Namanya Erik, pria muda berusia 21 tahun itu selalu mendapat perlakuan yang buruk dari rekan kerjanya hanya karena dia seorang karyawan baru sebagai Office Boy di perusahaan paling terkenal di negaranya.
Kehidupan asmaranya pun sama buruknya. Tiga kali menjalin asmara, tiga kali pula dia dikhianati hanya karena masalah ekonomi dan pekerjaannya.
Tapi, apa yang akan terjadi, jika para pembenci Erik, mengetahui siapa Erik yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hinaan Yang Sering Datang
"Namira! Namira, yuhhu!"
Sebuah suara terdengar dari halaman rumah sederhana. Namira yang masih betah dengan posisi berbaringnya nampak terperanjat begitu mendengar namanya dipanggil.
"Siapa?" tanya Castilo yang masih setia duduk di tepi ranjang.
"Bukan urusanmu," jawab Namira ketus.
Castilo hanya bisa menahan nafas untuk terus bersabar menghadapi wanita yang amat sangat dia rindukan.
Namira bergegas turun dari ranjang lalu keluar kamar menemui orang tersebut. Castilo pun mengikutinya.
"Mobil siapa nih, Nam? Apa ini mobil langgananmu?" tanya orang itu dengan santainya begitu wanita yang dia cari muncul di hadapannya.
Namira menghela nafasnya. "Ada apa, Pak?" Namira memilih mengabaikan pertanyaan orang itu dan dia malah melempar pertanyaan yang membuat laki-laki itu tersenyum penuh arti.
"Nggak usah pura-pura tidak tahu. Aku ke sini mau nagih jawaban kamu," tanya pria itu mencoba mendekati Namira.
Namira segera menghindar. "Jawaban apa?" wanita itu malah nampak begitu heran.
"Nggak usah pura-pura deh, Nam. Bukankah kamu sendiri yang bilang sama anak buah saya, kamu mau menikah dengan saya asal utang kamu lunas?" ucap pria itu sambil cengengesan.
Namira terperangah. Di saat dia hendak menyangkalnya, Castilo muncul. "Siapa yang bilang Namira mau menikah sama kamu? Jangan mimpi!"
Pria itu gantian terperanjat. Matanya menatap Castilo dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lalu tak lama setelahnya pria itu menyeringai, menatap Namir dengan sinis.
"Apa dia laki-laki langgananmu, Nam? Seleramu bagus juga. Pantes, kamu selalu nolak saya untuk di sahkan. Ternyata ..."
"Apa maksud ucapan kamu, hah!" Castilo langsung mencengkram leher pria itu.
Namira, Erik, Alex, serta beberapa tetangga yang kebetulan ad di sana, ikutan kaget dengan apa yang dilakukan Castilo saat ini.
"Apa! Aku cuma bicara fakta. Namira itu sering bersama pria-pria ..." pria itu malah membari jawaban yang seakan menantang Castilo.
"Jangan nuduh sembarangan kamu!" Namira nampak tak terima, lalu dia menatap Castilo. "Lepaskan dia! Kamu gila apa! Dia bisa mati!"
"Aku akan melepaskan orang ini, kalau dia minta maaf sama kamu," ucap Castilo.
"Jangan gila, kamu!" bentak Namira, frustasi.
"Enak aja kamu nyuruh aku minta maaf. Semua orang di sini juga tahu kalau Namira itu suka gonta ganti laki-laki. Makanya, dia nggak pernah mau diajak nikah," meski tercekik, pria itu masih saja menguji kesabaran Castilo.
Castilo mendorong tubuh pria itu hingga menempel pada dinding rumah.
"Dengar kan ucapanku baik-baik, bedebah! Namira tidak mau menikah karena dia masih sah menjadi istriku, paham!"
"Apa!" Pria itu terperanjat. Namun tak lama setelahnya, dia menyeringai. "Nggak usah sebegitunya melindungi Namira. Dia itu ..."
"Nggak usah banyak mulut!" bentak Castilo penuh intimidasi. "Alex! Panggil orang-orang kita untuk menghancurkan rumah ini dan bayar ganti rugi sekaligus utang-utang Namira pada pria kurang ajar ini."
"Apa!" Semua yang mendengar perintah Castilo kembali dibuat terperanjat.
"Kamu kalau ngomong jangan sembarangan!" Namira malah tak terima.
Namun Castilo nampak acuh. "Erik! Kemasi barang-barang kamu dan ibumu! Kita pergi dari sini!"
Erik yang sedari tadi diam karena bingung hendak melakukan apa, langsung tergagap mendengar perintah pria yang ternyata ayahnya.
"Cepat, Erik!" bentak Castilo menggelegar.
"Maksud kamu apa!" Namira semakin tak terima. "Aku tidak sudi pergi dari rumah ini!"
Castilo menatap tajam Namira, lalu dia menghempaskan tubuh pria yang dia cengkram dengan kasar sampai pria itu merintih kesakitan.
"Dan aku tidak akan tinggal diam, jika ada yang menghina istri dan anakku,mengerti!" Castilo tak mau kalah dalam hal ini.
"Itu sudah hal biasa buat kami. Kamu nggak perlu repot-repot! Jangan seakan-akan kamu itu pahlawan untuk aku dan dan anakku!" Namira pun semakin sengit sikapnya.
"Dan kebiasaan itu mulai sekarang akan hilang! Aku nggak peduli, semarah apapun kamu, kamu dan anakmu harus ikut saya!"
"Nggak sudi!"
Castilo benar-benar menahan kesabarannya. Diluar dugaan, pria itu melakukan sesuatu yang membuat semua mata kembali terperanjat melihatnya.
"Apa yang kamu lakukan! Turunkan aku, bedebah!"
Tapi Castilo tak peduli. Dia semakin erat mengangkat tubuh Namira. "Alex, kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan?"
"Siap, Tuan!" jawab Alex.
"Lepaskan aku, bedebah! Lepaskan!" Namira berusaha memberontak. Namun sayang ukuran tubuh dan tenaganya yang tidak sebanding, membuat Namira kesusahan untuk melepaskan diri.
Castilo memasukan tubuh Namira ke dalam mobil dan menguncinya. Pria itu juga segera masuk, lalu menyalakan mobil.
"Keluarkan aku! Castilo!"
Seberapapun keras usaha Namira untuk memberontak, semakin membuat Castilo semangat untuk melawannya.
"Erik, cepat, kemasi barang-barang kamu," titah Alex.
Erik agak tersentak. "Emang Ibu mau dibawa kemana, Tuan?"
"Ibumu dibawa ke tempat yang aman. Cepatlah, kemasi barang-barang kamu dan Ibumu yang penting-penting saja."
"Baik, Tuan," Erik pun melangkah dengan perasaan yang tidak menentu. Sedangkan Alex melangkah, mendekati pria yang tadi dicengkram Castilo.
"Katakan, berapa utang Nyonya Namira dan harga rumah ini?"
Pria yang dilempar pertanyaan oleh Alex sempat terperangah. Dia lalu menyebutkan nominal secara asal-asalan untuk menguji Alex.
Alex segera meminta nomor rekening, lalu mentransfer sejumlah uang.
Mata pria itu membulat kala melihat pemberitahuan dari Bank pada ponselnya.
"Selebihnya, anggap aja sumbangan dari Namira untuk pria miskin seperti kamu!" ucap Alex, dan dia langsung pergi menyusul Erik.
Erik langsung memilih barang yang menurutnya penting. Begitu dengan barang milik ibunya.
"Sudah berapa lama kamu tinggal di sini?" tanya Alex sembari ikut membantu mengumpulkan beberapa barang yang kemungkin akan dibawa.
"Kalau di sini sudah hampir lima tahun, Tuan," ucap Erik, sembari mengemas pakaiannya ke dalam kardus.
"Tidak perlu membawa pakaian terlalu banyak. Nanti kamu bakalan dapat uang untuk membeli baju yang lebih dari ayah kamu," ucap Alex memberi saran. "Dan, kamu juga jangan memanggil saya Tuan. Karena sebentar lagi kamu yang akan menjadi Tuan muda yang harus saya layani."
Erik terpaku mendengarnya. Beban pikiran yang sedari tadi berisi banyak pertanyaan, sekarang bertambah dengan ucapan yang dia dengar dari Alex.
"Tuan muda? Apa aku sedang bermimpi?"
####
Sementara itu di tempat lain, Victoria memasuki sebuah rumah sembari berteriak memanggil nama seseorang.
"Bram! Bram! Dimana kamu!"
Kaki Victoria terus melangkah hingga dia menemukan sosok yang dia cari sedang memadu cinta dengan seorang wanita.
"Ada apa?" tanya Bram santai sembari mengusap kepala wanita yang sedang menikmati isi celananya dengan mulut.
"Gawat, Bram! Gawat!" dilihat dari sikapnya, sepertinya Victoria sudah sering menyaksikan Bram bersama wanita lain dalam keadaan tanpa busana.
"Gawat bagaimana?" Bram masih nampak biasa saja dan tetap melanjutkan kegiatannya.
"Castilo, Bram! Dia telah menemukan anak dan istrinya!"
"Apa! Bagaimana bisa?" raut wajah Bram berubah seketika, lalu dia meminta wanitanya berhenti melakukan kegiatannya.
"Aku tidak tahu, yang pasti sekarang Castilo lagi pergi bersama anaknya."
"Aduh!"