.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
datang
.
.
.
"dari mana kamu dapat uang sayang? ". tanya Dewi tak percaya melihat jumlah uang yang dimiliki Putrinya.
"sebenarnya Arka memberi Nana uang Ma, dan Nana menyimpannya katanya upah karna sudah mengobati serta menyembuhkan lukanya". jawab Nana tersenyum kecil.
"tapi kenapa Mama tidak tau kamu terima uang darinya? ". tanya Dewi
"Nana berpikir Mama tidak akan suka jadi Nana menyembunyikannya". jawab Nana tersenyum kikuk.
Dewi menghela nafas panjang, percuma juga marah karna sebenarnya Devano hanya membayar dokter saja, Dewi akui putrinya sangat ahli dibidang pengobatan bahkan tangannya disebut tangan dewi dan ada yang sebut tangan dewa hingga bisa menyembuhkan penyakit apapun.
"Mama..? bukankah Mama tau kalau Nana ini seorang dokter.. hehe.. Nana hanya terima upah saja, mengeluarkan 3 peluru dari tubuhnya tidak mudah Ma, Nana juga minta biaya kamar yang dijadikan tempat tidurnya selama beberapa hari hingga Nana tidur dilantai".
"kamu memerasnya sayang? ". tanya Dewi tak percaya putrinya bisa melakukan hal itu.
"Ma..? karna dia adalah tunangan wanita yang Mama benci jadi Nana memerasnya, enak aja dikasih hati". jawab Nana mendumel kesal
Dewi tertawa pelan, akhirnya ia percaya bahwa Putrinya hanya mengerjai Pria itu saja padahal yang sebenarnya tidak seperti itu, memang Arka yang memberinya uang itu tentu saja Nana tidak akan menolak rezeki terlebih lagi jumlah uangnya sangatlah banyak.
Dewi dan Nana mendapatkan kontrakan kecil, lebih nya Uang Nana diberikan pada Dewi untuk biaya hidup.
"Mama yakin kita tinggal disini? ". tanya Nana sekali lagi memutar kepalanya melihat Rumah yang kini mereka tempati adalah Rumah yang paling terpencil.
"bagus kan? setidaknya ada kamar tertutup untuk menjadi tempat tinggal Aa". jawab Dewi tersenyum lembut melihat kuda Nana sibuk makan diujung pandang.
"ya udah.. kalau begitu Nana akan mencari pekerjaan". senyum lebar Nana.
"tidak bisa sayang, disini pekerjaan pakai ijazah sementara kamu tidak punya". tolak Dewi
Nana tersenyum lebar, "Nana sangat hebat Ma..! Nana bisa menguasai apapun dalam sekali lihat jadi untuk apa Ijazah? ".
"mama tidak ingin kamu mengungkapkan kelebihanmu itu nak, mama tidak suka kalau sampai ada yang tau dan kita harus kabur lagi karna kamu tidak mau menikah dengan Orang itu". omel Dewi
Nana mengerucutkan bibirnya, "iya Ma..! kalau begitu Nana jalan-jalan aja ya? ".
"ya sudah.. nanti sore balik ya? jangan sampai kesasar". peringatan Dewi
Nana mengangguk patuh, ia pun berjalan tenang meninggalkan kawasan tempat tinggalnya.
"Mama pasti tidak tau kalau Wanita itu sudah pindah ke Jakarta bukan dibandung lagi". gumam Nana pelan yang tau Tunangan Arka tinggal di Jakarta.
ditepi jalan
Nana mencari mobil dan melihat Taksi, "aah.. Ini Taksi". Nana melambaikan tangannya
Nana segera masuk ke mobil itu dan mengeluarkan sebuah kertas ke Supir taksi.
"bisakah antar saya ke alamat ini Pak? ". pinta Nana
"aeeeh...? in.. ini tempat tinggal Tuan Arkatama kan Non? ". tanya Si supir tergagap
"Eeh..? iya pak.. Iya.. Arka, saya ingin bertemu dengan Tuan Arka eh.. Tuan Vano". Nana tersenyum lebar
"baiklah Non.. tapi saya hanya bisa antar didepan gerbang saja ya? ". kata supir
Nana yang tidak faham hanya mengangguk-ngangguk, Nana bukan mencintai Arka tapi bagaimanapun Nana butuh bantuan Arka dengan pinjam teknologi komputernya supaya bisa melacak keberadaan Papanya.
.
"hanya disini Nona". kata si supir
"berapa Pak? ". tanya Nana
Nana membelalak mendengar jumlah uang yang harus ia bayar, "kenapa mahal sekali Pak? ".
Si supir menunjukkan alat penghitung didepannya pada Nana, dengan terpaksa Nana memberikan semua uangnya hingga dirinya tidak lagi memegang uang.
"sepertinya aku harus minta uang lagi sama Arka nanti". gumam Nana pelan dan hal itu malah membuat si supir taksi terbatuk-batuk seketika.
"siapa gadis ini? kenapa dia mudah sekali minta uang pada Tuan Muda Arkatama? apa dia kekasih nya? tapi bukannya Tuan Muda itu telah bertunangan? ". batin sisupir
Nana keluar dari taksi itu dan berjalan ke arah pagar tinggi Mansion tempat tinggal Devano.
"apa ini memang alamatnya pak? ". tanya Nana dengan sopan pada satpam yang berjaga
"eeh..? iya Non.. Non siapa ya? ". tanya si satpam dengan sopan
"bisa tolong panggilkan Arka? ". pinta Nana
"Eh..? A.. arka? ". beo mereka yang tidak tau siapa yang dipanggil Arka
memang benar Devano disebut Tuan Muda Arkatama tapi tidak ada yang memanggil Arka melainkan Vano atau Devano.
"ooh.. Kalian tidak tau ya? Tuan Muda Devano". ralat Nana membenarkan ikat rambutnya.
mereka saling pandang tidak mengerti, namun terlihat ragu membiarkan Nana masuk karna bertemu dengan Devano tidaklah mudah sebab Nana bukan perempuan pertama yang ingin menjumpai Devano.
"apa kalian tidak punya telfon? katakan padanya Nana datang". Nana bertepuk tangan didepan mereka yang melamun hingga tersadar
walau tidak percaya, salah satu satpam pun mencoba menghubungi Vano hingga tak berapa lama gerbang langsung terbuka hingga kedua satpam terbelalak dengan mulut terbuka lebar.
Nana? dia masuk tanpa berbicara Nana berjalan mengikuti jalan mewah yang dikelilingi banyak pohon rindang.
sementara kedua satpam Buru-buru menutup pintu dan berkumpul,
"siapa Nona cantik itu? ".
"tidak tau, saat aku beritau Tuan muda kalau Nona Nana mau menemuinya Tuan Muda langsung membukakan pintu gerbang otomatis untuknya".
mereka mulai bergosip karna ini pertama kalinya Vano membukakan sendiri gerbang otomatis untuk perempuan, bahkan tunangannya sendiri pun tidak pernah tuh gerbang dibukakan otomatis oleh Vano.
Nana terkejut melihat kedatangan sebuah mobil bawa barang, "silahkan naik Nona..! perjalanan anda masih jauh". ucap Pria itu dengan sopan pada Nana
Contoh nya
Jika Vano sendiri yang memintanya menjemput Gadis ini pasti ia sudah tau lah kalau Nana gadis yang spesial bagi Tuannya.
Nana pun menurutinya, ia memang merasa jalan yang ia tempuh tidak ada habisnya bahkan tidak melihat ada rumah disekitarnya.
"ini Rumah berapa hektar Sih? jauh sekali Rumahnya ke dalam". gerutu Nana dalam hati.
Diah terlonjak kaget melihat Vano berlari seperti angin melewatinya, "ada apa dengan anak itu? apa ada tamu istimewa? ". gumam Diah berlari kecil mengikuti Vano.
Diah mengintip dibalik pilar seperti seorang mata-mata saja.
Diah melebarkan matanya melihat seorang gadis turun dari mobil angkut paketan milik putranya, siapa gadis itu hingga Vano meminta supir nya menjemput gadis itu,
"siapa dia? apa Celinne? tapi tidak mungkin". gumam Diah celingukan tidak bisa melihat wajah gadis itu.
Vano berlari ke arah Nana, "kamu datang Nana?". senyum lebar Nana.
Nana turun dari mobil itu bukannya menyambut tangan Vano malah mendongak menatap takjub Rumah Vano yang ia sumpah serapahi karna tidak juga sampai kesini sebab terlalu jauh dari gerbang utama tadi, tak disangka Rumah Vano sangat megah.
Vano terkekeh menarik tangan Nana dan memeluknya hingga pak Sabar (Supir Vano) membelalak melihat arah lain.
betapa syoknya Diah melihat putranya memeluk seorang gadis, ia dengan cepat berlari ke arah Vano hendak memarahi gadis itu namun tak disangka oleh Diah gadis itu menendang tulang kering Vano hingga putranya itu terjingkat-jingkat kesakitan, otomatis melepas pelukan itu.
"hah?? ". Diah melongoh melihat paras gadis cantik itu.
"Nyonya Shinta? ". batin Diah
.
.
.
tapi lanjut