Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Induk Ular
Sebulan setelah masuknya Rangga kedalam penjara, kini Lena mencari Rangga keperusahaan Zia.
"Bu, ada wanita yang menunggu ibu didepan, dia marah-marah," ucap Nindi.
"Siapa Nin?" tanya Zia.
"Tidak tahu bu, tadi sudah saya katakan, kalo ibu sedang ada meeting, tapi dia kekeh mau menunggu ibu," jawab Nindi.
Zia penasaran dengan yang Nindi ucapkan.
"Antarkan saya, saya penasaran," ucap Zia.
Lalu keduanya keluar dari ruangan Zia, karena Zia juga penasaran, siapa yang ingin menemui dirinya.
Saat Zia keluar dari lift, Zia cukup bingung dengan kedatangan wanita yang mencari dirinya.
"Lena, ngapain dia kesini," gumam Zia heran.
Lalu Zia mendekati Lena, ia penasaran dengan tujuan Lena ingin bertemu dengannya.
"Ada hal apa yang membuatmu kesini?" ucap Zia, berdiri tegak, menatap Lena.
"Aku tidak mau basa-basi dengan kamu.." ucap Lena terpotong.
"Sorry, aku juga tidak suka dengan kedatanganmu kesini," timpal Zia.
"Kamu sembunyikan dimana mas Rangga," tanya Lena.
"Dasar wanita munafik, katanya sudah tidak mau menerima mas Rangga lagi, tapi malah kamu sembunyikan, biar tidak bertemu dengan aku," lanjut Lena, memaki Zia.
"Tunggu!" Zia menyela ucapan Lena.
"Bukannya kamu istrinya Rangga, ya, kenapa menanyakan dia dengan saya?" ucap Zia.
"Maksud kamu?" tanya Lena bingung.
"Rangga ditangkap polisi, karena dia berusaha menyakiti saya, dan dia mengejar saya, karena dia ingin rujuk dengan saya, tapi saya tolak," jawab Zia.
"Masuk penjara," ucap Lena.
"Masa istrinya tersayang tidak tahu, suaminya masuk penjara," ujar Zia.
"Ini semua gara-gara kamu, dasar wanita licik," bentak Lena.
"Loh, kenapa menyalahkan orang lain," ujar Zia, menggelengkan kepala.
"Ternyata memang kalian jodoh, sama-sama tidak waras," lanjut Zia.
"Gara-gara kamu mencuri uang mas Rangga, jadi dia berusaha meminta haknya, tapi kamu malah tidak mau mengembalikan uangnya," ucap Lena.
"Hak?" ucap Zia, tertawa.
"Seharusnya aku yang meminta hak suamiku dulu, bukannya uang Rangga dikasih sama kamu semua, sedangkan aku tidak diberikan nafkah sedikitpun," lanjut Zia.
"Awas ya kamu, Zia!" Lena menunjukan jarinya, kearah Zia.
Zia langsung menepis tangan Lena.
"Jauhkan tangan kotormu itu, jalang seperti dirimu tidak pantas berdekatan dengan aku," ejek Zia.
Lena merasa dirinya direndahkan oleh Zia, panas hati Lena saat mendengarnya.
"Apa! Tidak terima?" ejak Zia.
"Dasar wanita mandul," ucap Lena.
"Aku tidak mandul, hanya saja selama menikah dengan bajingan itu, aku disuruh minum pil KB," jawab Zia.
"Tapi aku bersyukur, karena tidak melahirkan benih dari laki-laki seperti dia," lanjut Zia.
Setelah mendengar itu, Lena langsung meninggalkan Zia, mungkin karena sudah kalah bicara.
"Bu, itu siapa sih?" tanya Nindi, penasaran.
"Ah biasa, ular," jawab Zia.
Sontak saja membuat Nindi merasa lucu dengan jawaban atasannya.
Saat Zia dengan Nindi, akan masuk kedalam, tiba-tiba ada seorang wanita yang teriak memanggilnya.
"Zia.." teriak seorang wanita, yang suaranya tak asing bagi Zia.
"Siapa lagi, bu?" tanya Nindi.
"Kalo ini induk ularnya," jawab Zia dengan tenang.
"Dasar wanita tidak tahu diri, syukur-syukur tidak kami tuntut atas pencurian uang anak-ku," teriak bu Minah.
"Ada apa bu, kenapa bersisik sekali?" ucap Zia dengan tenang.
"Bebaskan anak-ku," pinta bu Minah, dengan gampangnya.
"Tidak semudah itu," jawab Zia tersenyum.
"Dasar wanita tidak tahu diri." Bu Minah memaki Zia dihadapan semua karyawan Zia.
"Seharusnya perusahaan ini menjadi milik anak-ku, karena selama ini dia yang mengelola perusahaan ini," ucap bu Minah tidak tahu diri.
"Bangun!" ujar Zia.
"Ini perusahaan milik ayahku, bukan milik anakmu yang bajingan itu," lanjut Zia.
"Jaga ucapanmu!" bentak bu Minah.
"Loh, kan ibu yang duluan, jadi saya hanya menjawab," ujar Zia.
"Pergi dari sini, atau ibu dengan anak perempuan murahan ini, diseret sama satpam," usir Zia.
"Aku bukan wanita murahan!" ujar Lisa, yang tidak terima dengan ucapan Zia.
"Oh, ya, lalu beberapa hari yang lalu, kamu kehotel bersama laki-laki yang pantas menjadi ayah kamu itu ngapain? Mai catur?" ucap Zia.
"E-emmm, itu klienku," ucap Lisa.
"Lisa Lisa, kamu kira aku bodoh," ujar Zia.
"Semakin kesini, kamu semakin sombong dan tidak mempunyai sifat sopan santun," kata bu Minah.
"Sombong? Jelas, aku memiliki segalanya, harta yang tidak akan ada habisnya, memiliki keluarga yang cemara, sedangkan keluarga kalian itu parasit," jawab Zia.
"Mungkin hasil didikan orangtuanya begini, atau tidak dididik," ucap bu Minah, tidak sadar dengan ucapannya.
"Orangtuaku mendidik aku sopan kepada orang lain, bukan takut, dan kebetulan kalian jenis manusia yang tidak tahu diri," ujar Zia.
"Bu, kita kesini mau meminta agar mereka membebaskan kak Rangga, jangan memperkeruh keadaan," bisik Lisa.
Bu Minah menghela nafasnya, sejujurnya ia tidak mau merendahkan dirinya didepan mantan menantunya.
"Lepaskan Rangga, ibu mohon, Zia," pinta bu Minah.
Zia hanya tersenyum sinis, melihat mantan mertuanya.
"Yang memasukan Rangga kepenjara bukan aku, tapi ayahku dan juga kedua kakaku" jawab Zia.
"Kamu bisa meminta kepada mereka untuk melepaskan Rangga, ibu yakin, kamu masih cinta kan sama anak ibu," ucap bu Minah.
"Tidak sudi, aku tidak mencintai laki-laki seperti dia," jawab Zia.
"Turunkan egomu Zia, ibu dengan Rangga bisa memaafkanmu, dan menerimamu kembali," kata bu Minah.
Zia tertawa mendengar ucapan mantan mertuanya.
"Apa yang mau kalian maafkan, aku tidak salah apapun!" ujar Zia.
"Selama ini, kalian hanya memaanfaatkanku saja, seharusnya kalian sadar dengan apa yang kalian lakukan. Selama aku menikah, kalian hidup dari uangku, dan anakmu kerja diperusahaan keluargaku, kurang baik apa aku pada kalian, hah!" pekik Zia, yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Pergi kalian dari sini, jangan menganggu Zia!" usir Arka, yang kebetulan baru sampai keperusahaan Zia.
"Siapa kamu, kamu tidak berhak mengusir kami," ujar bu Minah, menatap Arka dengan tatapan tidak suka.
"Saya berhak, karena saya calon suami Zia," jawab Arka.
Zia menatap Arka.
Arka memberi kode kepada Zia, agar Zia mengikuti rencana Arka.
"Ini calon suamiku, jelas dong, aku sudah melupakan Rangga," ucap Zia, menyentuh tangan Arka dengan mesra.
"Kau.." tunjuk bu Minah.
"Pergi dari sini, jangan tampakan muka kalian dihadapan calon istriku," usir Arka.
"Dan perlu kalian ingatkan, aku ataupun keluargaku, tidak akan membebaskan Rangga begitu aja, biarkan dia merenungi kesalahannya," ujar Zia.
"Awas kalian," ucap bu Minah, dengan emosi.
Bu Minah dengan Lisa meninggalkan perushaaan Zia, dengan sumpah serapahnya kepada Zia.
"Satu keluarga stres semua," ujar Arka.
"Sutt.." ucap Zia tertawa.
"Tidka habis pikir, ternyata manusia seperti itu ada didunia ini," ucap Arka menggelengkan kepala.
***