Andrea, seorang gadis yang memiliki profesi sampingan sebagai joki balap liar itu tidak pernah merasa tidur dengan pria mana pun bahkan dengan kekasihnya sendiri. Namun gadis muda itu sangat terkejut karena tiba-tiba saja hamil, sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Atau justru ada konspirasi jahat di balik ini semua?
Gerrard pria kaya raya yang sangat menginginkan seorang anak, namun Lucy yang telah ia nikahi selama 5 tahun itu tak menginginkannya karena wanita itu sudah sangat bahagia meskipun tanpa adanya anak lagipula hamil hanya akan merusak bentuk tubuhnya yang ideal. Oleh karena itu Lucy rela mencari seorang wanita pengganti yang mau melakukan inseminasi dari benih suaminya agar mereka tetap memiliki keturunan.
"Dasar gadis brandalan awas saja jika terjadi sesuatu pada bayiku," ancam Gerard ketika mengetahui wanita yang telah mengandung anaknya sedang mengikuti sebuah balap liar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~23
Beberapa jam kemudian lebih tepatnya menjelang sore Andrea yang telah di pindahkan ke ruangan perawatan nampak mengerjapkan matanya dan lihatnya sebuah ruangan bernuansa putih.
"Kamu sudah bangun?" Julian yang sejak tadi menunggunya pun langsung beranjak mendekat, nampak kekhawatiran di wajahnya ketika melihat gadis itu baru siuman.
"Hm, di mana aku?" Tanyanya seraya mengedarkan pandangannya dan ketika bergerak ia merasakan kebas di area intimnya.
"Apa yang terjadi padaku?" Imbuhnya lagi.
"Kamu mendapatkan kecelakaan tadi pagi, kebetulan aku dan kakakku kebetulan lewat jadi kami langsung membawamu kesini." Terang pria itu.
Andrea nampak mengingat-ingat kejadian sebelum ia tak sadarkan diri dan ia mengingat saat menyeberang tiba-tiba ada motor melaju kencang ke arahnya, karena lelah bercampur syok ia pun langsung pingsan. Tapi kenapa ia merasakan daerah intimnya sedikit nyeri, apa terluka?
Kemudian wanita itu pun nampak merabanya di balik selimutnya dan terasa sedikit lembab. "Aku mau ke toilet," ucapnya kemudian.
"Biar ku bantu," Julian pun langsung menarik tiang infus.
"Tidak, aku bisa sendiri." Tolak Andrea, kemudian gadis itu segera melangkah ke toilet dengan mendorong tiang infusnya dan itu membuat Julian nampak khawatir. Apa kekasihnya itu menyadari apa yang terjadi padanya? Tapi bukankah dokter mengatakan jika tindakan tadi tak menimbulkan rasa sakit yang berlebihan dan hanya mungkin selaput darahnya saja yang robek.
Sesampainya di toilet Andrea langsung memeriksa celana dalamnya dan nampak bercak darah di sana meskipun tidak banyak tapi itu membuatnya sedikit heran, karena ia sudah selesai haid beberapa hari yang lalu. Apa mungkin itu semua di akibatkan oleh kecelakaan yang ia alami tadi pagi?
Tapi karena merasakan dirinya baik-baik saja, gadis itu pun segera keluar dari sana. "Ada apa?" Julian yang rupanya menunggunya di depan pintu toilet pun langsung menatapnya dengan penuh tanya.
Andrea langsung menggeleng. "Tidak apa-apa, kapan aku bisa pulang?" Tanyanya kemudian, ia tidak mau terlalu lama di rawat karena tak memiliki uang lebih untuk membayar rumah sakit.
"Beristirahatlah di sini sampai benar-benar sehat, untuk masalah biaya jangan di pikirkan karena kakakku telah membayar semua tagihannya." Terang Julian dan itu membuat Andrea langsung menatapnya tak percaya.
"Aku pasti banyak berhutang budi padanya," ucapnya tak enak hati.
"Tidak ada namanya hutang budi, beristirahatlah setelah sehat baru kamu boleh pulang." Timpal Tom yang baru masuk ke dalam ruangan tersebut, rupanya sejak tadi pria itu mencuri dengar pembicaraan mereka di luar.
"Terima kasih paman," sahut Andrea dan sontak membuat Tom nampak melebarkan mata mendengarnya. Apa ia setua itu hingga membuat gadis itu memanggilnya dengan sebutan itu?
Julian pun langsung menggeleng samar menatap kakaknya tersebut agar tak ambil hati atas perkataan sang kekasih yang memang baru berusia 19 tahun itu.
Andrea tak merasa bersalah dengan panggilan tersebut karena bahkan ia menganggap Julian yang notabennya baru berusia 23 tahun adalah pria dewasa apalagi Tom yang usianya jauh lebih tua.
Keesokan harinya gadis itu pun sudah di perolehkan pulang, ia merasa senang karena sudah sehat kembali dan pagi ini pun sudah bisa kembali bekerja. Namun sang kekasih tiba-tiba datang ketika ia hendak meninggalkan apartemennya.
"A-apa yang sedang kamu lakukan?" Ucap Julian dengan wajah panik.
"Tentu saja bekerja," sahut Andrea karena sebelumnya ia sudah ijin selama 3 hari.
"Tidak sayang, kamu tidak boleh capek." Julian pun langsung menggiring kekasihnya itu kembali masuk ke dalam apartemennya, namun gadis itu langsung menahan tangan pria itu.
"Aku baik-baik saja, percayalah." Ucapnya meyakinkan, ia senang pria itu mengkhawatirkannya tapi ia tidak bisa terlalu lama libur mengingat dirinya adalah tulang punggung keluarganya.
"Iya aku tahu kamu baik-baik saja, tapi aku ingin mulai hari ini kamu berhenti dari pekerjaanmu. Untuk masalah biaya hidupmu dan keluargamu biar aku yang menanggungnya," mohon Julian. Ia tidak ingin usahanya waktu itu sia-sia saja jika wanita itu tak jadi hamil karena kelelahan bekerja.
"A-apa? Tidak, itu tidak mungkin. Kamu bukan suamiku jadi kamu tak perlu melakukan itu semua, aku masih sehat dan kuat untuk menghidupi keluargaku sendiri." Tegas Andrea, ia bukan tipe perempuan yang suka minta-minta pada orang lain terlebih kekasihnya itu.
Julian nampak menghela napas panjangnya, kekasihnya memang keras kepala terhadap sesuatu yang di anggapnya benar dan ia tak bisa berbuat apapun itu. "Baiklah, tapi mulai hari ini biarkan aku yang mengantar dan menjemputmu bekerja." Mohonnya kemudian.
Andrea menatap lekat pria itu. "Kenapa?" Ucapnya ingin tahu.
"Karena aku mencintaimu dan aku tak ingin terjadi sesuatu padamu," sahut Julian dan Andrea pun langsung memeluk pria itu.
"Terima kasih, aku janji akan selalu sehat agar kamu tak khawatir lagi." Ucapnya, sungguh ia juga sangat mencintai pria itu.
Lantas mereka pun segera meninggalkan apartemennya dan Andrea nampak terkejut ketika melihat motor pria itu telah terparkir tak jauh dari sana.
"Motormu sudah selesai di perbaiki?" Ucapnya seraya mendekati motor tersebut.
"Hm," Julian hanya mengangguk kecil. Kemarin setelah menerima uang dari kakaknya pria itu pun langsung menebus motornya di markas Blanco.
Akhirnya sejak hari itu Andrea pun pergi bekerja selalu di antar dan jemput oleh pria itu, entah kenapa ia merasa kekasihnya tersebut lebih perhatian padanya karena setiap jam makan pria itu selalu membawakannya makanan juga vitamin.
"Aku akan bergendut jika setiap hari seperti ini," ucapnya ketika baru selesai menghabiskan makan siangnya dan Julian pun hanya terkekeh menanggapi.
"Jangan lupa minum vitaminnya," pria itu langsung mengulurkan sebuah kapsul yang katanya adalah vitamin untuk menjaga kebugarannya dan gadis itu pun tanpa ragu segera meminumnya.
"Oh ya, nanti sore aku ada kejutan untukmu." Ucap Julian seraya merapikan bekas makanan kekasihnya itu.
"Kejutan?" Andrea pun langsung menatapnya tak mengerti, kejutan apa padahal ia sedang tak berulang tahun dan anniversary hubungan mereka pun masih tiga bulan lagi.
"Nanti kamu juga tahu, baiklah jangan lelah-lelah ya nanti sore ku jemput." Sahut Julian lalu segera pergi dari sana karena jam istirahat telah habis.
Kini Andrea kembali bekerja dan gadis itu pun nampak sangat senang mengingat akhir-akhir ini ia benar-benar merasa sangat di sayang oleh pria itu.
"Andrea, bisa bantu saya membawa minuman ini ke ruang meeting !!" Perintah atasannya ketika ia baru datang.
"Tapi itu bukan tugas saya pak," sahut Andrea karena itu adalah tugas karyawan bagian waitress. Gadis itu memang selalu menolak pekerjaan yang bukan menjadi jobdesknya, bukan karena dia pemalas tapi kadang satu kebaikan yang dia lakukan akan di manfaatkan terus menerus dan pada akhirnya itu akan menjadi kebiasaan mereka agar ia wajib membantu. Tetapi ia hanya akan membantu jika itu karena keinginannya sendiri.
"Anggap saja sebagai jam lembur," ucap sang atasan.
"Baiklah," akhirnya Andrea pun menerimanya dengan senang hati karena sebagai jam lemburnya.
Kemudian gadis itu pun segera mendorong troli berisi minuman ke dalam ruangan yang biasanya di sewa oleh pelanggan untuk meeting, setelah mengetuk pintu ia segera melangkah masuk dan tatapannya pun tak sengaja langsung bertemu dengan sosok Gerard yang sedang berdiri memimpin sebuah rapat.
"Dia lagi," gumamnya. Entah kenapa makin kesini ia makin kesal melihat pria itu apalagi pertemuan terakhir mereka yang kurang menyenangkan di mana ia mendapatkan teguran karena tak sengaja menabrak istrinya.
mulutmu julian pinter banget ngelesnya, lu berisik kayak kaleng rombeng p😒😒😒🤭🤭🤭
entah kenapa aku sebel banget sama karakter julian yg kakak bikin ini,,,
biasamya gk sampai segininya🤭🤭🤭
Julian nikmati sekarang untuk mberikan kasih sayang yg lebih utk Andrea...Krn klo dh ketauan bahwa kehamilan Andrea adalah ulah mu Julian, siap siap ja kehilangan Andrea 😏😏😏