Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.2
Dokter Abrisam
Aku dokter Abrisam dari Jakarta ditugaskan disalah satu pulau terpencil selama tiga bulan. Pernikahanku dengan kekasihku bernama Hana Elmira terpaksa tertunda lantaran tugas yang harus ku penuhi di salah satu pulau terpencil. Hana terlihat berat mengizinkanku pergi tapi kami harus bagaimana lagi?"
" Hati-hati mas, Abi!" sahutnya terdengar berat.
Ku hanya mengangguk sambil memandangi wajahnya sekilas.
Walau awalnya kami hanya dijodohkan, tapi lambat laun rasa ini berubah menjadi cinta. Cukup membutuhkan waktu lama untuk mencintainya, hingga ku membuat sebuah persyaratan. Jika bersedia memakai pakaian syar'i, hati ini mencoba mencintainya. Hana setuju dan memulai belajar berhijab saat itu.
Demi mendapatkan cinta pria yang sudah ditunggu sejak lama, ia akan melakukan apa saja.
Tanpa kusadari seorang wanita telah menemukanku di pinggir pantai.
" Ada apa Ralda? Nina memanggilku untuk ke sini," seseorang yang bernama pak Didin menghampiri.
" Ralda seperti menemukan orang tergetak di sini paman," sahutnya sembari mencoba merasakan denyutan nadinya.
" Pria ini seperti sedang pingsan. Ayo, paman bantu antar ke rumah kamu ya Ralda. Tidak usah di rumah paman, kamu tau kan bagaimana mama Nina.
Gadis itu mengangguk setuju, pak Didin pun memanggil nelayan lain untuk ikut membantu mengangkat tubuh kekar itu ke rumah Ralda.
" Pak Jaenab, pak Jaenab," panggil rombongan yang mengangkut tubuh pria yang tidak dikenali.
Seorang pria bernama pak Jaenab pun keluar dengan tubuh lemahnya," ada apa kalian teriak-teriak?"
" Ini pak Jaenab, Ralda menemukan pria ini di pinggir pantai dan sedang pingsan.
" Kok bisa," ucapnya.
" Bawah masuk ke dalam rumah," ucap pak Jaenab kemudian.
Tubuh itu dibaringkan di sebuah kasur tipis dengan kamar yang cukup sempit. Ralda datang membawa air minum, siapa tahu dibutuhkan.
" Kakinya terluka dan darahnya cukup banyak, mungkin dia telah menginjak kerang-kerang saat di pantai," ucap pak Jaenab, yang lain ikut membenarkan.
Pak Jaenab mengobati luka pria itu, sesekali mengompresnya air hangat. Beberapa saat kemudian, pria itu terbangun dan menatap di sekeliling.
" Saya ada di mana?" tanyanya menatap bingung ruangan itu.
" Kami sedang mengobatimu nak, putriku Ralda telah menemukanmu tergeletak di pinggir pantai." terang pak Jaenab.
Mata pria itu memandang sesaat putri Jaenab, Abrisam mengerutkan kening menatapnya heran, seperti ada yang berbeda. Gadis itu menatap ke ruangan lain tanpa ada siapa-siapa di sana.
" Ini adalah putriku, namanya Asmralda. Dia yang menemukan anda. Di balik keterbatasannya, dia memiliki insting yang kuat.
Pria itu terlihat mengangguk dan memahami kondisinya.
" Tinggallah beberapa hari di sini nak, sampai lukamu sembuh," ucap Pak Jaenab.
Sepertinya dia tidak tahu kalau pria itu seorang dokter.
" Baik pak terimakasih, sebenarnya saya seorang dokter yang sedang bertugas di kampung sebelah. Saya sedang keluar mencari suasana baru bersama teman dan tiba-tiba nyasar seorang diri." ujarnya menjelaskan awal kejadian.
Pak Jaenab mengangguk mendengar penuturan pemuda tersebut, ia sudah mengerti kenapa pria asing itu terdampar di tempatnya. Abrisam masih sulit berjalan hingga ia memutuskan menerima tawaran pemilik gubuk tersebut untuk tinggal sampai pulih
" Terimakasih atas tawarannya pak, suatu saat saya akan membalas kebaikan bapak dan keluarga." ungkapnya terdengar tulus.
Mas sudah makan?" tiba-tiba suara Asmaralda membuyarkan lamunan Abrisam.
Pria itu terkesiap dan seketika lamunannya dibuyarkan oleh gadis desa itu.
Dia pun menatap wajah cantik istrinya, ia tak mampu membohongi diri sendiri bahwa pada pandangan pertama ia jatuh hati pada gadis buta ini. Gadis yang baru saja dinikahi dan berubah status hanya dalam sekejap.
" Sebentar, mas masih ingin di sini," sahutnya terdengar datar.
Mendengar itu, Asmaralda kembali dalam gubuk melanjutkan aktivitasnya. Walau dalam kondisi buta, tapi melakukan hal sekecil seperti memasak dan cuci piring sudah di luar kepala.
Ya.. gadis buta itu bernama Asmaralda berasal dari pulau. Gadis buta memiliki paras yang sangat menawan membuat siapa saja melihatnya pasti tertarik. Termasuk dokter Abrisam saat ini. Paras cantik isterinya mampu bersaing dengan gadis-gadis yang ada di kota. Wajah bulat putih mulus berseri dengan dagu lancip, hidup tinggi dengan bibir tipis kemerah-merahan membuatnya semakin cantik. Rambut hitam sedikit bergelombang sungguh sangat memukau. Jujur, setiap pria itu memandangi mata indah yang biasa dipanggil Ralda, tubuh seketika berdesir hebat dengan jantung yang berdetak tak karuan.
Abrisam teringat ucapan pak Jaenab tiga hari yang lalu sebelum meningg4l, ia sempat bercerita tentang putrinya bahwa Ralda buta bukan dari lahir melainkan sebuah kej4dian yang tak terduga. Hari itu Ralda yang baru saja tamat SMA ikut bersama temannya mengambil sebuah formulir pendaftaran kedokteran. Namun skandal lantaran tr4g3di naas yang men1mp4nya. Sekejap cita-citanya hilang seketika. Beasiswa pun tak dapat digunakan lagi karena kondisinya tak memungkinkan dirinya lanjut lagi. Sungguh hatinya begitu sedih, ibu yang setiap saat menyayanginya seketika jatuh sakit melihat putrinya menjadi c4c4t hingga mereggut ny4w4.
" Sangat kasihan nasib gadis itu," ucapnya sembari melirik ke arah gadis yang sudah menjadi istrinya.
" Tegah kah saya pergi begitu saja, meninggalkannya sendirian di gubuk ini? Dia tidak punya siapa-siapa lagi di di sini dan bagaimana gadis itu bisa hidup dengan keterbatasan yang dimiliki?"
Sesaat Abrisam menarik napas dalam-dalam sembari berpikir, ini terlalu rumit baginya. Orang tuanya belum tentu menerima gadis itu jika membawanya ikut ke kota. Pasti sang mama menolak mentah-mentah mengingat kondisi fisik yang dimiliki Ralda saat ini. Apalagi ada wanita yang sangat diharapkan mamanya untuk dijadikan menantu.
" Apa yang harus kulakukan?" tanyanya dalam hati.
Pria itu masuk dan melihat istrinya tengah menyiapkan makanan di meja. Dengan kondisi seperti ini dia masih bisa melakukan hal-hal yang membuatnya kesulitan. Bagaimana pria itu tidak semakin kagum dibuatnya. Pak Jaenab meninggalkan putrinya kemarin dan dia sudah semandiri ini.
" Gadis itu membuatku semakin bingung, otak saya semakin buntu untuk berpikir ? Dengan membawanya ke rumah membuat keadaan semakin runyam.
Pria yang berusia dua puluh lima tahun itu makin bingung harus melakukan apa?"
" Tidak usa repot-repot, saya yang akan melakukannya sendiri," ucapnya.
Ralda tersenyum tipis dan sangat bahagia mendengar suara itu. Meski terdengar datar dan dingin, tapi suara itu membuat hatinya bergetar.
" Tidak apa-apa mas, Ralda ingin membiasakan melayani suamiku, meski Ralda buta." ucapnya penuh harap.
" Jangan berpikir lebih, Ralda! Saya tidak ingin suatu saat nanti, harapan kamu pupus karena tidak kesampaian," ucapnya, hati Ralda terasa nyeri mendengar ucapan Abrisam.
Gadis itu menunduk berusaha menahan kesedihan yang mendalam, inikah pria yang diberi kepercayaan oleh ayahnya dan akan menjaganya setiap saat.
Ralda adalah wanita yang kuat dan tabah. Walaupun hatinya hancur dan pilu, dia berusaha keras untuk tidak menunjukkan kesedihannya di depan Abrisam.
Dengan langkah gontai, Ralda mengambil tongkat dan ingin meninggalkan Abrisam di tengah keheningan. Wajahnya yang biasanya cerah, kini tampak murung dan pucat, namun dia berusaha menyembunyikan kesedihan mendalam yang dirasakannya dengan segenap kekuatan.
" Maaf jika Ralda membebani anda.