Pertemuan tanpa sengaja, membawa keduanya dalam sebuah misi rahasia.
Penyelidikan panjang, menyingkap tabir rahasia komplotan pengedar obat terlarang, bukan itu saja, karena mereka pun dijebak menggunakan barang haram tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah, Kapten Danesh benar-benar menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#28. Ironi Menyakitkan•
#28
Renata menatap nanar video yang baru saja diserahkan Marcus pengawal pribadinya, tak ada berita yang Renata nantikan setelah kembali dari Afrika, selain kelanjutan penyelidikan Marcus.
“Dilihat dari tanggal kejadian, Nona Alley menemui Pria itu di Singapura, ketika Nyonya sedang berada di Indonesia.”
“Lalu apa saja yang mereka bicarakan?”
“Itu yang sedang Saya selidiki, termasuk juga identitas Pria itu. Dan bagaimana bisa Nona Alley mengenal Pria itu.”
Renata diam, ia nampak berpikir sejenak, “Apakah mungkin Pria ini juga ada hubungannya dengan Gerald, something like partner business, maybe?”
Tak salah jika Renata berpikir demikian, mengingat Gerald mewarisi profesi lama mertuanya sebagai sosok mafia yang sudah tak perlu diragukan lagi sepak terjangnya. Yah, walaupun kini Gerald juga memiliki bisnis legal yang cukup mumpuni. Kemungkinan terburuk itu, akan selalu ada.
“Apa yang kalian bicarakan?”
Pertanyaan tersebut, membuat Renata buru-buru menyerahkan kembali tablet milik Marcus, Renata tak mau Gerald mengetahui bahwa dirinya sedang menyelidiki sekretaris pribadi pria itu.
“Hanya urusan yayasan,” jawab Renata sambil beranjak dari tempat duduknya, “Kamu boleh pergi Marcus.”
Seperti biasa, Gerald tak terima jika diacuhkan begitu saja oleh istrinya, ia menarik lengan Renata hingga wanita itu terjerembab di pelukannya. Tanpa ragu sedikitpun ia melahap belahan bibir Renata, begitu lembut dan dalam, “Kenapa tak membalas ciumanku, Heem?” tanya Gerald parau.
Rasa lelah usai menempuh perjalanan jauh membuat Renata malas berdebat, hingga ia pun mulai membalas ciuman suaminya, bahkan bergelayut manja seperti bayi koala di tubuh gagah nan tegap milik Gerald. “Oh, Sayang, Kamu manis sekali jika bersikap seperti ini.” Gerald kembali berbisik.
Sejahat-jahatnya Gerald ia tak bisa menolak jika sudah bersentuhan dengan tubuh istrinya, kapanpun dan dimanapun, rasa cintanya tak pernah pupus kendati ia tahu Renata menyimpan nama pria lain dihatinya.
Lucunya kisah cinta mereka, Gerald masih merasa cemburu padahal sejak mereka menikah beberapa tahun silam, Renata tak pernah lagi melawan kehendaknya. Wanita itu selalu berusaha menjadi istri yang baik, kendati ia tahu Gerald masih suka bermain-main di belakangnya.
•••
Sore itu setelah melampiaskan kerinduan, mereka habiskan berdua di kursi malas tepi kolam renang. Keduanya tampak harmonis seperti pasutri normal pada umumnya, Renata meletakkan potongan buah diatas meja, ia baru saja mengambil buah tersebut dari lemari pendingin.
Sementara Gerald yang tak mau jauh-jauh dari sang istri pun meraih pinggang Renata, hingga wanita itu duduk di pangkuannya.
Gerald menyingkap kain satin yang menutupi tubuh sexy Renata yang hanya tertutupi pakaian dalam. Walau baru saja mengeksplorasi tubuh istrinya, Gerald seperti belum puas menatap keseluruhan pahatan sexy tersebut.
Namun tak lama kemudian Gerald memeluk erat tubuh Renata, “Aku ingin seorang Bayi lagi,” bisik Gerald disela pelukannya.
“Kenapa tak memintanya dari kekasihmu?” tanya Renata penasaran.
Gerald tak langsung menjawab, ia mengendus leher jenjang Renata, berlanjut mengeksplorasi kedua aset pribadi Renata, “No! Aku hanya menginginkan anak darimu.” Gerald menatap kedua mata Renata kala mengatakannya, “Hanya dari rahimmu seluruh keturunanku berasal.”
Dari ruang tengah, Alley menatap adegan mesra tersebut dengan perasaan meradang.
Dadanya bergemuruh menahan rasa sakit, ketika lima bulan yang lalu ia mengatakan pada Gerald tentang kehamilannya.
Yah, Gerald marah, bahkan nyaris menghilangkan nyawanya, Alley akui ia salah karena sengaja membuat dirinya hamil, agar bisa memiliki Gerald sepenuhnya.
Namun Gerald yang memang tak pernah menganggapnya spesial, melakukan hal yang membuat nyawa Alley hampir melayang, hanya karena Alley mengatakan bahwa benihnya sedang tumbuh di rahim Alley.
Dan ternyata yang Alley takutkan benar-benar terjadi, beberapa jam setelah menerima penganiayaan dari Gerald, nyawa janin yang baru berusia beberapa minggu itu pun melayang.
Memang bukan kesalahan Renata ia mengalami hal itu, namun karena Gerald sangat mencintai Renata, ia tak mau benihnya tumbuh di rahim wanita selain Renata.
Dan yang terburuk, setelah Alley mengalami keguguran, Gerald menjadi dingin terhadapnya. Jika biasanya Gerald akan menidurinya ketika Renata sedang pergi menjalankan kegiatan sosial atau misi kemanusiaan. Kini Gerald sama sekali tak meliriknya kendati Renata pergi selama beberapa minggu.
Rasa sakit, dendam, berbalut kecemburuan, membuat Alley melakukan hal nekat, jika ia kehilangan anak hanya karena Renata, maka Renata pun harus merasakan hal serupa.
Diam-diam Alley memesan sebuah obat mematikan pada orang yang Gerald percayai membuat cherry pil, selain Alley harus membayar mahal pada pria itu, ia juga harus siap dengan resiko kehilangan nyawa jika sampai Gerald mengetahui perbuatannya.
Gerald memang dingin, agak susah menunjukkan perasaan sayangnya pada Edgar, tapi sesungguhnya Gerald sangat menyayangi putra semata wayangnya tersebut, bahkan tak jarang ia membangga-banggakan kepintaran Edgar di hadapan Alley atau rekan-rekan bisnisnya.
Hati siapa yang tak patah, sementara dirinya harus menanggung kesakitan karena janinnya meninggal di tangan Ayah biologisnya. Disisi lain ia harus terus merasa iri karena Gerald terlihat membanggakan, serta sangat menyayangi putra yang Renata lahirkan.
Sungguh sebuah ironi yang menyakitkan.
•••
Sesuai informasi yang Danesh dapatkan dari pria yang ia tangkap, maka sore itu, ia menggantikan kedua pria itu mendatangi lokasi pengambilan cherry pil.
Uniknya, kali ini tempat pengambilan adalah di sebuah mall terbesar Ibu Kota, Danesh sudah datang dua jam sebelum jadwal pertemuan berlangsung, agar ia sempat bertemu dengan sang kurir yang bertugas meletakkan barang.
Bukan hanya Danesh dan anak buah Letnan Hadi yang terjun langsung, mereka berkeliaran di mall. Marco dan Bastian pun ikut serta, bahkan Dhera sudah berada tak jauh dari lokasi pengambilan barang.
Polisi berjaga di setiap titik strategis, earphone pun selalu berbunyi menandakan kesiapan koordinasi, dengan mata jeli yang terus mengawasi situasi.
Setiap ada orang mencurigakan mereka dekati dan amati, namun orang yang mereka tunggu tak kunjung datang.
“Titik 1 ada seorang pria menggunakan pakaian serba hitam, mendekati lokasi.” Salah seorang melaporkan situasi. Membuat semua mata tertuju ke arah yang dimaksud, memang benar ada seseorang berpakaian serba hitam, raut wajahnya gelisah. Tak terhitung berapa kali ia menoleh ke segala penjuru arah, seperti mencari dan menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
Pria itu semakin terlihat mencurigakan karena membawa sebuah ransel yang ia peluk di dadanya, semakin dekat pria tersebut dengan titik lokasi, semakin membuat semua orang waspada.
“DIA MENUJU TITIK LOKASI!”
Dan tanpa menunggu aba-aba lebih lanjut, semua orang bergerak mendekati titik lokasi, dan …
Kejadiannya begitu cepat, pria itu bahkan tak sempat menghembuskan nafasnya, ketika beberapa polisi datang meringkusnya.
“Siapa kalian?” tanyanya dengan wajah pias ketakutan.
“Diam dan katakan semuanya di kantor polisi.”
“Apa?! Kenapa jadi kantor polisi? Aku sedang menunggu orang yang janji memberiku pekerjaan. Aku bahkan sudah membayar 10 juta secara tunai, tapi setelah 5 jam menunggu, si breng^sek itu tak kunjung datang.”
Semua orang saling pandang, bingung karena ternyata kenyataan tak seindah harapan.