Menceritakan kisah perjalanan mc kita bernama shim wol untuk menjadi orang terkuat di murim dan mendapatkan julukan kaisar api
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran sekte naga hitam vs klan namgong 2
Pertempuran berikutnya memperlihatkan keunggulan luar biasa dari lima tetua Sekte Naga Hitam melawan dua tim elit Klan Namgong. Tim elit yang terdiri dari 13 anggota terkenal dengan spesialisasi serangan gabungan mereka, dan mereka tidak membuang waktu untuk melancarkan serangan pembuka. Dengan formasi sempurna, mereka menggunakan teknik Serangan Gelombang. Serangan itu terdiri dari empat gelombang berturut-turut, setiap gelombang memanfaatkan elemen berbeda yang saling melengkapi—angin, api, air, dan tanah. Kekuatannya cukup untuk menghancurkan pasukan biasa dalam hitungan detik.
Namun, kelima tetua Sekte Naga Hitam, yang masing-masing memancarkan aura menakutkan, menghadapi serangan tersebut tanpa gentar. Dengan gerakan tenang namun penuh otoritas, mereka menahan gelombang serangan itu satu per satu. Teknik pertahanan mereka, yang memadukan kekuatan qi murni dan teknik tingkat tinggi, membuat serangan tim elit seperti tak berarti. Setiap ledakan yang tercipta berhasil dibubarkan, meninggalkan tim elit Klan Namgong dalam kebingungan dan frustrasi.
Ketika gelombang terakhir dari serangan selesai, para tetua Sekte Naga Hitam akhirnya melancarkan serangan balik. Mereka masing-masing menggunakan teknik terkuat yang telah membawa mereka ke puncak dunia persilatan. Salah satu tetua, dengan pedang yang menyala oleh api biru, menggunakan Inferno Slash, menciptakan gelombang api besar yang menyapu setengah dari anggota tim elit dalam sekali tebasan. Tetua lain, yang berspesialisasi dalam teknik qi murni, melancarkan Heavenly Crushing Palm, sebuah serangan yang memanipulasi tekanan udara untuk menghancurkan lawan dari kejauhan, mematahkan pertahanan beberapa anggota elit lainnya.
Serangan demi serangan melesat tanpa ampun. Seorang tetua menggunakan Phantom Shadow Chains, rantai energi gelap yang melilit dan meremukkan tiga anggota tim elit sekaligus. Tetua lainnya melancarkan teknik Earthquake Stomp, yang menciptakan gelombang kejut mematikan, melumpuhkan mereka yang tersisa. Dalam waktu singkat, tim elit Klan Namgong, yang dikenal sebagai kebanggaan klan itu, berguguran satu per satu, tanpa mampu memberikan perlawanan berarti.
Pertempuran selesai dalam waktu yang mencengangkan. Dari total 26 anggota dua tim elit, tidak ada satu pun yang tersisa. Para tetua Sekte Naga Hitam berdiri di atas puing-puing, dengan aura mereka yang semakin menakutkan. Salah satu tetua, yang tampak sebagai pemimpin kelompok itu, memandang dingin tubuh-tubuh tak bernyawa di sekitarnya dan berkata dengan nada tenang namun penuh penghinaan, "Jika ini yang disebut elit Klan Namgong, aku kecewa. Mereka bahkan tak layak menjadi pemanasan."
Pertempuran ini menandai pukulan besar bagi reputasi Klan Namgong, yang kini menghadapi dilema besar dalam menghadapi kekuatan mengerikan Sekte Naga Hitam. Namun, perang ini jelas belum berakhir, dan kedua belah pihak tahu bahwa yang terburuk masih akan datang.
Di waktu yang sama, dua patriark yang menjadi pilar utama masing-masing pihak akhirnya saling berhadapan. Hyun Woo, Patriark Klan Namgong, berdiri dengan penuh percaya diri di depan Jung Tae, Patriark Sekte Naga Hitam. Dengan suara sombong dan senyum meremehkan, Hyun Woo berkata, "Sebelum aku membunuhmu, akan kuperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Hyun Woo, Patriark Klan Namgong yang agung!"
Jung Tae hanya tersenyum tipis, lalu menjawab dengan nada datar, "Kau terlalu lemah untuk bisa membunuhku."
Hyun Woo tertawa keras mendengar jawaban itu. "Akan kubuktikan sekarang!" katanya sebelum melesat maju dengan kecepatan tinggi, menyerang menggunakan pedang kebanggaannya yang diselimuti petir yang sangat kuat, dua kali lipat dari milik Zhong Li.
Pertarungan pedang mereka dimulai dengan dentingan yang memekakkan telinga. Pedang Jung Tae, yang juga diselimuti petir biru, beradu dengan pedang Hyun Woo, menciptakan ledakan energi setiap kali mereka bertabrakan. Pertarungan mereka menghancurkan area di sekitar mereka, melibatkan teknik tingkat tinggi dari masing-masing pihak.
Hyun Woo menjadi yang pertama mengeluarkan jurus pamungkasnya, Explosion Lightning Slash, sebuah tebasan petir jarak jauh yang akan meledak ketika mengenai target. Jung Tae merespons dengan Blue Dragon Lightning, di mana petir dari ujung pedangnya membentuk kepala naga biru. Kedua serangan itu melesat dengan kekuatan penuh, saling berbenturan di udara, dan menghasilkan ledakan besar yang mengguncang tanah.
Dari balik ledakan, Jung Tae menggunakan Shadow Clone untuk menciptakan ilusi dan mencari celah. Namun, Hyun Woo dengan cepat membalas dengan Thunder Storm, sebuah teknik yang memanggil petir dari langit untuk menghancurkan target dengan ledakan besar. Semua klon Jung Tae menghilang, dan bahkan Jung Tae sendiri terpental oleh ledakan tersebut.
Melihat lawannya terpental, Hyun Woo tertawa keras. "Dasar bodoh! Kau pikir aku ini lemah dan tidak bisa membunuh serangga sepertimu?!" katanya dengan arogan.
Namun, Jung Tae bangkit perlahan sambil tersenyum dingin. "Baiklah, aku akan serius sekarang," balasnya.
Hyun Woo menjawab dengan nada penuh ejekan, "Majulah, serangga! Aku akan membuatmu menyesali omonganmu sendiri."
Jung Tae menggunakan Lightning Step, bergerak dengan kecepatan mendekati kilat, membuat Hyun Woo terkejut. Patriark Klan Namgong segera memperkuat tubuhnya dengan Shield Body Qi dan melindungi dirinya dengan Wind Barrier. Namun, Jung Tae dengan mudah menghancurkan penghalang itu dan menyerang langsung ke leher Hyun Woo. Meski Hyun Woo berhasil bereaksi cepat, pedang Jung Tae tetap sedikit melukai lehernya.
Hyun Woo membalas dengan tinjuan yang diperkuat elemen angin, namun Jung Tae menahan serangan itu dengan tangan kirinya yang dilapisi qi kuat. Mereka berdua kemudian mundur untuk menjaga jarak, sebelum kembali melesat maju, mengadu pedang petir mereka dengan sengit. Setiap benturan menciptakan ledakan kecil yang terus-menerus mengguncang medan pertempuran.
Pertarungan sengit itu berlangsung lama hingga akhirnya kedua belah pihak mengeluarkan teknik pamungkas mereka.
Jung Tae menggunakan Darkness of Night, teknik yang menciptakan kegelapan total di area sekitarnya, membuat lawannya tidak bisa melihat apa pun. Dengan teknik ini, Jung Tae maju dengan kecepatan maksimum menggunakan Killer Lightning Sword Attack.
Di sisi lain, Hyun Woo, meski kehilangan penglihatannya, tetap tenang. Ia memusatkan seluruh indra pendengarannya untuk mendeteksi pergerakan Jung Tae. Setelah memastikan posisi lawannya, Hyun Woo mengaktifkan Thunder God Attack, yang menyelimuti tubuhnya dengan petir yang meledak-ledak. Ketika ujung pedangnya mengenai target, teknik ini akan memberikan kerusakan besar.
Kedua serangan pamungkas itu akhirnya berbenturan. Ledakan yang begitu besar terjadi, menciptakan cahaya terang seperti matahari di malam hari. Saat cahaya mereda, area di sekitar mereka hancur total, meninggalkan lubang besar seperti bekas hantaman meteor.
Hasil akhirnya tampak jelas. Tubuh Hyun Woo tertusuk tepat di jantungnya oleh pedang Jung Tae. Di sisi lain, Jung Tae terjatuh karena kelelahan hebat dan langsung pingsan setelah serangan terakhirnya. Duel para patriark itu berakhir dengan kemenangan tipis bagi Patriark Sekte Naga Hitam, namun dengan harga yang sangat mahal.
Kekalahan yang diderita Patriark Klan Namgong, Hyun Woo, membawa dampak besar yang mengguncang moral seluruh pasukan Aliansi Murim.
Di tengah medan perang yang masih diselimuti debu dan sisa-sisa ledakan dahsyat, berita tentang tumbangnya Hyun Woo menyebar dengan cepat di antara prajurit aliansi. Banyak yang menganggapnya sebagai simbol kekuatan dan kebanggaan Aliansi Murim, seorang pemimpin yang tak terkalahkan. Namun, kenyataan bahwa Hyun Woo tewas di tangan Jung Tae, Patriark Sekte Naga Hitam, membuat mereka mulai merasakan ketakutan yang mendalam.
Para prajurit Aliansi Murim mulai kehilangan arah dan semangat.
"Patriark Hyun Woo... kalah?" bisik seorang prajurit dengan wajah pucat.
"Kalau dia saja tidak bisa mengalahkan mereka, bagaimana kita bisa bertahan?" ujar yang lain, mulai mundur dengan langkah gemetar.
Pemimpin-pemimpin aliansi yang tersisa berusaha keras untuk memulihkan semangat pasukan mereka. Namun, efek dari kekalahan Hyun Woo terlalu besar. Seolah-olah sosok yang menjadi pilar harapan mereka telah runtuh, meninggalkan kehampaan yang tak tertutupi.
Di sisi lain, pasukan Sekte Naga Hitam dan aliansi fraksi unortodoks justru menyambut berita itu dengan sorak sorai. Aura kemenangan mulai menyelimuti mereka. Patriark Jung Tae, meski terluka parah dan tidak sadar, dianggap sebagai pahlawan yang membawa harapan baru bagi pihak mereka. Dengan semangat yang berkobar, mereka mulai menggempur balik pasukan Aliansi Murim.
Pertempuran menjadi semakin berat sebelah.
Tanpa kepemimpinan yang kuat dan semangat tempur yang tersisa, pasukan Aliansi Murim mulai tercerai-berai. Barisan pertahanan mereka runtuh satu demi satu. Komandan-komandan mereka mulai gugur, dan para prajurit yang masih hidup memilih mundur dalam ketakutan. Bahkan beberapa sekte besar yang menjadi bagian dari Aliansi Murim memilih menarik diri, tidak ingin menderita kerugian lebih besar.
"Ini bukan lagi perang," ujar seorang tetua dari sekte netral yang mengamati pertempuran dari kejauhan. "Ini pembantaian."
Di akhir hari yang panjang dan berdarah, Aliansi Murim akhirnya kalah total. Pasukan mereka tercerai-berai, wilayah mereka direbut oleh fraksi unortodoks, dan kehancuran mereka menjadi awal dari dominasi baru Sekte Naga Hitam serta kebangkitan fraksi unortodoks.
Namun, dalam bayang-bayang kekalahan itu, masih ada harapan kecil yang menyala di hati para pemimpin yang selamat. Mereka tahu, meskipun hari ini mereka kalah, perang belum benar-benar berakhir. Di tengah kekacauan, seorang tokoh baru yang berpotensi menjadi penyelamat Aliansi Murim perlahan muncul, membawa secercah harapan untuk membalikkan keadaan di masa depan.
oh iya tolong bantu karya ku ya bg
terima kasih