuk kesekujur tubuhnya.
(Bersambung Ke Part 2)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
akang cras
keren banget sumpah, bahasa yang dikeluarkan nya beda sama novel novel fantasi lain. mangatzz thorr yaaaa
2024-11-15
0
RASA TERDALAM
hay kak ikuti aku balik ya jangan lupa like novel ku ya 😊
2024-11-15
0
Delita bae
salam.kenal jika berkenan mampir juga😇👋👍💪🙏
2024-11-15
0