NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG

TURUN RANJANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kikan Selviani Putri

Annisa memimpikan pernikahan yang bahagia bersama lelaki yang dicintainya dan mencintainya. Tetapi siapa sangka dirinya harus menikah atas permintaan sang Kakak. Menggantikan peran sang Kakak menjadi istri Damian dan putri mereka. Clara yang berumur 7 tahun.

Bagaimana nasib Annisa setelah pernikahannya dengan Damian?

Mampukah Annisa bertahan menjadi istri sekaligus ibu yang baik untuk Clara?

Temukan kisahnya hanya di sini!^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RASA PENASARAN

Andi duduk di meja kantornya, memutar pena di tangan dengan tatapan yang kosong.

Sejak semalam, sosok Annisa terus hadir dalam pikirannya, membuatnya merasa gelisah dan tak bisa tidur. Pagi ini rasanya datang terlalu cepat, dan ia masih terbayang-bayang tatapan penuh kesabaran dan ketulusan Annisa. Wanita yang Damian sebut sebagai ‘beban’ itu ternyata sama sekali berbeda dari yang ia bayangkan.

Dia menghela napas panjang, sambil mengusap dagunya, mencoba mengalihkan pikirannya. Namun, setiap kali ia teringat wajah Annisa yang tegar meski jelas terlihat terluka, rasa penasaran di hatinya semakin tumbuh. Kenapa Damian bisa begitu dingin padanya? Bagaimana wanita seperti Annisa bisa terjebak dalam hubungan yang seolah hanya membuatnya menderita?

Andi mencoba fokus pada laporan yang menumpuk di mejanya, tapi pikirannya selalu kembali ke Annisa. Kelembutan dalam suaranya saat ia berterima kasih, sorot matanya yang hangat meski terlihat lelah—semua itu begitu kontras dengan cerita yang selalu Damian ceritakan pada teman-temannya.

Raka, yang kebetulan melewati ruangannya, memperhatikan Andi yang termenung dan berhenti sejenak.

“Bro, kenapa pagi-pagi udah melamun?” tanya Raka sambil tersenyum menggoda.

Andi tersentak dari lamunannya, lalu tertawa kecil, berusaha menutupi perasaan sebenarnya. “Gak ada apa-apa. Cuma kurang tidur aja, semalam pulang terlalu larut.”

Raka mengangguk sambil tertawa. “Ya, gue ngerti lah. Semalam Damian parah banget mabuknya. Kasihan juga sih Annisa harus berurusan sama dia sepulangnya.” Raka menghela napas, seolah masih merasa canggung mengingat kejadian semalam.

Andi mengangguk pelan, berpikir sejenak sebelum akhirnya membuka suara, “Rak, lo pernah lihat Annisa sebelumnya?”

Raka mengerutkan dahi, heran dengan pertanyaan itu. “Gak, baru semalam. Kenapa emangnya?”

Andi terdiam sejenak, memutuskan untuk tidak mengungkapkan ketertarikannya lebih lanjut. “Gue cuma… penasaran aja. Dia kelihatan sabar banget. Gue gak kebayang gimana caranya dia bisa bertahan sama Damian yang selalu bilang kalo dia gak mencintai Annisa.”

Raka mengangkat bahu, tampak tak terlalu memikirkan soal itu. “Ya, mungkin itu yang namanya cinta, bro. Siapa tahu Annisa memang benar-benar cinta sama Damian, walaupun Damian sendiri nggak ada rasa. Tapi, ya... kalau menurut gue, kasihan juga dia.”

Andi hanya mengangguk pelan, tak bisa menyangkal rasa simpati yang kian tumbuh dalam hatinya. Meski tahu situasinya rumit, ada bagian dari dirinya yang tak bisa berhenti memikirkan Annisa dan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya membuat seorang wanita sekuat itu tetap bertahan di sisi Damian yang dingin.

•••

Saat jam makan siang tiba, Andi dan Raka memutuskan untuk makan di warteg kecil dekat kantor.

Tempat itu sederhana, tapi makanannya terkenal enak, dan mereka cukup sering mampir ke sana untuk istirahat sejenak dari rutinitas kantor.

Begitu masuk, mata Andi langsung menangkap sosok yang tak asing. Di sudut warteg, Annisa sedang duduk bersama dua rekan kerjanya, menikmati makan siang sambil sesekali tertawa ringan. Melihat wajahnya yang tampak ceria, Andi sedikit terkejut. Tadi pagi, ia membayangkan Annisa mungkin masih menyimpan kesedihan akibat perlakuan Damian semalam. Namun di sini, Annisa terlihat seperti orang lain—sosok yang lebih ceria dan tenang bersama teman-temannya.

“Eh, itu Annisa ya?” bisik Raka sambil menepuk lengan Andi, menyadari kehadiran Annisa di pojokan.

Andi hanya mengangguk, tak bisa mengalihkan pandangannya. Ada perasaan lega bercampur kagum saat melihat Annisa bisa tersenyum seperti itu. Tanpa sadar, ia tersenyum kecil dan perlahan melangkah mendekati meja Annisa, diikuti oleh Raka yang hanya mengangkat bahu, pasrah dengan langkah Andi.

“Annisa,” sapa Andi dengan suara ramah, membuat Annisa dan teman-temannya menoleh. Wajah Annisa sempat terkejut, tapi ia segera tersenyum tipis.

“Oh, Pak Andi… Pak Raka,” balas Annisa dengan sopan. “Kebetulan kita ketemu di sini, ya.”

Andi mengangguk, mencoba menyembunyikan kegembiraan yang muncul tiba-tiba. “Iya, kebetulan banget. Biasanya makan di sini juga?” tanyanya, sedikit canggung.

Annisa tersenyum. “Iya, saya dan teman-teman sering makan di sini, lebih dekat dari kantor dan masakannya enak.”

Salah satu teman Annisa, yang tampak antusias dengan pertemuan ini, tersenyum lebar. “Pak Andi dan Pak Raka sering ke sini juga? Wah, jarang-jarang, biasanya bos makan di tempat fancy.”

Andi tertawa kecil. “Kita gak selalu makan di restoran, kok. Justru di tempat kayak gini makanan lebih terasa enak dan sederhana.”

Gina dan Donita mengangguk setuju. Tidak ada yang memulai percakapan setelah itu, membuat Andi dan Raka merasa canggung kembali.

“Ah, kalau begitu kami ke sana dulu ya.” Pamit Andi yang langsung diangguki oleh Annisa dan teman-temannya. Meskipun sebenarnya Andi masih ingin berlama-lama di sana.

Raka menyeret paksa tangan Andi, akhirnya keduanya pun memutuskan untuk duduk di meja yang tak jauh dari tempat Annisa dan teman-temannya. Selama makan, Andi tak bisa menahan diri untuk sesekali melirik ke arah Annisa, memperhatikan senyum dan tatapan matanya yang ceria. Dia masih berpikir, bagaimana seorang wanita yang tampak begitu lembut dan baik seperti Annisa harus menanggung hubungan yang tidak seimbang seperti pernikahannya dengan Damian.

Raka, yang menyadari perhatian Andi, akhirnya menepuk bahunya sambil menyeringai. “Bro, kayaknya lo terlalu banyak mikirin istri orang.”

Andi terkesiap, sedikit canggung. “Enggak, cuma... gue penasaran aja,” jawabnya pelan. “Damian selalu cerita buruk tentang dia, tapi nyatanya... Annisa bukan orang seperti yang Damian bilang.”

Raka hanya tertawa kecil sambil menatapnya penuh arti. “Ya, kadang kita memang gak bisa lihat orang dari satu sisi cerita aja, bro.”

Andi mengangguk, merenung sejenak. Dalam hati, ia merasa semakin tertarik untuk mengenal Annisa lebih jauh, tapi ia sadar betul bahwa situasinya jauh dari sederhana. Meski begitu, pertemuan tak terduga ini membuatnya merasa sedikit lebih dekat dengannya, meski hanya sebatas makan siang di warteg sederhana.

Sepeninggalan Andi dan Raka, teman-teman Annisa langsung memandangnya dengan tatapan penuh tanya, senyum mereka menandakan rasa penasaran yang tak bisa ditahan lagi.

“Nis, kamu kenal sama mereka?” tanya Gina dengan suara pelan, tapi penuh antusias.

Annisa menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. “Enggak, baru beberapa kali ketemu.”

“Tapi mereka kok kayaknya akrab banget, ya, terutama yang satu itu… yang barusan nyapa kamu,” celetuk Donita sambil mengerling.

Annisa tertawa kecil, menutupi rasa canggung yang sedikit muncul. “Ah, kalian ada-ada aja. Dia cuma basa-basi doang, kali,” jawabnya ringan.

Donita tidak menyerah, wajahnya makin penasaran. “Ya, tapi gak semua orang basa-basi langsung sapa, loh. Apalagi dia kan kelihatannya bukan orang biasa.”

Annisa menggeleng sambil mencoba bersikap biasa. “Mungkin emang orangnya ramah, Mbak. Ya udah, gak usah dibahas yang aneh-aneh.”

Namun, tak bisa ia pungkiri bahwa pertemuan singkat ini meninggalkan kesan berbeda. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Andi yang hangat, jauh dari kesan canggung, membuat Annisa teringat lagi akan pertemuan semalam di depan rumahnya.

1
MacchiatoLatte
semoga Clara segera menganggap Annisa sebagai mamanya
Khay🌻
lagi kak lagi lagi lagi..... crazy up!!!!!!!
🍁Kikan👀✨BS✨: bosan judul enggres Kak.. 🤣🤣🤣🤣
Khay🌻: diam2 turun ranjang aja cb 😌
total 3 replies
Sarifah
lanjut
Genda Dawangsha
istri secantik dan sebaik Annisa di sia-siakan. Menyesal kau dam
Genda Dawangsha
sabar ya Nis, kalau gak kuat kamu pergi aja nis.
Yuanita Monata
tobat Damian
Mulan Jamaika
semangat kaa
Mulan Jamaika
asiik doubel up!
Puput
bagus
Puput
next
Amel Gandaria
yaampun, tikung aja Andiii
Echa Diasta
lanjut
Echa Diasta
tinggalin aja nis
Echa Diasta
ya Allah, amit amit punya suami kayak Damian
Echa Diasta
dengerin dulu orang ngomong
Echa Diasta
egois banget si Damian
MacchiatoLatte
Yeay uppp!!!
Sarifah
jangan sampai menyesal Damian
Sarifah
karna kau bangst
Sarifah
terus perioritas itu perasaan Lo ya Damian? anjj
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!