Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.
Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.
"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APA DIA MENYUKAIKU?
Sosok Pria berambut hitam legam dengan kedua irisnya yang merah berjalan di koridor dengan napas yang terengah-engah. Pria itu, terlihat seperti berusia 22 tahun. Dia memegang dadanya dan meremas pakaiannya saat berjalan.
Edith, bersembunyi di belakang vas bunga yang berukuran 1 meter dengan diameter terlebar 50 cm. Dia mengenal wajah itu. Wajah tampan yang menjadi berita hangat di kantornya.
Ash Caluis Benerick Pangeran terkutuk karena memiliki jiwa Iblis mesum di dalam tubuhnya. Selain mesum, Iblis itu juga jahat. Hampir seperti kepribadian ganda. Tapi, jiwa itu nantinya yang akan menguasai tubuh Ash sepenuhnya. Dan dia butuh Saint untuk membantunya menghambat jiwa Iblis itu menguasai dirinya. Sayangnya, Saint terlambat sehari. Dan Saint menikah paksa dengan Iblis di tubuh itu.
Edith menggigit kuku jarinya membayangkan nasibnya. "Aku harus cepat keluar dari sini..." Lirih Edith tidak ingin menjadi salah satu pengikut Iblis di dalam tubuh Ash.
Edith mengingat, di chapter ke 54 saat Ash menikah dengan Saint, seluruh Pelayan di Mansion Ibunya dibunuh olehnya. Bukan hanya Pelayan, Ibunya juga menjadi korban amukan Iblis itu. Ditambah, Edith sadar jika,...."Ini bukan obat penghambat gairah. Tapi, ini sihir dalam bentuk bubuk untuk mengunci Iblis itu agar tidak keluar..." Edith terus bergumam sambil berjongkok di belakang vas besar itu.
Edith, tidak menyadari sosok Pangeran Ash yang memenuhi otaknya saat ini, melihat ke arahnya dan sudah berdiri di sebelahnya. Suara sesak dari napas Ash-lah yang menyadarkan Edith dari ribuan gumamannya.
"HUAH!!!!" Edith berteriak karena terkejut dan tidak sengaja menabrak vas besar itu.
Ash dengan sigap, menangkap Vas itu sebelum benar-benar terjatuh di lantai marmer. Disini, Edith terpesona melihat wajah Ash yang sama dengan ilustrasi di novel. Dimana, dia digambarkan sebagai pria muda yang memiliki postur wajah tirus dengan garis rahang yang tegas. Alisnya tebal namun rapi, bulu matanya yang lentik, bahkan hidungnya yang mancung layaknya orang Eropa.
"Tampan sekali" Bibir Edith mengucapkannya tanpa sadar.
Ash mendengar ucapan itu. Dia memasang wajah kesalnya. "Apa yang kau katakan?" GROOOO. Layaknya aura mendominasi keluar dari sekitar Ash. Edith kembali sadar dan dia langsung membungkukkan tubuhnya. "Maafkan saya, TUAN MUDA!!!!" Ucap Edith dengan nyaring.
Suara Edith sungguh nyaring dan menusuk di telinga Ash. Karena kekesalannya itu, "BAGH!" Dia menghentakkan tangan kirinya ke tembok dan membuat Edith yang membungkuk kembali berdiri tegak. "Uh, sial... kabedon?" Kaki Edith gemetar karena ketakutannya terhadap sosok Ash.
Ash menatap mata hijau Edith yang terlihat kesana-kemari. Dia mengarahkan tangannya ke arah wajah Edith. "Tidak! Apa dia mau mencekikku?" Edith menutup matanya. Jantungnya berdebar. Hingga, tangan dingin itu menyentuh dagunya dan mendongakkannya. Edith membuka matanya menyadari Ash tidak mencekiknya.
"Hei, apa kamu luang? Jika luang aku ingin kamu-" Wajah Ash sungguh dekat dengannya.
"HUAAHH! BRUK!" Edith berteriak dan mendorong Ash dengan keras hingga membuat Ash terjatuh. "Drap!" Dia berlari dengan cepat dan menarik rok pelayannya tinggi-tinggi.
Ash tampak kebingungan. "Dia kenapa? Apa dia Pelayan baru? Ah, sudahlah. Aku akan memanggil dokter sendiri" Ash berniat untuk meminta tolong kepada Pelayan yang dia temui untuk memanggil dokter karena kondisinya semakin buruk sejak perjalanannya menunju Mansion ini.
...♡♥︎♡...
Edith masuk ke dalam dapur dengan napasnya yang terengah-engah. Dia berkeringat banyak dan mengintip ke luar. "Dia....Dia tidak mengejarku, kan?" Lirih Edith. Dia tidak menyadari kondisi dapur yang sedang sibuk.
Tidak berhenti disana, Kepala koki tiba-tiba memanggil namanya, "Edith" Edith sedikit tersentak karena panggilan itu. Dia melihat ke arah asal suara itu. Seorang Pria tua memberikan nampan kepada Edith. "Antar ini ke kamar Tuan Muda. Ini tugasmu, kan? Pastikan kau bekerja dengan benar" Ucapnya menjulurkan nampan itu kepada Edith.
Nampan itu sedikit berat. "Uh, tentu" Pagi ini sungguh Pagi Yang sibuk bagi Edith. Seolah banyak informasi yang otaknya terima dalam waktu yang singkat. Edith meletakkan nampan itu di meja dorong. Dia menghela napas panjang.
"Ah, aku tau ini buruk. Bubuk ini adalah sihir. Jika dikonsumsi setiap hari, ini akan buruk untuk tubuh Ash. Tapi, jika tidak begini.... Aku akan menjadi orang pertama yang mati di tangannya"
Edith mulai mendorong meja saji itu, layaknya tak ada tenaga. Edith sungguh lemas memikirkan nasibnya yang akan terjadi jika dia ketahuan mencampurkan bubuk sihir itu ke dalam makanan Ash. Sampai di ujung lorong menuju kamar Ash, disana ada 2 penjaga yang khusus berjaga disana. Mereka menghentikan Edith untuk memeriksa apa yang dia bawa.
Edith menelan ludah. Dia sungguh tidak tau bagaimana nasib dari tubuh Pelayan yang dia masuki ini, karena cerita dalam novel hanya fokus terhadap kisah kekejaman Ash kepada Saint. Nama Edith memang muncul beberapa kali sebagai Pelayan yang mengantarkan makanan Ash. Dan nama itu, berakhir tewas saat Ash dikuasai oleh Iblis itu.
"Huffff.... Permisi, saya mau mengantar makanan Tuan Muda" Ucap Edith saat dihalangi oleh dua penjaga itu.
"Buka tudung sajinya" Ucap salah satu dari penjaga itu.
Edith membuka tudung sajinya tanpa ragu. Karena Penjaga itu tidak akan menyadari serbuk sihir yang dia taburkan.
"Baiklah. Tinggalkan saja makanan itu disini. Kami akan mengantarnya"
Mendengar itu, Edith tidak ingin mencari masalah dengan Ratu (Ibu Ash). Ibu Ash terkenal keras dan di dalam novel, pernah diceritakan jika Ibu Ash pernah membunuh sebanyak 15 Pelayan yang ketahuan menghianati tugas dan kepercayaannya.
Edith menunjukkan senyuman bisnisnya. "Um, maafkan aku. Aku harus memberikan makanan ini langsung kepada Tuan Muda. Demi menjaga kehangatan makanan ini, dan juga aku ingin memastikan jika Tuan Muda memakannya dengan benar" Ucap Edith memelas.
Mereka berdua adalah pengawal dari pihak Ash. Mereka berdua merasakan kecurigaan terhadap sikap Edith.
"Mengapa? Pangeran Ash bisa makan dengan benar meski tidak ada kau"
"Apa makanan itu, diberi obat aneh?" Penjaga itu mendekat ke arah Edith.
Kedua mata Edith terbuka lebar. Dia terlalu menganggap remeh orang disekitarnya. "Tidak. Bukan begitu...." Ucap Edith.
"Lantas, mengapa?"
Lagi-lagi, Edith menelan ludah. Dia tidak tau apa yang harus dia katakan.
"Huh? Kenapa kau diam?"
Mereka memojokkan Edith. Edith terlalu meremehkan mereka. Dia menundukkan kepalanya. Seperti tidak memiliki alasan lain, semuanya seolah berputar-putar di kepala dan telinganya.
"Hei nona, apa kau utus-"
"ITU KARENA AKU MENYUKAI TUAN MUDA! AKU INGIN MELIHATNYA MESKI SEBENTAR!" Edith berteriak sesuai apa yang bibirnya ucapkan dan saat dia sadar atas ucapannya wajahnya menjadi memerah karena dua penjaga itu tampak tersipu mendengarnya.
"Oh ya? Bisa saja kau berbohongkan, bung?" Salah satu penjaga itu menepuk punggung temannya agar tidak tertipu dengan ucapan Edith.
"Ini sudah terlanjur!"
"Aku tidak berbohong! Tuan Muda itu punya wajah yang tipe-ku sekali! Dia tampan, tinggi, pintar, hebat dalam berpedang, dan.... dan... TUBUHNYA BAGUS!!!" Edith berteriak dibagian akhir.
"Oh, benarkah?"
Suara rendah tiba-tiba terdengar dari belakang Edith. Edith mengangkat kepalanya dengan mata hijaunya yang terbuka lebar. Itu, Ash Caluis Benerick. "Tu...Tuan Muda? Maafkan saya!" Edith langsung berputar ke arah meja saji itu. Edith meringis lebar, menyembunyikan malunya yang sudah keterlaluan.
"Tuan Muda, saya membawakan makanan untuk Anda" Ucap Edith menggigit bibirnya dan melihat ke arah lain karena malu atas ucapannya.
Dua penjaga yang sudah melihat kedatangan Ash sejak mereka memojokkan Edith menahan tawa mereka. Ash tidak terlihat terganggu dia hanya mengeleng karena kejahilan bawahannya itu.
"Letakkan saja di dalam, aku akan memakannya setelah ini" Ucap Ash yang tengah menunggu kedatangan dokter untuk memeriksa kondisinya.
Edith segera mendorong meja saji itu masuk ke dalam kamar Ash, dan membungkuk kepada yang lainnya setelah meletakkanya. Ash menghela napas saat melihat Pelayan yang mendorongnya dengan keras itu kembali berlari dengan cepat dan mengangkat roknya seperti itu.
"Apa dia benar-benar menyukaiku?" Tanya Ash kepada kedua bawahannya.
Mereka berdua tersenyum. "Sepertinya begitu(?)" Jawab keduanya bersamaan.