Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk
Malam ini tubuh Airin sangat lelah, dia bekerja seharian tidak ada istirahat.
Karena semua seniornya di tempat kerja selalu menyuruhnya untuk membersihkan ruangan di tempat lain.
Padahal semua tugas sudah dibagi rata. Tetapi para seniornya itu memberikan tugasnya kepada Airin semua.
"Awwkkhh, sakit semua tubuhku."
Dia memutar pinggangnya agar sakit ditubuhnya sedikit mereda.
Airin berjalan menuju dapur untuk membuat makanan. Dia sangat lapar, seharian bekerja tanpa makan dan minum.
Dirinya membuat mie instan dan telur ceplok beserta roti isi sayur dan daging.
Tidak lupa dia juga membuat minuman segar dari sirup yang dia beli saat di supermarket.
Airin menyalakan televisi untuk menemani istirahat malamnya.
Dia memakan semua makanannya hingga habis tak bersisa. Begitu juga minuman yang dia buat, diminumnya hingga tetes terakhir.
Airin merapikan semua peralatan masak dan makanannya. Dia kemudian naik ke tempat tidur untuk selonjoran.
Tangannya memijat kedua kakinya yang terasa sangat pegal.
"Duhh, rasanya sakit sekali. Semoga besok sudah mendingan." Gumamnya.
Cling...
Airin menoleh menatap ponselnya, dia mendapat pesan di media sosialnya dari Rania teman sebangkunya saat di sekolah.
Airin membuka pesan itu, matanya membaca satu persatu kalimat yang ditulis oleh Rania.
Rania :
Kamu kenapa susah sekali sih Rin dihubungi? Aku sangat mengkhawatirkanmu.
Airin tersenyum senang, masih ada teman yang peduli dengannya. Dia membalas pesan dari Rania.
Airin :
Maafkan aku Ran, banyak sekali kegiatan yang harus aku ikuti.
Airin menunduk sedih, bahkan dia dengan teman baiknya juga harus berbohong mengenai keberadaannya sekarang.
"Maafkan aku ya Rania." Gumam Airin.
Cling...
Rania mengirimi pesan lagi kepada Airin. Kali ini teman perempuannya itu memberi kabar jika Assandi habis berkelahi.
Rania :
Kamu tau nggak sih Rin, suamimu yang sok cool itu habis berantem dengan Mario.
Airin membulatkan matanya membaca pesan dari Rania ini.
Airin :
Hah, Mas Sandi berantem dengan Kak Mario?
Rania :
Iya Rin, dan kamu tau mereka mempermasalahkan apa?
Airin :
Apa?
Rania :
Mereka berantem karena Rosy, sekarang perempuan gatel itu mendekati Mario.
Airin terdiam sejenak, dia sekarang sangat mengkhawatirkan keadaan Assandi.
Apalagi laki-laki itu telah disakiti dengan perempuan yang dia cintai.
Cling...
Rania masih aktif mengirimi pesan kepada Airin. Kali ini dia memberitahu jika sekolahnya akan ada ujian prestasi yang nantinya bisa mengikuti kelulusan sekolah ikut kelas dua belas empat bulan lagi.
Rania :
Sekolah kita akan mengadakan ujian prestasi Rin. Dimana yang nilainya masuk sepuluh besar mereka akan ikut lulus dengan kakak tingkat kita kelas dua belas.
Airin :
Wah, sangat menguntungkan itu.
Rania :
Andaikan kamu masih disini, pasti kamu akan mendapat peringkat tertinggi untuk ikut kelulusan itu.
Airin :
Belum tentu Ran, kamu ikut saja. Semoga kamu bisa lulus lebih cepat.
Rania :
Aku memang ikut, Assandi dan Rosy juga ikut tau.
Airin :
Syukurlah kalau mereka ikut, semoga kalian semua bisa mendapat nilai terbaik dan lulus dengan cepat ya.
Rania :
Amin, semoga aku bisa menyusulmu ke Paris ya.
Airin tersenyum kecut membaca pesan terakhir dari Rania.
Masalahnya dia sekarang tidak berada di Paris. Melainkan di negara lain dan hidup apa adanya disini.
Airin :
Iya Ran, cepatlah kesini ya.
Rania :
Tentu, tunggu aku disana.
Airin mematikan ponselnya, dia tidak membalas lagi pesan dari Rania.
Tubuhnya sudah sangat lelah dan mengantuk. Karena dia hari ini bekerja dari pagi hingga petang.
Airin merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Dia merasa sangat nyaman sehingga terlelap dengan mudah.
"Airin, kamu dimana Rin." Suara Assandi.
Airin melirik sekelilingnya, dia berada di tengah kota Berlin.
Matanya melihat banyak orang yang berlalu lalang memenuhi kota.
Tapi hanya ada satu orang yang sosoknya sangat dirindukan Airin.
*Orang itu adalah Assandi, dia berada di tengah keramaian kota dengan wajah yang kebingun*gan.
"Mas Sandi." - Batin Airin.
Assandi berlarian mencari kebaradaan Airin. Dia bahkan bertanya kepada semua orang yang melewatinya.
Airin berlari menghampiri Assandi tetapi tidak bisa.
Banyak orang yang menabraknya dan membuat tubuhnya jatuh di jalan.
"Mas Sandi!!!" Teriak Airin.
Assandi tidak mendengarnya, dia berjalan semakin menjauh mencari keberadaan Airin.
"Mas Sandi!!! Aku disini Mas!!!" Teriaknya lagi.
Airin berlari mengejar Assandi yang akan menyebrangi jalan.
Tiba-tiba...
Tiiiiiinnnn...
Braaakkkk...
Suara hantaman keras dari mobil yang menabrak tubuh Assandi.
Airin menjerit histeris melihat Assandi yang sudah tidak berdaya penuh dengan darah.
Dia berlari menghampiri Assandi sambil menangis kencang.
"Mas Sandi!!!! Hiks, hiks, mas, sadar mas, Mas Sandi."
Airin memeluk tubuh Assandi dengan erat. Tangan laki-laki itu terangkat mengusap wajah Airin.
"A-Airin, a-apakah ini kamu?" Ucap Assandi terbata.
Airin menangis sesenggukan, "Hiks, hiks, hiks, iya mas ini aku."
"Ma-maafkan aku A...irin."
Airin menggeleng keras, "Tidak Mas, kamu bertahanlah, aku sudah memanggil ambulan."
"Uhuk, uhuk." Assandi memuntahkan banyak darah dari mulutnya.
Membuat Airin semakin panik, "Mas, kamu tidak apa-apa kan. Tolong!!!" Teriaknya meminta pertolongan.
"Mas Sandi, bertahanlah mas. Jangan tinggalkan aku mas."
"Aku mi-minta maaf, Rin. Su-sudah menyakitimu, a-aku sangat mencintaimu." Ucap Assandi yang kemudian sudah tidak sadarkan diri.
Airin semakin menangis melihat laki-laki itu sudah menutup matanya.
"Mas!! Tidak Mas!!! Bangun Mas!!! Jangan tinggalkan aku Mas!!!"
"Mas Sandi!!!!" Teriak Airin terbangun dari tidurnya.
Napasnya terengah-engah karena mimpi buruk yang menghampirinya.
Airin mengusap wajahnya pelan, menenangkan pikiran dan perasaannya.
"Kenapa aku bisa mimpi seperti itu sih." Gumamnya.
Dia mengambil air yang ada di meja samping tempat tidurnya.
Airin meneguk air itu hingga habis, matanya menatap jam yang masih menunjukkan pukul sebelas malam.
"Baru jam sebelas malam aku sudah mengalami mimpi buruk." Gumamnya lagi.
Airin beranjak menuju tempat tidur, dia membasuh wajahnya agar lebih fresh dan bisa menghilangkan pikiran buruk.
Dia kembali ke tempat tidur mengambil ponselnya. Ditatapnya wallpaper layar ponselnya yang merupakan foto pernikahan mereka.
Airin mengusap wajah Assandi dengan sayang. Jujur dia sangat merindukan suaminya itu.
Apalagi mengingat dia pernah melakukan ciuman pertamanya yang sangat mesra.
Airin sangat menginginkannya lagi, menerima cumbuan dari Assandi yang membuatnya terbuai.
"Aku sangat merindukanmu mas, apakah kamu disana juga merindukanku?"
"Aku harap juga begitu mas, semoga kamu baik-baik saja ya Mas. Aku akan terus mendo'akan yang terbaik untukmu." Sambungnya.
Airin meletakkan kembali ponselnya. Dia merebahkan lagi tubuhnya untuk melanjutkan istirahat malamnya.
Ddrrrttt...
Ddrrrttt ...
Getaran ponselnya membuat Airin tertahan untuk melanjutkan tidurnya.
Dia melihat siapa yang menghubunginya. Airin menatap nama yang tertera di layar ponselnya.
Hatinya berdebar melihat nama itu. Jantungnya seketika berhenti berdetak seakan dunia sudah hilang.
Tangannya bergetar ingin menekan tombol terima. Airin mengusap dadanya berulang kali.
Senyum diwajahnya tidak bisa hilang karena yang menghubunginya terlebih dahulu adalah Assandi.
Dengan senang hati dia menerima panggilan telepon dari suaminya itu. Karena dia sudah sangat merindukan laki-laki yang dicintainya itu.
"Ha-halo Mas." Sapa Airin gugup.
"Halo Rin, apakah kamu belum tidur?" Tanya Assandi memastikan.
Airin menggeleng cepat, yang tentunya tidak bisa dilihat oleh Assandi.
"Be-belum mas."
"Maaf aku mengganggumu, disana kan sudah tengah malam ya. Aku kira kamu sudah tidur."
"Iya mas, disini memang sudah malam."
"Hmm."
Assandi bingung harus memulai pembicaraan yang bagaimana dengan Airin.
"Ada apa ya mas? Tumben menghubungiku?"
"Emm, tidak apa-apa. Aku hanya ingin melakukannya."
Airin tersipu malu, "Aku dengar, sekolah akan mengadakan ujian prestasi ya mas."
"Iya, hari ini tadi adalah hari pertama ujian."
"Semoga Mas Sandi bisa lolos dan ikut kelulusan beberapa bulan ke depan ya."
"Pasti, aku akan mengusahakannya."
"Iya mas."
Mereka sama-sama saling diam beberapa detik, karena bingung harus berbicara apalagi.
"Emm, Rin."
"I-iya mas."
"Aku..."
"Kenapa mas?"
"Aku, minta maaf atas ucapanku saat di balkon waktu itu."
Hati Airin semakin berdegup kencang. Bahkan dia sudah mulai melupakannya, tapi Assandi masih mengingatnya dan sekarang meminta maaf kepadanya.
"Iya mas tidak apa-apa."
"Kamu tidak marah?"
"Tidak mas, aku sangat paham bagaimana perasaanmu saat itu. Aku sangat memakluminya."
"Karena aku tau, bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Bagaimanapun kamu memang sangat mencintai Rosy." Sambung Airin.
Assandi diam mendengarkan ucapan Airin. Dia semakin merasa bersalah mendengar perkataan tulus itu.
"Iya Rin, aku menyesalinya. Maafkan aku ya Rin."
Airin tersenyum senang, "Tidak apa-apa mas."
"Emm, sebenarnya aku menghubungimu karena aku semalam mimpi buruk tentangmu."
Airin tertegun sejenak, "Mi-mimpi buruk mas?"
"Iya, aku sangat cemas memimpikanmu yang mengalami hidup susah disana."
Airin semakin tertegun mendengar ucapan Assandi barusan.
Laki-laki itu bisa memimpikan keadaannya yang nyata disini.
Sedangkan dia juga memimpikan Assandi dengan mimpi buruk.
Asataga, kenapa ini kebetulan sekali? Semoga mimpiku tidak menjadi kenyataan. Semoga dia baik-baik saja disana.- Batin Airin.
"Rin, kamu masih mendengarkanku kan?"
"Em, iya mas. Aku masih mendengarkannya."
"Kamu, baik-baik saja kan disana?"
Airin diam sejenak, dia memikirkan keadaannya yang sebenarnya tidak sedang baik-baik saja.
"Rin." Panggil Assandi.
"Eh iya mas, aku baik-baik saja kok disini."
"Beneran?"
"Iya mas, kamu tenang saja."
"Baiklah, akan aku tutup teleponnya. Kamu jangan lupa untuk menghubungi kakek. Karena dia sangat mengkhawatirkan keadaanmu."
"Iya mas, nanti akan aku hubungi kakek."
"Baiklah, selamat beristirahat ya."
"Iya mas."
Airin memeluk ponselnya setelah Assandi mematikan teleponnya.
Hatinya sangat lega bisa mendengar suara yang sudah lama dia rindukan.
"Terima kasih mas, kamu sudah mulai peduli denganku." Gumamnya.
Airin kembali merebahkan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya.
Dia terlelap dengan senyum yang bahagia karena rasa rindunya sudah terobati.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍