Lanjutan My Kindergarten Teacher dan The Five Brothers
Bagaimana jika kamu adalah putri dan cucu pemilik salah satu bank terbesar di Indonesia tapi dikira miskin oleh duda kaya hingga menawarkan menjadi Sugar Daddy nya supaya bisa berdekatan karena pria itu mengalami gynophobia.
Salasika Hadiyanto tidak menyangka jiwa gabutnya membuat dirinya memiliki Sugar Daddy bernama Lingga Xavier Horance. Part konyolnya, anak Xavier, Xander sangat dekat dan mendukung ayahnya tinggal bersama Sasa.
Bagaimana reaksi Dewa dan Sagara Hadiyanto saat tahu cucu dan putrinya memiliki Sugar Daddy akibat salah paham?
Generasi ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gubuk Derita Apa Ya?
Sasa menatap sebal ke arah pria yang mengaku namanya Xavier. Sial@n ! Gubuk? Memangnya gubuk derita nya Hamdan ATT? Duh, gara-gara cari kontrakan dekat kampung jadinya ikutan dengar dangdut tetangga deh ! Jangan sampai Eyang Dewa dengar ... Bisa diajak bicara baik-baik nih orang !
"Ehem, gubuk saya tidak jauh dari sini. Saya tinggal di daerah Jatingaleh situ." Sasa menoleh ke Xander. "Besok lagi jangan Meleng ya ! Sekarang kamu sama papa kamu. Hati-hati, kamu kan turis disini."
"Oke Sasa." Xander memberi tanda salut ke Sasa yang dibalas gadis itu sambil tersenyum.
Xavier menatap interaksi Xander dengan Sasa yang sepertinya sudah kenal lama. Dan aku juga tidak ada keinginan kabur atau gugup saat melihat gadis ini. Apa dia kryptonite gynophobia aku? Macam Iffah dulu yang menjadi satu-satunya wanita yang bisa bersama aku?
"Kalau begitu saya permisi dulu. Bye Xander, bye Mr Cold Refrigerator eh ... Mr Xavier." Sasa pun berbalik .
"Tunggu! Kamu naik apa?" tanya Xavier.
"Mercykill!" jawab Sasa sambil menoleh ke arah Xavier.
"Mercy ... What ?" Xavier celingukan. Mana mobil Mercy nya ? Apa itu Mercy keluaran terbaru?
"Mercykill itu Mercedez Sikil, Mercedez kaki ! Ini dua kaki aku kan harga tidak ternilai melebihi Mercedez." Sasa menunjukkan dua kaki jenjangnya dengan jeans robek-robek plus ada darah kering disana. "Kata lainnya jalan kaki biar sehat!"
"Kamu terluka," ucap Xavier.
"Tenang ... Aku wanita tangguh suka makan pecel ! Permisi semuanya !" Sasa pun berjalan meninggalkan ayah dan anak itu.
Xander cekikikan mendengar istilah baru dari Sasa. "Papa, Sasa itu lucu dan pintar lho."
"Iya. Tapi miskin."
***
Rumah Kontrakan Sasa daerah Karangrejo Jatingaleh
Sasa akhirnya tiba di rumah kontrakannya dan setelahnya berteriak kesakitan.
"Aduuuh duh duh ... Kau tak percaya ... Lha kok malah Harry Mukti. Duh, lara ndes ! Betadine mana Betadine ?" Sasa mengunci pintu kontrakannya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mulai mengobati luka-lukanya dengan obat yang diambilnya dari kotak obat.
Namanya Salasika Hadiyanto, putri sulung Sagara Hadiyanto dan Khadijah Al Khafi, cucu dari Dewa Hadiyanto dan Alina, pemilik Bank Artha Jaya, salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Salasika berarti wanita pemberani dari bahasa Sansekerta dan jadinya Salasika pemberani overload. Salasika punya adik laki-laki beda dua tahun bernama Shandilya yang berarti pria bijak.
Gara-gara namanya antik, jika kumpul keluarga, mereka hobi menistakan namanya terutama Hana dan Seiya yang sering memanggilnya tepung Sasa lah, salah berapa, salsa dressing lah, tari salsa lah padahal mereka berdua pun juga sama punya nama burik. Terkadang Sasa gemas sendiri dengan otak para sepupunya. Giliran kasih nama burik cepat, giliran suruh baca doa acara keluarga ribut tunjuk-tunjukan.
Sasa, begitu biasa dipanggil, sudah tinggal di kota lumpia ini sekitar enam bulan. Dirinya memang bosan di Jakarta dan pilihannya hanya ada dua, Semarang atau Solo karena dirinya ada rumah disana, rumah keluarga Pratomo Hadiyanto yang dulu dipakai eyang buyutnya, Savitri Pratomo. Tapi Sasa memilih ke Semarang karena menurutnya berbeda.
Gadis berusia 25 tahun itu adalah lulusan sastra Inggris dan Jerman dari UI. Sasa menang suka bahasa dan mengakui otaknya bukan otak bisnis macam adiknya tapi kalau soal cari diskonan, dia paling cepat hitung-hitungannya. Sasa pun meminta ijin pada eyang dan papanya untuk minggat ke Semarang. ( gimana konsepnya ? Minggat tapi bilang ).
Meskipun kedua eyang dan papanya ngereog, tapi eyang Alina dan ibunya, Khadijah, sangat mendukungnya apalagi dulu Khadijah seusia Sasa sudah kenyang keliling dunia karena berprofesi sebagai pramugari Garuda Indonesia. Sasa mengakui ibunya sangat cantik dan tidak heran kalau ayahnya sudah ngejar dari SMA.
Karena eyang Kakung dan papanya tidak bisa melawan ucapan dua wanita yang sudah terbiasa keluar rumah dari remaja untuk kuliah dan bekerja, akhirnya mereka mengijinkan Sasa ke Semarang sebagai guru bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta internasional daerah Semarang Atas.
Sasa sengaja tidak mau tinggal di apartemen yang ditawarkan ayahnya dan memilih kontrak rumah biasa dengan lingkungan yang ramai dimana ada mahasiswa, pekerja dan area makan yang banyak jadi dirinya tidak bingung kalau malas masak. Area tempat Sasa tinggal memang dekat dua kampus disana, Universitas Katolik Soegijapranata dan Universitas Tujuh Belas Agustus. Naik dikit ke daerah Tembalang, sudah ada Universitas Diponegoro.
Sasa melepaskan semua atribut putri dan cucu keluarga Hadiyanto, memilih memakai nama Sasa Kim, diambil dari Eyang Kim Jaehyun. Sasa juga tidak mau memakai nama Pratomo karena nama itu terlalu beken. Sasa ingin hidup biasa-biasa saja meskipun papa dan eyang kakungnya macam singgat karena terlalu over thinking.
Stasiun Gambir Tujuh Bulan Lalu
"Pokoknya Sasa bumbu tepung serba guna, kalau kamu bosan bercosplay jadi anak miskin, pulang ya nduk," ucap Dewa ke Sasa saat dirinya mau ke Semarang.
"Idiiihhh Eyang tuh ! Nggak boleh ngenyek ( menghina )! Mboten patut !" tegur Sasa gemas dengan eyangnya yang sering asal njeplak. Dan kebiasaan itu menurun ke dirinya.
"Pokoknya kalau ada apa-apa, laporan ! Oke !" ucap Sagara tegas.
"Njih papa .... "
"Yakin kamu naik kereta? Nanti kalau ada Ultraman gelut sama Gomora gimana? Kan ada tuh episode berkelahi di dekat stasiun," ucap Dewa asal dan langsung mendapatkan pelototan Alina.
"Mas Dewa!"
Sasa menggelengkan kepalanya. Dirinya memang senang naik kereta dibandingkan pesawat apalagi sekarang kereta juga keren-keren. Sasa pun memilih kereta compartment buat satu orang jadi tetap luxury kan?
Dan sekarang, dirinya cukup betah tinggal di Semarang. Sasa juga punya mobil yang disimpan di parkiran Bank Artha Jaya di jalan pahlawan. Sementara untuk hari-hari, Sasa lebih suka naik motor Vario yang sejuta umat.
Sasa lalu membuka kulkasnya dan mengambil pizza sisa semalam lalu memaksakan di air fryer. Pikirannya kembali ke tadi saat dirinya menolong Xander yang tidak melihat-lihat jalan dimana ada pria bodoh nyetir motor malah lihat handphone. Entah apa jadinya tadi kalau dirinya tidak menolong Xander.
"Eh tapi, kok papanya menghaina sekali ya... Bilang gubuk ...." Sasa melihat rumah kontrakannya yang memang tidak dibongkar apapun olehnya tapi tetap kebersihan terjaga. "Ya dibandingkan rumah Jakarta ... Ini gubuk sih ..."
Tak lama pizzanya matang dan Sasa menuju dapur minimalisnya sambil berdendang.
Pagi Makan Sore Tiada
Takkan Luntur Cintaku Padamu
Baju Satu Kering Dibadan
Takkan Pudar Sayangku Padamu
Walau Hidup Ini Di Gubug Derita
***
Sementara itu di sebuah hotel bintang empat area simpang lima, Xavier masih terbayang-bayang dengan gadis dengan baju lusuh dan belel itu.
Cantik tapi kayaknya dia cuma mampu beli baju bekas deh. Apa ....
Xavier tersenyum licik.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
yg pnting mas duda bucin sm km,trs anknya jg kn bestie....😁😁😁