WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!
[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]
---
Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.
---
“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.
Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”
“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.
Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16
Amara merasakan ada yang berbeda dari sikap Damien jika dibandingkan dengan sebelumnya. Sepanjang perjalanan kembali ke apartemen, Damien berubah dari pria yang dingin menjadi sangat dingin. Tidak ada obrolan sama sekali selama perjalanan dan Amara menangkap Damien yang menaikkan kecepatannya dalam berkendara.
Bahkan Amara harus mengenggam erat sabuk pengamannya saat Damien terus melaju dengan kecepatan tinggi untuk membelah jalan raya, seolah pria itu tengah menumpahkan emosinya ke dalamnya.
Terdengar suara ban berdecit saat Damien menghentikan mobilnya secara sempurna di parkiran bawah apartemen. Pria itu lebih dulu membuka pintu mobilnya kemudian turun meninggalkan Amara.
Bahkan Damien berjalan mendahuluinya diikuti Amara yang mengekor dibelakang hingga mereka sampai di dalam lift.
Amara masih menatap punggung kokoh pria itu dari belakang, sebelum pintu lift terbuka dan lagi-lagi Damien terus berjalan mendahuluinya, seolah Amara tidak hadir disana.
Amara ikut masuk ke dalam apartemen mereka kemudian menutup pintunya sebelum suara berat Damien berkumandang diantara keheningan yang menyiksa keduanya sedari tadi.
“Jangan temui dia lagi,” ujar Damien dengan nada bicaranya yang terkesan memerintah.
Amara yang bingung dengan perubahan sikap Damien itu hanya menyatukan alisnya bingung, “Maksudmu Bastian?” tanya Amara, sebab orang terakhir yang Amara temui memanglah Bastian sebelum Damien menghampiri mereka dan segera menarik tangan Amara untuk pergi dari sana.
Damien tidak repot-repot menyapa Bastian, menanggap pria itu tidak hadir disana dan hanya fokus pada Amara.
Damien diam, tidak menjawab pertanyaan Amara. Pria itu lebih memilih untuk meraih gelas dari dapur kemudian mengisinya dnegan air dan meneguknya hingga habis dalam waktu yang singkat.
Amara masih memperhatikan setiap gerak-gerik Damien hinnga sudut bibirnya naik. Senyum tipisnya berubah menjadi sebuah senyum misterius yang tampak memesona pada wajah cantiknya.
Menarik. Ini terlihat menarik bagi Amara.
“Jangan bilang kau cemburu?” todong Amara langsung kepada Damien. Wanita itu masih setia memperhatikan gerak-gerik Damien, mulai dari menghindari tatapannya yang kini jelas-jelas seang memaku pandangan kepadanya.
Damien meletakkan gelasnya kemudian membuka jas kantornya dan melemparnya asal ke atas sofa.
‘Tidak,” jawab Damien singkat sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya itu kemudian membuka dua kancing atas kemejanya.
Amara menaikkan alis kanannya, tampak menikmati momen ini.
“Kalau begitu, aku berniat pacaran dengannya setelah kita bercerai nanti,” ujar Amara lagi berusaha memancing, untuk melihat ekspresi dan reaksi seperti apa yang akan diberikan oleh Damien.
Kalimat itu berhasil merenggut fokus Damien sepenuhnya, pria itu menoleh dan manik mereka akhirnya bertemu.
Damien menatap dalam ke arah manik hazel Amara sebelum berujar, “Kita tidak akan bercerai sebelum kau menang taruhan itu,” ujar Damien dengan nada memperingatinya.
Melainkan takut dengan ekspresi Damien sekarang, Amara malah tersenyum penuh kemenangan, “Tapi bagaimana ya, sepertinya aku sudah menang. Kau cemburu Damien,” ujar Amara sembari menatap lurus ke arah manik biru Damien.
Tangan Damien yang berada di balik saku celanannya terkepal erat saat ia terus memperhatikan setiap sisi wajah Amara yang tampak tersenyum usil itu.
Amara percaya diri dan Dan Damien yang merasa tersudutkan oleh pernyataan Amara ataupun tuduhan Amara kepadanya akhirnya mengambil langkah cepat dan berjalan mendekati Amara.
Amara yang awalnya merasa dirinya memimpin, langsung terkejut dengan sikap Damien yang secara tiba-tiba mendekatinya. Pria itu menatapnya dan mendatanginya layaknya seekor binatang buas yang siap untuk menghabisi mangsanya.
Amara mengambil langkah mundur dan terus mundur saat pikirannya tak mampu berpikir jernih tentang perlawanan apa yang akan ia berikan pada Damien. Aura Damien terlalu kuat dan tanpa sadar Amara sudah berakhir terpojok di dinding apartemen yang terdapat di belakangnya.
Damien berhenti tepat di depan Amara membuat wanita itu harus mendongak untuk dapat mengecek raut wajah Damien sekarang. Jujur, Amara tidak bisa membaca isi pikiran Damien apalagi menebak jenis emosi apa yang sedang pria itu tampilkan dalam raut datarnya. Damien benar-benar pria yang misterius.
Damien mengeluarkan tangannya dari balik saku celananya kemudian berakhir meletakannya pada dinding di belakang Amara, mengurung Amara dengan lengannya.
Amara dapat merasakan kedua lengan Damien yang mengapit sisi bahunya, membuat Amara terpojok dan tidak bisa kabur lagi.
Untuk kedua kalinya, mereka berada dalam posisi yang sangat dekat seperti itu dengan perasaan mendebarkan yang sulit untuk Amara deskripsikan.
“Kenapa kau bisa sepercaya diri itu?”
Akhirnya Damien mengeluarkan suaranya. Pria itu bertanya dengan suara berartnya sembari manik birunya mengunci tatapan Amara hanya untuk memberikan fokusnya kepada pria itu saja.
Amara yang sedari tadi sibuk menahan napasnya akhirnya memberanikan diri untuk buka suara, “Karena kau terlihat marah sekarang,” ujar Amara, nada bicaranya ikut melemah, tak mampu menandingi aura kuat milik Damien.
Damien menaikkan alis kanannya sembari terus setia menatap Amara yang tidak berkutik dibawahnya. Bahkan untuk menghindari tatapannya saja wanita itu tidak berani.
“Karena…”
Kalimat Amara menggantung di udara saat otaknya mendadak kosong dan tidak dapat bekerja dengan waras. Amara tergagap dan berakhir tidak menyelesaikan kalimatnya.
Damien menundukkan kepalanya untuk mendekatkan wajahnya pada Amara membaut wanita itu yang sudah terperangkap tidak bisa mundur hanya memejamkan kedua matanya rapat-rapat sebab takut. Kedua tangan Amara terkepal di sisi tubuhnya yang menegang.
Damien terus mendekat dan mengarahkan bibirnya pada pipi Amara, sedangkan Amara terus menutup kedua matanya, bahkan tidak terpikirkan lagi oleh dirinya untuk melawan.
Damien hampir mendaratkan bibirnya pada pipi Amara sebelum berakhir dengan satu umpatan yang lolos dari bibir Damien.
Sial, Damien hampir lepas kendali lagi. Damien harus ingat apda taruhannya itu dan dia tidak boleh bertindak berdasarkan alam bawah sadarnya lagi. Damien harus tetap waspada dan sadar sekarang.
Damien menyugar rambutnya sekali membaut surai pria itu berantakan kemudian segera melangkah mundur dan berjalan meninggalkan Amaa yang mematung sendirian disana.
Amara akhirnya membuka kedua matanya sembari memandangi Damien yang sudah hilang dari pandangannya. Amara akhirnya menarik napas sebanyak-banyaknya, dadanya naik turun saat Amara meletakkan tangannya pada jantungnya yang berdebar sangat kencang.
Besoknya, Amara benar-benar tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Amara kepikiran dengan kejadian kemarin, bagaimana tatapan Damien terhadap dirinya kemudian kedekatan mereka dan Damien yang hampir lepas kendali.
Sekarang tengah berlangsung meeting bersama para karyawannya, tetapi karena melamun, deretan panggilan dari sekertaris Amara berakhir diabaikan.
“Mrs. Amara?”
Amara mengerjap pelan, meminta maaf pada karyawannya dan menyuruh mereka untuk kembali melanjutkan meetingnya.
Tidak bisa begini.
Kemarin malam, Amara berhasil melihat sisi baru dari sosok Damien. Dan mengenai taruhan itu, Amara tidak akan menyerah.
Amara akan mencoba lagi ide gilanya yang lain malam ini.
Amara benar-benar bertekad untuk memenangkan taruhan itu.