"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps29. Haruskah bertemu dengannya?
Pagi kembali menyapa, cuaca hari ini sangat bagus, terlihat jelas dari langitnya yang begitu cerah.
Viona, gadis cantik itu telah bersiap untuk berangkat kerja. Setelah berpikir sepanjang malam, Viona memutuskan untuk berhenti dari Emerald Group. Ia benar-benar ingin menghapus keluarga Alex dari hidupnya.
Bukan tanpa alasan Viona mengambil keputusan tersebut. Pertama, Viona tidak ingin keluarga Alex baik padanya hanya karena darah yang ia donorkan, dan yang kedua, Alex masih berstatus suami orang, Viona tidak ingin dirinya dicap sebagai pelakor karena Alex terus membuntutinya. Karena yang Viona tahu, Alex telah menceraikan dirinya.
Tidak masala jika setelah ini ia harus pusing-pusing mencari pekerjaan baru. Viona hanya ingin hidup tenang dan jauh dari bayang-bayang keluarga kaya itu..
.
.
.
Seperti biasa, Viona berangkat kerja menggunakan ojek ofline. Setelah berpanas ria di jalanan, akhirnya Viona pun tiba di kantor.
Gadis itu langsung menuju ruangan Pak Suryo untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya.
"Kenapa kamu mau resign, Viona? Performa kamu cukup bagus loh diperusahaan ini." Pak Suryo merasa heran setelah membaca surat resign dari Viona
"Tidak kenapa-napa, Pak. Saya hanya ingin pulang kampung," sahut Viona.
"Jika hanya ingin pulang kampung, kamu bisa mengajukan cuti, Viona. Tidak perlu resign."
"Tidak, Pak. Rencananya saya akan lama di kampung,"
"Tapi kamu masih terikat kontrak, Viona. Kamu tidak bisa keluar begitu saja,"
Viona menepuk jidatnya tak percaya, bagaimana bisa ia melupakan kontrak kerja itu.
"Disini tertulis jelas, masa kontrak kamu masih lima bulan lagi," Pak Suryo membaca surat kontrak Viona. "Tapi, ada satu cara jika kamu benar-benar ingin keluar dari disini." ucap Pak Suryo.
"Cara apa, Pak?" tanya Viona antusias.
"Temui Tuan Winston, minta beliau menandatangani surat resign kamu"
Viona terdiam tak bisa berkata apa-apa, gadis itu keluar dari ruangan Pak Suryo dengan wajah kecewa, haruskah ia bertemu Alex untuk meminta tanda tangannya?
.
.
.
Jam dinding menunjukan pukul 12:00 siang hari, pertanda semua karyawan akan berhenti sejenak untuk mengisi energi mereka.
Viona membereskan berkas kerjanya diatas meja sebelum ia pergi makan siang. Gadis itu mengambil ponselnya lalu keluar dan hendak pergi ke tempat makan karyawan.
"Viona" panggil seseorang. Viona pun menoleh.
"Ada tamu yang ingin bertemu dengan kamu dibawa" ucap seseorang tersebut yang Viona kenali bertugas di bagian resepsionis.
"Aah, iya Kak. Makasih." sahut Viona. Ia pun bergegas turun kelantai bawah. Dalam perjalanan, otak Viona bekerja keras memikirkan siapa orang yang mau bertemu dengannya.
Viona berbalik dan hendak kembali ke lantai atas ketika mengenali sosok yang ingin menemuinya..
"Tunggu Vio, beri mama waktu untuk bicara sebentar," ucap Nyonya Veronika lembut. Wanita paruh baya itulah orang yang mencari Viona.
Viona menghentikan langkahnya, sesakit apapun hatinya, ia masih menjunjung tinggi norma kesopanan. Terlebih lagi lawan bicaranya adalah orang yang lebih tua darinya.
"Bicaralah Nyonya, saya tidak punya banyak waktu." ucap Viona datar.
"Mama akan bicara, tapi kita duduk dulu, ya," Nyonya Veronika menuntun Viona di sofa.
"Mama tau kamu tidak punya banyak waktu istirahat. Jadi mama bawakan makan siang untukmu, kita bicara sambil makan, ya." Nyonya Veronika mulai membuka rantang nasi yang ia bawa. Wanita tua itu mulai mengambil nasi dan beberapa lauk.
"Ayo makan," Nyonya Veronika menggeser makanan kedepan Viona.
Viona bergeming, tak menyentuh makanan itu sedikit pun. Nyonya Veronika yang tadinya bersemangat pun langsung meletakan sendoknya.
"Mama tau selama ini mama telah salah menilaimu, mata hati mama tertutup hingga tidak bisa melihat ketulusanmu," ucap Nyonya Veronika tulus. "Maafkan mama dan semua keluarga mama, beri kami kesempatan untuk memperbaiki semuanya" Nyonya Veronika terlihat sedih hingga meneteskan air mata.
Bukan hanya ingin memperbaiki semuanya dengan Viona, wanita paruh baya itu juga ingin menebus kesalahannya pada mendiang Kakek Volcan. Mengingat dirinya sering berdebat dengan sang ayah karena Viona. Kini ia baru menyadari mengapa ayahnya sangat baik pada Viona.
"Tidak ada yang perlu diperbaiki, Nyonya. Maaf sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Nyonya, saya harus katakan ini. Pertama, Nyonya tidak perlu meminta maaf, karena saya sudah memaafkan jauh sebelum Nyonya meminta maaf. Bahkan saya sudah melupakan semua kejadian itu. Kedua, Nyonya tidak perlu merasa bersalah apalagi berhutang budi, karena saya telah mendapatkan bayaran saya atas semua itu." Jelas Viona. "Maaf, tapi saya harus pergi sekarang. Waktu saya tidak banyak" pamit Viona.
"Tunggu Vio, setidaknya bawa makanan ini" cegat Veronika menghentikan langkah Viona.
Melihat Viona yang tidak bergerak, Nyonya Veronika cepat-cepat menyusun kembali rantang dan memberikannya pada Viona.
"Terima Kasih," ucap Viona. Gadis itu langsung melangkah pergi. Pikir Viona, tak ada salahnya menerima makanan itu, toh setelah ini Nyonya kaya itu tidak akan menemuinya lagi.
Veronika tersenyum senang, saat Viona menerima rantangnya.
banyak kerananya