BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merendahkan diri
Hari hari berlalu, tak terasa pernikahan Eca sudah berjalan satu bulan lamanya. Tapi hubungannya dengan Bara masih sama saja, masih terdapat jarak yang Eca berikan untuk Bara.
Bara juga belum mengambil mahkota milik Eca. Bara benar-benar menepati janjinya waktu itu hingga Eca masih per*wan sampai sekarang.
Tapi jika satu bulan lalu Bara hanya menjelajahi bagian atas tubuh Eca saja, kali ini Bara sudah berani bermain di bagian bawah juga seperti waktu itu. Semua yang Bara lakukan itu tentu saja membuat Eca tertekan.
Apalagi Bara yang akan bersikap acuh tak acuh dan meninggalkannya setelah berhasil membuat Eca terbang ke awan. Terkadang Bara juga sengaja menghentikan permainannya ketika Eca hampir mencapai puncak. Bara benar-benar mempermainkannya.
"Ca"
"Ya Mbak?" Eca menoleh ke belakang.
"Lagi apa?"
"Buat bekal Mbak" Eca kembali fokus pada makanan yang sedang ia susun di dalam kotak makan.
Eca sengaja membawa agak banyak karena biasanya Bara akan ikut makan siang bersamanya.
"Oh ya, apa Bada udah bilang sama kamu kalau minggu ini kami berdua akan pergi bulan madu?"
Tangan Eca berhenti sebentar karena merasa Bara belum memberitahunya sana sekali.
"Belum Mbak. Mungkin lupa kali ya, soalnya jadwalnya belum berubah"
"Oh ya udah, tolong kosongkan jadwal Bara untuk satu minggu ya Ca. Kami mau liburan dulu, walau pernikahan kamu udah lima tahun, aku juga ingin merasakan bahagianya menjadi seperti pengantin baru lagi"
"Iya Mbak. Aku juga beroda kalau kalian akan membawa kabar bahagia setelah pulang liburan nanti"
Eca yakin kalau saat ini perasaannya pada Bara masih sama. Yaitu hanya sebatas Kakak Ipar yang menjadi suami. Buktinya Eca sama sekali tak merasakan apapun saat Nola mengatakan ingin liburan bersama Bara. Tak ada kecemburuan, tak ada yang namanya iri atau semacamnya.
"Doakan saja Ca"
"Pasti Mbak
🍀🍀🍀
Eca sudah duduk manis di kursinya saat Bara baru saja datang. Tanpa Bara meminta, Eca juga langsung mengikuti Bara ke dalam ruangan gagasannya itu untuk membacakan agenda hari ini.
"Untuk hari ini, hanya itu Pak"
"Baiklah" Sahut Bara masih memandangi wajah Eca yang semakin hari semakin cantik di matanya.
"Oh ya, apa saya perlu mengosongkan jadwal Pak Bara untuk minggu depan? Saya dengan dari Mbak Nola kalau kalian berdua akan pergi berbulan madu, jadi biar saya susun dari sekarang"
Bara terlihat menatap Eca dengan panik. Dia seperti takut menyakiti perasaan Eca karena pergi liburan bersama dengan istri pertamanya tanpa mengajak Eca.
"Ca" Bara bangkit dari kursinya untuk mendekati Eca.
"Apa kamu mau ikut dengan ku?" Bara memeluk Eca, menyatukan keningnya dengan wanita kesayangannya itu.
"Maaf Pak. Ini bulan madu dan tentunya kalian harus menghabiskan waktu bersama. Ini bukan liburan biasa!" Eca sekarang sudah mulai terbiasa dengan sentuhan-sentuhan dari Bara.
"Tapi rasanya berat meninggalkan mu di sini"
"Hanya satu minggu Pak"
"Aku takut kamu meninggalkanku" Bara memeluk Eca. Menyusupkan wajahnya di ceruk leher Eca .
"Tidak akan, karena saya orang yang menepati janji" Sahut Eca.
Entah apa yang terjadi pada tubuhnya saat ini. Dia merasa nyaman di pelukan Bara. Tapi Eca segera menepis perasaannya itu. Di peluk dan di sentuh seluruh tubuhnya oleh Bara tentu saja membuat tubuhnya terbiasa.
"Ya, mungkin hanya karena itu!!" Tegas Eca pada perasaannya sendiri.
Cup...
Cup...
Bunyi kecupan mulai terdengar di telinga Eca. Bara sudah mulai mengecup leher sampai ke telinga Eca. Setelah ini, Eca bisa menebak apa yang akan terjadi.
Bara menggiring Eca sampai terduduk pada sofa tanpa melepaskan pelukannya. Dia hanya membiarkan Eca yang duduk di sana sedangkan Bara berjongkok di depan Eca.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu sayang" Bisik Bara sebelum dia mulai melu*mat bibir Eca.
Eca sudah pasrah jika lipstiknya akan berantakan setelah ini.
"Setidaknya balas ciumanku sebelum aku pergi" Pinta Bara di sela ciumannya.
Entah dorongan dari mana, Eca mulai mengiringi ciuman Bara yang begitu lembut. Keduanya benar-benar hanyut dalam ciuman itu. Hingga Eca tersadar kalau dress sudah tersingkap ke atas saat Bara mulai beralih mengecup bagian d*danya.
Apa Eca benar-benar terbuai sampai Eca tak tau kapan Bara menyingkap dress dan juga membuka kaitan b*a miliknya.
"Emmmhh" Suara manja itu mulai terdengar dari bibir Eca. Akhir-akhir ini dia memang tak malu lagi mengeluarkan suara indah yang di sukai Bara itu.
Eca menjambak rambut Bara saat merasakan p***ngnya di gigit kecil oleh Bara. Sedangkan yang satunya di p*lin dan dengan jari telunjuk dan jempol Bara. Rasanya sudah sangat luar biasa untuk Eca.
"Enak kan sayang?"
Eca mengigit bibirnya, dia tidak mau menjawab pertanyaan Bara itu. Hingga Bara mulai menjauhkan kepalanya. Pria itu menyeringai sambil meraih celana d*lam Eca.
Di tariknya celana itu sampai terlepas dari kaki Eca. Bara membuka lebar kaki Eca hingga memperlihatkan surga dunia yang di tumbuhi rambut halus di sekitarnya.
"Jangan!" Eca menggeleng dengan penuh harap jika Bara tidak akan menyentuhnya di bagian itu lagi untuk kali ini.
"Kenapa?"
Tak mengindahkan permintaan Eca. Bara justru mengangkat kaki Eca ke atas pundaknya untuk, lalu membenamkan wajahnya di sana.
"Akhhh!!" Eca benar-benar tak bisa menahan suaranya lagi.
Rasanya sungguh tak bisa di jelaskan. Otaknya meminta berhenti dan memintanya memberontak tapi tubuhnya mengkhianati.
Sruupp srupp...
Suara itu mengalun begitu indah di ruangan Bara meski masih pagi. Milik Eca terasa begitu manis dan harum sehingga membuatnya menginginkannya lagi setelah beberapa hari yang lalu Bara merasakannya untuk yang pertama kali.
Bara membuka lipatan daging berwarna merah muda itu dengan kedua jarinya. Dia menjari bulatan kecil sebesar biji kacang di sana. Setelah berhasil menemukannya, Bara kembali mendekat. Menjulurkan l*dahnya lalu menj***tnya dengan lembut.
"Ahhhh, Massshh...." Tangan Eca semakin kuat menarik rambut Bara. Rambut yang sudah tertata rapi itu kini jadi tak berbetuk lagi.
Tapi Bara tak peduli, dia justru semakin gencar memeprmainkan istrinya.
"Cukupphh Masss hentikannhh...aahhhhhhhhh!!!!" Eca memekik di iringi dengan tubuhnya yang bergetar dengan hebat.
Bara tersenyum dengan puas di bawah sana. Dia juga belum menjauhkan wajahnya dari surga miliknya itu. Tapi Bara justru menghi**p kuat cairan milik Eca yang keluar dari sana.
Srruupppp....
Bunyinya membuat Eca merasa geli sendiri meski sekarang dia terlihat begitu lemas.
"Rasanya sangat manis, aku menyukainya" Ucap Bara sambil mengusap sudut bibirnya.
Apa yang di lakukan Bara itu justru terlihat menjijikkan di mata Eca.
Eca mulai membenarkan dirinya yang begitu berantakan. Dia rasa dia harus mandi sekarang juga agar dia lebih nyaman saat bekerja.
"Pakailah ini untuk bersenang-senang selama aku pergi" Bara memberikan sebuah kartu kredit untuk
Eca.
"Tidak perlu, yang kemarin masih ada. Kenapa Pak Bara memberikan itu lagi"
"Aku hanya memberikannya untuk istriku"
"Tapi jika aku menggunakan semua uang itu aku hanya akan terlihat seperti wanita yang menjual diriku sendiri" Jawab Eca dengan suara tertahan dan sedikit bergetar.
Bara tau kalau Eca sedang menahan tangisnya saat ini. Entah Mengapa hatinya ikut sakit mendengar Eca merendahkan diri seperti itu. Padahal Bara sendiri tidak bermaksud demikian. Dia hanya ingin menafkahi Eca selayaknya seorang suami.
Tapi belum sempat Bara menjelaskan, Eca sudah terlanjur masuk ke dalam kamar mandi.