Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Kedatangan Oma
Semenjak kejadian malam itu, Arneta menjauhkan diri dari keluarga El. Terutama Oma Sukma dan Tante Lia. Setiap kali ada pertemuan keluarga, Arneta selalu mencari alasan untuk tidak pergi. Terkecuali jika hanya berkunjung ke kediaman mertuanya. Karena di sana tidak ada Tante Lia dan Oma Sukma karena Oma Sukma memilih tinggal di rumah Tante Lia.
El sama sekali tidak peduli dengan sikap Arneta itu. Menurutnya, akan lebih bagus bila Arneta tidak ikut ke acara keluarganya. Karena hanya akan membuatnya malu saja. Tidak ada juga perdebatan yang terjadi bila Arneta tidak ikut bersamanya.
"Jadi kapan kamu berencana menceraikan Arneta, El?" Malam itu, di saat El datang berkunjung ke kediaman Tante Lia. Oma Sukma mempertanyakan hal yang sama seperti yang ia tanyakan sebelumnya pada El.
"Sebentar lagi, Oma. Aku gak bisa tergesa-gesa juga menceraikannya. Oma tahu sendiri ancaman Papa kepadaku."
Oma Sukma terdiam dengan wajah yang kurang bersahabat. Anak pertamanya itu memang menentang El menceraikan Arneta. Apa lagi karena alasan yang tidak logis. Oma Sukma pun tidak punya senjata untuk menekan Tuan Keenan agar membiarkan El menceraikan Arneta karena seluruh harta Tuan Keenan tidak didasari atas pemberiannya.
"Oma tu lebih suka kamu sama Cahya. Anaknya baik, cantik, sepadan pula sama kita. Ya... walau pun sebenarnya kamu masih cintanya sama Sheina." Kata Oma Sukma. Dia memang sudah mengenal sosok Cahya saat ia tidak sengaja bertemu El dan Cahya yang sedang makan berdua di sebuah kafe. Oma Sukma yang saat itu datang bersama dengan Tante Lia jadi berkenalan dengan Cahya dan berbincang banyak dengannya.
El menghela napas dalam-dalam. Dia tahu jika Oma Sukma dan Tante Lia lebih menyukai Cahya dibandingkan Arneta. Namun, El tidak menyukainya. Sampai kapan pun, El akan tetap mencintai Sheina. Walau pun keberadaan wanita itu tidak ia ketahui dimana keberadaannya.
El memutuskan percakapan mereka tentang Cahya. Dia segera berpamitan pulang ke rumahnya dengan sebuah alasan. Oma Sukma pun terpaksa mengizinkannya walau sebenarnya ia belum puas berbicara dengan El.
"Lia, Mama minta kamu bujuk Keenan buat membiarkan El menceraikan Arneta. Dia itu wanita murahan. Gak pantas masuk ke dalam keluarga kita!"
Tante Lia menghela napas sejenak. "Mama tahu sendiri gimama Kak Keenan. Dia gak bisa diatur, Mah. Kak Keenan juga gak peduli dengan latar belakang Arneta."
Oma Sukma merasa geram. "Pasti otaknya Keenan sudah dicuci oleh wanita murahan itu. Makanya Keenan gak peduli dengan masa lalunya yang kelam!" Semakin hari, semakin ada saja yang membuatnya kesal pada Arneta. Walau pun Arneta tidak pernah berbuat hal buruk kepada dirinya.
Pukul sepuh malam, El sudah tiba di kediamannya. Hal pertama yang ia cari saat masuk ke dalam rumah adalah Arneta. Entah kenapa dia ingin melihat wanita itu. Beberapa hari belakangan ini, mereka memang jarang bertemu karena Arneta pergi kerja lebih pagi dan pulang sudah hampir malam.
"El!" Arneta yang baru saja hendak meneguk air putih terkejut melihat kedatangan El secara tiba-tiba ke dalam dapur.
El menatap dingin wajahnya. Dia tidak bersuara sedikit pun. El hanya mengamati wajahnya sejenak kemudian berlalu pergi dari hadapan Arneta.
"Dia mau apa tadi ke sini. Kenapa sekarang langsung pergi saja?" Arneta jadi bertanya-tanya.
Sementara El yang kini sudah melangkah menaiki anak tangga, tengah memikirkan sikap Arneta selama mereka menikah. "Kenapa dia tidak pernah memperlihatkan sikap buruknya kepadaku. Dia bahkan selalu bersabar setiap kali aku menghinanya." Entah mengapa hal tersebut tiba-tiba saja terbesit di benak El.
"Sialan. Kenapa aku jadi mikirin dia. Tentu saja dia banyak bersabar kepadaku. Karena dia sudah mendapatkan banyak uang dari Papa!" El jadi berpikiran buruk kembali. Entah sampai kapan dia bisa berpikiran baik kepada istrinya itu.
Hari-hari berlalu, tidak ada kemajuan dari hubungan El dan Arneta. Keduanya masih saja asing bagaikan bukan pasangan suami istri. Berbeda dengan hubungannya dengan Arneta, hubungannya dan Cahya justru semakin dekat saja. Bahkan tak jarang, El mengajak Cahya berkunjung ke kediaman Tante Lia atas permintaan Tante Lia dan Oma Sukma.
Walau mengetahui kedekatan El dengan Cahya, tidak membuat Arneta merasa cemburu. Arneta sadar diri statusnya apa dan siapa dirinya. Cahya memang memiliki segalanya dibandingkan dirinya. Dan El, memang pantas lebih menyukai Cahya dibandingkan dirinya.
Sore itu, tanpa diduga Oma Sukma datang ke kediaman mereka dengan membawa Cahya. Arneta yang ingin bersiap pergi ke rumah kontrakannya pun terkesiap melihat kedatangan kedua wanita itu.
"Oma, Cahya?" Lirih Arneta dalam hati. Dia jadi bertanya-tanya bagaimana bisa Oma Sukma datang bersama Cahya. Dan bagaimana mereka bisa terlihat sangat dekat.
"El!!" Oma Sukma berteriak memanggil nama sang cucu. Dia sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Arneta di dekat mereka.
Arneta hendak menyalimi tangan Oma Sukma. Namun, wanita itu mengabaikannya bahkan seperti tidak melihat keberadaannya.
"Arneta..." Cahya tersenyum manis kepadanya. Cahya segera mengulurkan tangan pada Arneta untuk bersalaman.
Tak lama berselang, El nampak menuruni tangga dengan tergopoh-gopoh. Pria itu mengulas senyum saat melihat keberadaan Oma Sukma dan Cahya di rumahnya.
"Oma, kenapa datang ke sini gak bilang-bilang?" El sudah menyalimi tangan Oma Sukma. Tak lupa tersenyum pada Cahya yang nampak sangat cantik dengan midi dress bewarna biru yang melekat indah di tubuhnya.
"Iya. Kebetulan tadi Oma lagi jalan-jalan sama Cahya. Jadi Oma pengen mampir ke sini deh sekalian."
Arneta hanya diam mendengarkan percakapan mereka. Keberadaannya di sana sudah seperti makhluk astral yang tidak kasat mata sehingga tidak dapat dilihat oleh Oma Sukma dan El.
"Oma mau minum apa?" Arneta akhirnya bersuara juga. Walau pun tidak terlihat keberadaannya, setidaknya dia harus menawarkan minum pada tamunya.
Oma Sukma hanya melirik sinis sekilas kepada dirinya. Kemudian kembali fokus berbicara pada El. Menceritakan kegiatannya tadi siang bersama Cahya.
"Gak perlu repot-repot, Arneta. Aku dan Oma udah minum dari luar." Cahya mengambil alih jawaban Oma Suka. Seperti biasanya, dia terlihat tersenyum saat berbicara dengan Arneta. Tidak terlihat sama sekali keburukan dari wajah Cahya dan sikapnya. Dia juga tidak bersikap seperti pelakor pada umumnya.
Arneta mengangguk saja. Menyadari keberadaannya di sana tidak diharapkan oleh mereka, Arneta lekas berpamitan untuk pergi. Lagi pula dia sudah tidak sabar bertemu dengan ibunya. Apa lagi firasatnya tentang ibunya semakin tidak enak akhir-akhir ini.
"Lihatlah istri kamu itu. Sungguh tidak sopan. Masa dia pergi di saat Oma ada di sini?!" Oma Sukma menatap sinis kepergian Arneta. Cucu menantu yang sangat tidak diharapkannya.
bukannya ngasih semangat & nasehat yg baik buat anaknya malah masih aja ngasih racun...🤦🏻♀️🤦🏻♀️