Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 23 - Penipu Menjijjikkan
"Bohong! mulut mu adalah sampah, Aku tidak akan pernah bisa mempercayainya!" balas Rilly, masih belum hilang juga rasa amarah yang ada di dalam hatinya.
Selama ini dia telah ditipu mentah-mentah oleh Liam, bahkan Rilly sampai harus mendapatkan perlakuan yang sangat tidak menyenangkan.
"Berhenti membuat semuanya jadi sulit, cukup lakukan perintah ku dan kamu akan mendapatkan kebebasan," balas Liam.
"Ku ingatkan sekali lagi, diantara kita berdua kamu tidak punya pilihan dan hanya akulah yang punya perintah," tambah pria itu pula, bahkan belum sempat Rilly menjawab, Liam sudah bicara lagi ... terus mengambil kendali.
"Keluarga mu selama ini sangat mencemaskan kamu, a ... satu lagi, pria bernama Louis, Frans bahkan sempat memukulnya." Liam tersenyum miring. Semuanya tentang Rilly Aditama telah dia ketahui di luar kepala, termasuk alasan kenapa wanita ini ada kota Servo.
Dan mendengar nama Louis disebut, membuat hati Rilly berdesir. Mulutnya seketika terdiam, lidah terasa kelu.
Frans memukul Louis? apa dia mencari ku? batin Rilly, kedua matanya berkedip dengan cepat, mulai gusar tak menentu.
"Jadi ... berhenti lah main-main seperti ini, jika tidak ingin semuanya hancur dan matti, tetaplah bersikap seperti beberapa waktu lalu, saat kamu adalah Cathlen." putus Liam.
Dia akhirnya bangkit dari tubuh Rilly dan mengambil jarak, sementara Rilly masih tergugu di atas meja itu. Liam telah mengulliti hidupnya, bahkan tau juga tentang Louis. Tapi sedikit pun tak ada rasa bersalah pada pria itu.
Dadda Rilly terasa sesak, benar kata Liam, disini dia tidak punya pilihan dan hanya Liam lah sang pemberi perintah.
Rilly lantas perlahan bangkit juga, menahan sesak dan air mata yang nyaris tumpah.
"Aku sangat membenci mu Liam, sangat. Aku bersumpah, tiap malam aku akan memohon pada Tuhan untuk penderitaan mu," ucap Rilly, akhirnya air mata itu jatuh juga. Meski telah ahli dalam bela diri ataupun bersandiwara, namun tetap saja tak bisa mengubah jati dirinya yang lembut.
Teringat akan keluarganya selalu jadi hal yang membuatnya lemah, Liam terus mengintimidasi dia hingga membuat Rilly membayangkan hal yang tidak-tidak.
Bagaimana jika Liam sampai menyakiti keluarganya? ibu dan ayah, kakak dan iparnya, juga keponakan dan semua keluarga yang lain.
Rilly menggeleng, dia sungguh tak menginginkan hal itu terjadi.
"Sudah ku katakan, berhenti mengunakan perasaan mu. Sekarang duduk lah, aku akan memasang chip itu," titah Liam.
Sungguh, pria itu begitu dominan. Hingga yang harus terjadi adalah apa yang dia perintahkan, tak peduli pada yang lainnya.
Rilly makin menangis, makin muak dengan semua yang terjadi.
Baiklah, ayo kita lakukan Ril, hapus air mata mu. Batin Rilly. Kedua matanya pun bergerak untuk menghapus air mata itu.
"Tunggu, aku butuh jaminan, bagaimana jika setelah misi ini selesai ternyata kamu tidak membebaskan aku?" tanya Rilly, Liam telah kembali ke hadapannya dengan membawa chip tersebut, Tapi Rilly belum mau duduk, dia masih berdiri di tempat yang sama.
"Duduk."
"JAWAB!!" pekik Rilly, dia benci diperlakukan seperti ini, Rilly juga ingin suaranya di dengar, dia tidak ingin jadi orang boddoh untuk kesekian kalinya, yang hanya diperlakukan seperti boneka.
"Duduk."
"LIAMM!!" Teriak Rilly lebih kuat lagi.
Sampai Frans dan beberapa orang yang telah kembali ke markas pun mendengar suara teriakan Rilly tersebut, ya, semua orang di markas ini memang sudah tau kebenaran itu.
Tapi Liam memberi perintah untuk tetap merahasiakannya, karena itu pula lah tak ada yang berani menyentuh sang Nona muda.
Frans segera berlari menuju ruangan sang tuan diikuti oleh yang lain.
Lalu tercengang ketika melihat ruangan itu telah sangat berantakan, bahkan tatapan Frans pun langsung tertuju pada pinggang Liam yang terluka. Di lantai juga ada beberapa berccak darrah.
"Cathlen!!" bentak Frans, dia dan yang lainnya masuk, berniat memberi pelajaran pada wanita itu. Tanpa perlu dijelaskan, semuanya sudah paham bahwa luka itu pasti karena ulah Rilly.
"APA!! HAH! Kalian bukan Mafia!! KALIAN PENIPU MENJIJJIKKAN!!" Balas Rilly lebih kuat, sampai membuat Frans dan yang lainnya seketika tersentak.