Kevin yang awalnya playboy dan tidak percaya dengan cinta, dan selalu mempermainkan wanita. Hal itu terjadi Karena keluarganya yang hancur. Namun kini kepercayaan itu kembali muncul ketika ada satu wanita yang membuatnya jatuh cinta dengan wanita yang berbeda.
"sejak kapan Lo ada disitu?" Tanya Aura kasar pada sosok paling menyebalkan di depannya itu.
Kevin pun tersenyum miring. "Santai dong! Gue kan cuma nanya! Lo jadi cewek bodoh banget bikin gue tertarik aja." Balas Kevin
Simak terus kisah kelanjutannya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. isi chat bikin semangat
Pukul 02.00 pagi.
Kini Kevin telah keluar dari rumah sakit. Ia baru saja menghabiskan infusnya. Dokter menyarankan untuk pulang besok pagi saja. Namun Kevin menolak, ia ingin segera pulang ke rumah untuk bertemu dengan papanya.
Kevin Sangat penasaran bagaimana bisa papanya itu datang ke arena balapan?
Karena selama ini papanya tau dirinya anak nakal tapi tak pernah datang seperti tadi. Jadi untuk apa?
"Lo mau pulang ke markas apa ke rumah Vin?" Tanya Reyhan yang berniat untuk mengantarkan Kevin.
"Ke rumah aja. Disana ada bibik yang bisa ngurus gue." Sahut Kevin dan di setujui oleh teman-temannya.
"Oke kalau gitu kita antarin Lo sampai ke rumah." Sahut Arya
Dan ke empat orang itu termasuk Kevin, Arya, David dan Reyhan saling membonceng. Kevin dengan Reyhan dan Arya dengan David. Kini mereka telah menunju ke rumah Kevin.
Setelah 15 menit berkendara, mereka telah sampai di rumah Kevin. Kevin turun dari boncengan Reyhan.
"Thanks." Ucap Kevin pada ke tiga temannya.
"Kalau Lo minta di jemput lagi gue akan jemput Lo." Ucap Reyhan.
"Iya. Lo nggak usah sungkan-sungkan sama kita." Sahut David
"Kita suka Lo repotin Vin." Sahut Arya.
Mereka bertiga tau kalau tadi Kevin melihat papanya. Dan tentu saja mereka tau kalau Kevin tak pernah Akur dengan papanya. Sebab itulah Kevin membeli rumah yang di jadikan Markas. Jadi tak perlu repot-repot berdebat di rumah dengan sang papa. Ia bisa pulang ke rumah keduanya.
"Tenang aja! Gue akan baik-baik aja." Balas Kevin. Lalu ia melangkah masuk ke gerbang rumahnya. Dan satpam yang sedang berjaga itu tentu saja tau dan segera membukanya.
"Baru pulang den?" Tanya pak Tanto.
"Iya pak. Papa di rumah?"
"Iya. Udah pulang dari tadi."
"Yaudah kalau gitu saya masuk dulu."
"Iya den."
Kevin pun berjalan mendekati pintu rumahnya.
Ceklek!
Pintu di buka dan pandangan pertama yang Kevin lihat adalah papanya yang tengah berhadapan dengan laptopnya serta ada beberapa kertas di atas meja sana.
Dan bisa di pastikan bahwa papanya sedang bekerja. Atau menunggunya pulang hanya untuk memarahinya.
Kevin menutup kembali pintunya. Lalu matanya berhadapan langsung dengan sang papa.
"Apa yang kamu lakukan Kevin? Kamu benar-benar mengecewakan papa!" Ucap papa Dani dengan emosi. Ia sudah menunggu anaknya pulang hanya untuk memarahi putranya itu.
"Ngapain papa disana? Mau marahin Kevin di sana?" Ucapnya terdengar santai namun juga emosi.
Mendengar jawaban Kevin membuat papa Dani memijat pangkal hidung nya. Sangat pusing mendidik seorang anak seperti Kevin ini.
"Papa tadi mau pulang, dan melewati jalanan yang ramai. Kamu pulang kamu sudah keluar dari geng motor. Dan papa ingin mengecek disana ada apa, ternyata ada balap liar. DAN TERNYATA KAMU MEMBOHONGI PAPA!" Ucap papa Dani membentak di akhir kalimat.
Kevin pun ikutan marah. Orangtuanya ini memang tak pernah bisa kalau tidak marah padanya.
"Siapa yang bohongin papa? Memang kenyataannya Kevin sudah keluar dari geng motor. Ya tapi beberapa kegiatan memang masih aktif."
"Lagi pula balapnya bukan di jalan sembarangan kok. Kita punya jalan khusus untuk balapan. Buktinya papa juga bisa lewat kan? Papa jangan kayak orang kolot gitu dong." Ucap Kevin berusaha menjelaskan semuanya pada papanya. Entah papanya percaya atau tidak yang terpenting ia tidak berniat membohongi orangtuanya.
Namun perkataan Kevin di akhir kalimat itu mampu membuat Dani marah. Ia berjalan mendekati Kevin lalu menampar sebelah pipi Kevin.
Plak!
Siapa yang tak marah orangtuanya di katain kolot? Padahal balap liar memang tidak bagus dan berbahaya untuk diri sendiri. Apalagi yang ikut balap liar adalah anaknya sendiri.
"JAGA UCAPAN KAMU KEVIN! KOLOT KATAMU? KAMU PIKIR BALAP LIAR ITU TIDAK BAHAYA? APA COBA UNTUNGNYA? SAKIT KAYAK GINI!!!!" Dani benar-benar marah pada anaknya.
Kevin hanya diam dan tersenyum getir. Tamparan dari sang papa sudah sangat biasa untuk dia terima.
"Yaudah kalau nggak mau di katain kolot. Di kasih tau apa untungnya juga papa akan anggap itu remeh." Ucap Kevin lalu pergi meninggalkan ruang tamu dan beranjak ke kamarnya.
"KEVIN! PAPA BELUM SELESAI BERBICARA!" Teriak papa Dani namun tak di gubris oleh Kevin.
Hufffff..... Papa Dani semakin pusing. Ia menjatuhkan tubuhnya di kursi dan meneguk air putih di atas meja itu.
Sengaja papa Dani kerja sampai tengah malam sembari menunggu Kevin datang. Dan memang tujuannya untuk memarahinya anaknya yang terus-menerus menjadi berandalan.
Papa Dani tidak mau punya anak brandalan karena ia pikir itu sama sekali tak ada gunanya. Papa Dani mau Melihat anaknya menjadi anak yang baik dan bisa meneruskan perjalanan bisnisnya.
Karena tak mungkin juga papa Dani akan terus memegang perusahaan nya sendiri. Dan Kevin adalah satu-satunya harapannya karena memang satu-satunya anaknya.
Di dalam kamar.
Kevin berjalan menuju ke balkon. Lalu ia menyalakan batang rokok nya. Menyesapnya lalu menghembuskannya.
"Aahhh... Bangsat!" Umpatnya.
Entah sampai kapan ia tak pernah akur dengan papanya. hatinya begitu sakit setiap kali menginjakkan kaki di rumah tak pernah ada kata lembut yang keluar dari papanya untuk dirinya.
Kevin terus menyesap rokoknya lalu menghembuskannya begitu saja. Dan terus seperti itu sampai ia merasa tenang.
Pukul 3 pagi. Kevin baru merasa lebih tenang setelah melewati emosi bersama papanya. Ia menutup jendela balkonnya karena angin pun semakin dingin.
Ia beranjak ke kamar mandi untuk menggosok giginya lalu ke kasurnya dan mulai mematikan Lampunya dan mencoba untuk memejamkan matanya.
Karena rasa sakit yang ia alami dan ada rasa lelah juga. Tak membutuhkan waktu lama Kevin sudah menuju ke alam mimpinya.
Pagi harinya.
Pintu kaca yang tidak di tutupin okeh gorden membuat cahaya matahari menembus ruangan. Di tempat yang sama, di kamar Kevin. Kevin lupa untuk menutup gordennya semalam.
Alhasil cahaya itu menembus ruangan dan menganggu tidurnya. Kevin menyipitkan matanya yang terasa silau.
Ia mengusap-usap matanya lalu kemudian ia berjalan tertatih menuju ke pintu kaca tersebut dan menarik gordennya agar tak silau.
Lalu kemudian ia kembali menidurkan tubuhnya ke ranjang. Memang tak ada niatan untuk masuk sekolah hari ini. Rasa sakit di tubuhnya itu membuatnya malas. Harusnya Kevin bisa saja masuk sekolah tapi rasa Perih di tangan dan kakinya yang tergores aspal itu membuatnya malas mandi pagi-pagi.
Pasti perih kan... Nggak mungkin juga Kevin sekolah nggak mandi.
Klunting!
Ponselnya tiba-tiba menyala membuat Kevin kembali membuka mata dan melihat siapa yang mengirimkannya pesan.
Sudut bibirnya seketika tertarik ke atas. Ada rasa getar-getar juga dalam tubuhnya saking bahagianya.
08xxxxxxxxxx
Gue Aura. Hapus foto itu kalau Lo nggak hapus temui gue di belakang sekolah!
Entah apa yang di rasakan Kevin saat ini. Yang pasti dirinya kesenangan mendapatkan chat seperti itu.
Jatuh cinta? Nggak tau lah. Kevin pun tak tau. Ini hanyalah senang karena Aura akhirnya bisa lebih dekat? Atau apa. Tapi ini rasanya beda dengan taruhan yang kemarin-kemarin dengan teman-temannya.
"Yes, gue nggak nyangka bakal semulus ini." Ucapnya langsung bangkit.
Karena chat itu ia tak lagi malas. Tak jadi bolos juga. Justru Kevin semangat. Ia pun segera membersihkan tubuhnya dan langsung mengenakan seragam sekolahnya. Sejujurnya Kevin bisa melawan rasa sakit atau perih luka yang ada di tangannya atau pun kakinya. Hanya saja MALAS!
Setelah semuanya siap, ia pun langsung menuruni anak tangga. Di situ ada seorang bibik yang bekerja di rumahnya.
"Astaga den, kenapa?" Pekik bik Sari terkejut melihat kondisi Kevin.
"Jatuh bik, tapi nggak papa. Minta tolong buatin roti ya bik, sama susu. Dua porsi bawain bekal aja." Ucap Kevin dengan sopan.
"Astaghfirullah.... Lain kali hati-hati den. Baik bibi buatin susu sama roti dulu." Ucap bik Sari.
Kevin duduk dengan mengotak-atik ponselnya untuk memesan ojol. Karena di rumah ini sopirnya hanya satu yaitu khusus untuk papa Dani.