Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
"Putus? kapan kalian bertemu?" Widia berpura-pura terkejut saat mendengar kabar dari Azka.
"Tadi, dia mengajak ketemu di kafe. Dan dia mengetahui foto-foto kebersamaan kita. Dan juga dia memiliki video saat kita menghabiskan malam di apartemen waktu itu. Kenapa bisa begini!" geram Azka yang masih kesal dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Widia menahan diri untuk tidak bersorak bahagia karena pada akhirnya dialah yang menjadi pemenangnya. Zara meninggalkan Azka dan dia yang akan menjadi obat penyembuh luka hati Azka.
"Sayang.... sudahlah, jangan bersedih. Kalau memang sudah ketahuan lalu mau bagaimana lagi. Bukankah dengan begini kamu tidak perlu repot-repot memutuskan dia. Lagian aku mulai besok juga sudah bekerja di perusahaan kamu. Jadi...." Widia menjeda ucapannya.
Dia langsung duduk di pangkuan Azka dan mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki tersebut.
"Jadi kita bisa terus bersama-sama bukan? Aku bisa memuaskan kamu kapanpun kamu mau. Tanpa harus merasa takut dengan apapun dan juga siapapun. Benar bukan?" ucap Widia sambil mengedipkan sebelah matanya.
Azka hanya menghela napasnya panjang. Dia tidak tahu apakah dia harus bersedih atau senang akan kondisi saat ini. Namun rasa kehilangan Zara masih terasa dalam hatinya. Terasa begitu berat sampai-sampai rasanya dia ingin marah saja. Untuk melampiaskan segala keresahan di hatinya.
"Sayang, bukankah kamu mau aku melakukannya? Aku bisa melakukan itu untukmu hari ini," kode Widia menatap penuh harap kepada Azka.
Azka diam sejenak sambil melihat Widia yang sedari tadi sudah menggoda dirinya. Azka pun memeluk pinggang ramping Widia kemudian mengatur duduk Wida agar terasa pas baginya.
Widia hanya tersenyum melihat respon yang diberikan oleh Azka.
"Lakukan dengan sangat baik. Aku sangat butuh dihibur olehmu sampah puas. Aku benar-benar sangat suntuk hari ini. Rasanya aku tidak bisa berpikir apapun lagi," ucap Azka sambil menyatukan kening keduanya.
Widia terkekeh kecil mendengar ungkapan hari Azka. Meski dia merasa sedikit tercubit karena Azka masih memendam perasaan terhadap Zara. Namun, Widia akan kembali menggempur Azka sehingga di hati dan pikiran pria itu hanya ada dirinya seorang. Widia akan berusaha keras untuk bisa meluluhkan seorang Azka Ramadhan.
"Aku pastikan kamu akan menyebut namaku terus sayang, come on, Let's play," ajak Widia sambil melepaskan dasi milik Azka.
Melihat tatapan penuh hasrat dari Widia membuat keinginan Azka pun bangkit. Dia juga ingin merasakan service yang Widia akan berikan kepadanya. Dia butuh pelampiasan hari ini. Dan melakukan penyatuan dengan Widia adalah sebuah pelampiasan nikmat yang bisa dia lakukan . Untuk melupakan sebuah nama yang sulit pergi dari benaknya. Zara Salsabila.
......................
"Bagaimana?" tanya Aven yang sudah sampai ke pantai dengan Zara.
Zara hanya berdehem sejenak. Dia melepaskan sendal yang dia pakai. Kemudian berjalan mendekati ombak-ombak kecil di tepi pantai tersebut. Angin pantai membuat rambutnya yang tergerai bergoyang seiring gerakan angin.
"Lakukan sesuatu yang membuatmu merasa tenang," pesan Aven sebelum di pergi meninggalkan Zara agak sedikit menjauh dari gadis itu.
Aven ingin Zara meluapkan segala emosi dalam dirinya.
Dan benar saja dalam hitungan menit. Zara berteriak sekencang-kencangnya. Dia mengeluarkan segala hal yang menjadi sumber deritanya. Dia mengungkapkan kekecewaan, kesedihan dan keluh kesahnya di hadapan deburan ombak siang itu.
Aven melihat semuanya dari tempat yang tidak jauh. Dia memesan minuman es kelapa muda dan juga ada lalapan ikan dengan sambal yang begitu menggiurkan.
Setelah Zara selesai dengan ritual buang kekecewaan tersebut. Nantinya dia akan mengajak gadis itu makan untuk mengisi tenaga. Bukankah setelah berteriak juga butuh energi kembali.
"Zara!!!"
Aven memangg Zara sambil melambaikan tangan. Gadis itupun menoleh dan mengambil sandalnya kembalim Setelah berteriak dan mengeluarkan semua unek-uneknya. Dia merasa cukup lega. Bergegaslah dia menemui Aven yang menunggunya di sebuah gazebo dekat pantai.
Zara berusaha menata hati dan pikirannya. Dia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Apalagi menangis orang yang tidak mencintai dia lagi. Untuk apa? Perpisahan adalah yang terbaik. Daripada memendam rasa sakit hati.
"Abang... banyak sekali makanannya?" tanya Zara yang terkejut saat melihat banyak makanan terhidang di sana.
"Ayo kita makan bersama. Aku sudah sangat lapar. Setelah berteriak kamu juga butuh tenaga. Apalagi semalam kamu habis sakit," ajak Aven sambil menarik tangan Zara untuk segera duduk di sebelahnya.
Aven juga begitu perhatian mengambilkan Zara nasi dan menawarkan lauk pauknya kepada Zara.
Gadis itu tidak menyangka bahwa Aven sebegitu perhatiannya kepada dirinya. Zara seperti menemukan sosok Abang yang dulu selalu menjaga dan memperlakukan dia sangat baik.
Zara menjadi terharu di saat dia mengalami masa sulit seperti ini tetapi masih ada keluarga Maheswara yang dengan tulus dan sayang berada di sisinya. Mensuport dirinya dan juga menjaganya. Zara merasa banyak berhutang budi dengan keluarga Maheswara.
"Terimakasih bang," ucap Zara dan itu membuat Aven yang sedang asyik memakan ikan bakarnya menoleh.
Dia menatap Zara dengan wajah bingung.
"Terimakasih untuk?" tanya Aven menunggu jawaban Zara.
"Untuk semua perhatian abang. Terimakasih sudah merawat ku semalam bang. Aku berhutang banyak sama Abang," ujar Zara dan Aven hanya membalasnya dengan mengacak pelan rambut zara.
"Kalau begitu sebagai gantinya. Kamu musti siapin sarapan dan juga makan siang buat aku. Jadi aku tidak perlu repot-repot makan di luar. Kamu mengerti?" ujar Aven samb tersenyum simpul.
"Hah? Sarapan dan makan siang?" tanya Zara kembali.
Dia tidak salah mendengar kan kalau Aven pengen dia yang masakin sarapan dan juga makan siang.
"Iya, mulai besok setiap pagi aku akan sarapan di apartemen sambil jemput kamu. Dan siapkan bekal makan siang untukku di kantor. Apakah sampai sini kamu masih belum mengerti juga?" tanya Aven dan Zara pun menganggukkan kepalanya tanda dia sudah paham penjelasan Aven barusan.
"Baik bang, mulai besok aku akan siapin apa yang Abang mau. Tapi aku berencana mau kembali ke kontrakan saja," jawab Zara.
"Tidak ada penolakan Zara. Kamu sudah berjanji dengan mama untuk tinggal di apartemen itu. Lagian aku juga tidak menempatinya. Tempatilah dan rawat rumah itu dengan baik. Aku tidak mau berdebat lagi dengan mama gegara masalah ini ya," ujar Aven mengancam Zara agar tidak lagi berulang.
Zara menghela napasnya panjang. Dia tidak diberikan kesempatan untuk menolak sekalipun.
"Baiklah bang."
Jawaban Zara membuat Aven bahagia karena dia bisa menemui gadis itu sesuka hatinya. Tanpa harus merasa takut.
❤️❤️❤️
TBC