Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Siapa itu?
Batin Lyra bergumam, tidurnya terusik. Dahi mengernyit, tapi kedua mata tetap terpejam. Dia sangat lemah tak bertenaga.
Kenapa tubuh ini lemah sekali? Untuk bergerak saja aku tidak bisa.
Dia mengeluh, tubuh yang dia tempati saat ini benar-benar lemah. Untuk membuka kelopak mata saja, rasanya tak mampu.
Brak!
"Lyra! Lyra!" Sebuah suara laki-laki tua menyapa telinga.
"Tuan Besar! Anda datang?" Nira terlihat senang dengan kedatangan laki-laki setengah baya itu.
"Apa yang terjadi padanya? Siapa yang membuatnya celaka sampai menjadi seperti ini?" tanyanya seraya duduk di tepi ranjang, menatap wajah pucat Lyra yang terpejam.
Oh, dia ayah mertuaku yang baik, bukan? Sayang, dia tidak tinggal di mansion ini.
Hati Lyra kembali bergumam, ingin sekali membuka mata dan melihat wajah teduh itu.
Ketukan langkah yang datang, menghentikan Nira yang hendak memberitahu semua yang terjadi pada Halon. Mata tajam Myra menghunus sengit tepat di kedua manik Nira.
"Kenapa kau diam saja? Apa yang terjadi?" bentak Halon tak sabar.
"Ma-maafkan saya, Tuan Besar. Ini karena kelalaian saya yang tidak bisa menjaga Nona dengan baik hingga saat bermain di dekat kolam, Nona terjatuh," jawab Nira berbohong.
Kenapa kau berbohong, Nira?
Lyra menggeram di dalam hati, seandainya dia bisa membuka mata dan memiliki tenaga untuk bangkit, dia akan bercerita tentang kejadian siang itu.
"Tuan!" Nira berlutut, memohon kepada Halon agar tetap diizinkan tinggal merawat Lyra.
"Tuan, jangan usir saya. Tolong biarkan saya tinggal di sisi Nona. Apa yang harus saya lakukan jika saya pergi dari sisinya? Tuan, Anda adalah orang yang bijaksana. Saya siap menerima hukuman, tapi jangan gantikan saya. Tolong, Tuan! Saya sudah merawat Nona dari dulu, saya tidak bisa berpisah jauh dengan Nona," ratapnya dengan air mata berderai deras.
Halon menghela napas panjang, menatap Lyra dengan sedih. Sedikit rasa sesal di hati karena menikahkan gadis itu dengan anak keduanya. Dia berharap Xavier bisa menjaga Lyra sesuai keinginan orang tua gadis tersebut.
Ia menunduk, gamang dengan perasaannya sendiri. Lalu, kembali menengadah, menghirup udara banyak-banyak.
"Baiklah. Kau tetap bisa di sisinya, tapi saya harap jangan sampai ada kejadian seperti ini lagi. Jaga dia baik-baik, jangan pernah meninggalkannya," ucap Halon pada akhirnya.
Semuanya sudah terlanjur, Lyra sudah menjadi istri Xavier dan tinggal di mansion itu. Beruntung, ada Nira pelayan setia Lyra yang mengikutinya sejak dulu. Halon tidak mempercayai siapapun kecuali pelayan kecil itu.
"Terima kasih, Tuan Besar. Terima kasih." Nira menundukkan kepalanya, berterimakasih kepada laki-laki setengah baya itu.
Halon sedikit menunduk, mengusap rambut gadis itu dengan sangat lembut. Dia menyayangi Lyra seperti menyayangi anaknya sendiri. Ia bangkit, pergi meninggalkan kamar Lyra dengan segala kecemasan di dalam hatinya.
Myra yang tadi datang mengancam Nira, terburu-buru berbalik dan pergi. Dia tidak berani berhadapan dengan Halon secara langsung.
Hangat sekali, aku ingin segera membuka mata dan bertemu langsung dengannya. Ayah!
Senyum mengembang di bibir Lyra meski mata masih terpejam. Ada setitik air yang jatuh, sungguh dia tidak memiliki kekuatan.
Ada yang salah dengan tubuh ini. Ya, pasti ada yang salah.
"Nona!" Nira berhambur mendekat, mengusap air yang jatuh dari matanya.
"Maafkan saya karena tidak bisa berkata jujur kepada tuan besar. Dia ... dia mengancam saya, Nona," ucap Nira sedih.
Gadis pelayan itu menunduk sedih karena tak dapat melakukan apapun untuk membela majikannya. Padahal dia sudah berjanji kepada orang tua Lyra akan menjaganya dengan baik.
Tunggu aku bangun, Nira. Kita akan membalas semua yang mereka lakukan.
maaf Thor tambah kan tokoh cowoknya yg lebih baik dari segala-galanya dari Xavier...
kan tambah seru jadi y...
tambahkan lg up nya Thor