"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebelas
"Menurut kamu, apa aku tidak lelah dengan semua penolakan kamu selama ini? Aku sebagai seorang wanita seperti tidak memiliki harga diri lagi, karena terus mencoba menarik perhatian kamu– perhatian suami ku sendiri. Aku selalu berupaya untuk mempertahankan pernikahan di ambang kehancuran ini, tapi kamu? Kamu terus menjauh, dan semakin menghancurkan pernikahan kita yang selama ini aku bangun agar tidak tumbang. "
"Dan sekarang, aku lelah. Aku menyerah Damian, terserah kamu ingin membawa kemana hubungan pernikahan kita, kalau kamu ingin bercerai. "
"Aku bersedia sekarang. "
Damian mengencangkan pelukannya pada pinggang Helena. Menatap wanita sebagai istri selama setahunnya dengan kelopak mata yang terlihat bergetar.
Perceraian. Bukan kah ini yang diinginkan Damian selama setahun pernikahan mereka, perceraian. Damian selalu mengajukan perceraian pada Helena. Namun, setelah permintaannya selama ini di kabulkan oleh Helena, kenapa ada perasaan tidak yakin dan takut di hatinya?
"Jangan membahas persoalan perceraian di sini, aku mengajak kamu ke sini untuk makan malam dengan tenang, bukan membahas hal konyol seperti ini. " sentak Damian. Rahangnya tampak mengeras, menatap penuh kedua mata Helena dengan dingin.
"Konyol? Bukannya ka–
–Diam! " Damian memotong ucapan Helena yang hendak membahas persoalan perceraian, lagi. Dia menarik pelan namun sedikit paksa tangan Helena untuk masuk ke dalam restoran. Ada beberapa pelayan yang sedari tadi menatap keduanya yang berdiri lama di luar, Damian dibuat malu atas kelakuan keduanya. Apalagi posisi mereka terlihat begitu int*m.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya. "
Saat keduanya masuk, sudah di suguhkan dengan seorang pelayan laki-laki yang menyambut. Pelayan itu dengan sopan menunjukkan salah satu meja untuk Damian dan Helena, keduanya menduduki tempat dekat dinding kaca yang luarnya terdapat halaman kecil dengan hiasan berbagai macam bunga dan hiasan lampu lampu kecil mengelilinginya, sangat memanjakan mata.
"Tuan dan nyonya ingin memesan apa? " pelayan itu memberikan buku menu di atas meja.
Damian menerima dan menyebutkan beberapa menu makanan yang di inginkannya, juga menyakan Helena. Pelayan yang berdiri di samping meja, dengan cekatan mencatat semua pesanan Damian dan Helena, sebelum kembali ke belakang untuk mengambil pesanan, pelayan itu menyebutkan ulang pesanan tersebut dan pamit ke belakang.
"Gimana? Kamu suka tidak sama tempatnya? " tanya Damian saat pelayan tersebut sudah pergi, dia senang melihat binaran wajah Helena, terpesona dengan tempat yang mereka datangi, interior restoran begitu mewah dan klasik, sangat memanjakan mata.
"Heum." Helena mengangguk cepat, restoran yang didatangi mereka ini sangat indah. Helena baru melihat yang seperti ini, "Tempatnya sangat indah dan menawan, seperti di cerita kerajaan. "
Damian tersenyum simpul mendengar jawaban Helena. "Ini restoran termewah dan termahal di kota ini. "
"Pasti harga makanan di sini sangat mahal, ya? "
"Ya, tapi tidak membuat kekayaan ku berkurang sedikitpun. Ini hanya sebagian dari uang ku yang tidak pernah di hitung. " Damian menunjukkan senyum miringnya, menatap Helena dengan alis yang dinaik turunkan main-main.
Helena berdecih, mendengar ucapan penuh kesombongan dari Damian. Maksud dari laki-laki itu adalah, harga makanan di restoran ini tidak ada apa-apanya, harganya hanya sebagian dari uang Damian yang tidak terhitung dengan kekayaan Damian. Jadi, mau sebanyak apapun dia memesan makanan, uangnya tidak akan berkurang sedikitpun.
"Seharusnya kamu senang dan bangga mendapatkan suami sekaya aku, dapat di mana lagi laki-laki sekaya aku di kota ini. "
"Ya, percuma kaya. Kalau kelakuan kamu kaya–
" Hai, Helena. " ucapan Helena terpotong saat namanya ada terpanggil.
"Kalian ada disini juga? Tumben sekalian makan malam di luar, apalagi berdua begini. " wanita yang memanggil Helena tadi, tanpa di suruh langsung duduk di samping Helena.
Helena menolehkan wajahnya kesamping dinding kaca, merotasi kedua bola matanya dengan muak. Wanita itu, Trissa. Di kehidupan sebelumnya, Helena entah dari mana ceritanya bisa berteman dengan wanita bermuka dua itu. Keduanya bertemu di acara pernikahan rekan kerja Damian, Helena yang statusnya sebagai istri Damian dan sudah diketahui penjuru rekan kerja Damian, mau tidak mau harus ikut hadir.
Dari acara itulah keduanya bisa dekat dan berteman. Helena dulu yang polos menjurus bod*h, selalu mengikuti apa yang perintahkan Trissa, yang katanya dapat memikat hati Damian. Bukannya memikat hati Damian, Helena malah mendapatkan mak*an Damian, karena laki-laki itu jijik akan kelakuan Helena yang seperti wanita kurang belai*n.
Semua kelakuan Helena, di atur Trissa. Dari pakaian pun, wanita itu yang mengatur– maksudnya pakaian malam tidur yang di gunakannya untuk menggoda Damian, itu semua diperintahkan Trissa.
Helena tidak pernah menggoda Damian hingga naik ke atas ranjang laki-laki itu. Helena menggunakan pakaian kurang bahan saat menyambut kepulangan Damian dari kerja, kata Trissa. Menggunakan pakaian seperti itu bagus untuk menyambut sang suami yang baru pulang kerja, katanya saat sang suami melihat penampilan s*xy istri, rasa penat yang di alami langsung hilang seketika.
Namun, bukan sambutan baik didapatkan Helena. Damian malah memaki-maki nya dan mengatainya habis-habisan.
Usut punya usut. Trissa ternyata menaruh rasa kepada Damian, perintahnya pada Helena bertujuan agar Damian muak dan segera menceraikan Helena. Maka Trissa bisa masuk dan menjadi istri Damian. Sungguh licik memang! Namun dikehidupan kali ini, Helena tidak akan dibodohi lagi hingga yang kedua kalinya.
Wanita ular ini, harus Helena singkirkan.
"Memangnya kenapa? Pasangan suami istri memang sudah semestinya makan malam romantis. " Helena merubah raut wajahnya seceriah mungkin, mengambil satu tangan Damian diatas meja untuk dia genggam erat.
Lihat! Lihat wajah putih yang berubah menjadi merah padam itu. Hahaha, Helena tertawa puas di dalam hati, apalagi di lihatnya kedua tangan Trissa yang mengepal kuat di atas pangkuan pahanya– menahan kesal.
"Ha ha ha– ya, romantis sekali, kalian sudah berbaikan? Bukannya hubungan kalian–
Trissa tidak melanjutkan ucapannya, sengaja di gantung dengan wajah polos di buat-buatnya. Helena muak melihatnya.
"Hahaha, itu sudah berlalu, Trissa. Namanya juga hubungan pernikahan pasti tidak selalu berjalan dengan mulus, tapi sekarang hubungan kita baik-baik saja, kok. "
Jawaban Helena semakin membuat Trissa murka, wajahnya semakin merah padam. Namun, sebisa mungkin dia mengubah raut wajahnya agar tidak di curigai.
"Syukur kalau begitu, aku ikut senang mendengarnya. Kalau begitu aku pamit ke meja yang lain ya, teman ku sudah menunggu. " Trissa bangkit dari duduknya, berpamitan untuk pergi ke meja lain menyusul teman-temannya.
"Kamu seperti tidak senang dengan kehadiran wanita itu, bukannya dia teman kamu? " tanya Damian, dia memperhatikan mimik wajah Helena yang seketika berubah saat kepergian Trissa tadi.
Helena berdecih. "Bukan teman ku, aku tidak punya teman munafik seperti dia. " sentak Helena kesal, kejadian lalu bersama Trissa kembali berputar dikepalanya membuat Helena kesal. Ingin rasanya mencabik-cabik wajah penuh kemunafikan itu.
Damian menaikkan satu alisnya mendengar jawaban Helena yang terdengar begitu kesal. "Kamu aneh, bukannya kamu selalu bersama dia seperti truk gandeng? Tidak pernah terpisahkan. "
"Ck! " Helena berdecak jengkel. "Itu dulu, saat aku masih kesurupan wewe gombel! Tapi karena sekarang aku sudah sadar sepenuhnya, aku gak mau punya teman bermuka dua seperti dia. "
Damian mengangguk mengerti, "Ya, aku juga tidak senang kamu bergaul dengan wanita itu. Dia terlalu mur*han, selalu datang ke kantor dengan alasan tidak jelas. "
"Dia pernah datang ke kantor menemui kamu?! " sentak Helena kaget, ada perasaan kesal di hatinya.
"Ya, tapi selalu aku usir. Terlalu mengganggu. "
Helena termenung, memikirkan ucapan ucapan Damian barusan. Di kehidupannya dulu, Helena tidak pernah tau kalau Trissa pernah ke kantor Damian, setaunya. Trissa hanya akan terus ke rumah menemuinya saat Damian tidak ada di rumah, wanita itu akan terus merecokinya berbagai perintah yang bermaksud untuk memikat Damian.
Bahkan kelakuan Helena yang berubah menjadi centil pun, Trissa yang mengajarkannya.
"Kenapa? Kamu cemburu, ya? " celetuk Damian melihat Helena yang termenung saat mendengar ucapannya.
Helena seketika sadar, dia mencebik bibirnya kesal. "Percaya diri sekali, siapa juga yang cemburu. Mau trissa atau wanita lain yang datang ke kantor, aku tidak peduli. " Helena melongoskan kepalanya ke samping, enggan menatap Damian yang semakin menggodanya.
Damian mencolek bahu Helena, berniat kembali menggoda istrinya itu. "Ah, yang benar.. Kok terdengar seperti bualan saja ya. "
Helena merengut kesal, mendorong tangan Damian yang menggodanya.
Semua tingkah keduanya, tidak lepas dari mata tajam penuh api cemburu Trissa. Wanita yang menyukai Damian itu, menatap kesal kejadian di depannya, makin membara cemburunya saat melihat Damian yang tampak senang menggoda Helena, dengan tawaan ringan yang keluar dari belah bibirnya.
"Si*lan, kau Helena! Awas saja kau, akan aku beri perhitungan nanti! "
semangat 💪💪💪