"Siapkan dirimu! Aku akan kembali menyiksamu malam ini!" Stevan mengucapkan itu sembari melangkah menuju pintu untuk keluar.
"Aku tidak bisa melayanimu malam ini hingga sepuluh hari ke depan Stevan Jafer Dirgantara!"
Langkah pria itu terhenti saat mendengar Bulan dengan lantang mengatakan itu. Stevan berbalik memutar tubuhnya menatap Bulan dengan tatapan penuh tanya.
"Apa kau bilang? Katakan sekali lagi!" dingin dan tegas pertanyaan Stevan membuat Bulan tertawa di dalam hatinya.
"Ya! Aku tidak bisa melayanimu sampai sepuluh hari kedepan! Kau dengar itu Tuan Stevan?" ucapnya lagi dengan jelas.
Plaaakkk...
Bukan bertanya, Stevan justru melayangkan tangan ke pipi mulus Bulan hingga membuat wajahnya menoleh ke kanan sampai darah segar keluar dari sudut bibirnya. Bulan mengusap darah itu dan mendongak menatap pria yang ada dihadapannya dengan tatapan kebencian.
Bagaimana kisah selanjutnya?
kita simak yuk ceritanya di karya => Kekejaman Suamiku.
By: Miss Ra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Di rumah sakit Kairo.
Bulan berjalan bersama adik perempuan Raihan yang juga kuliah disana bersama kakak nya. Adik Raihan bernama Suci Adelia Abilah yang biasa di panggil Suci. Raihan juga ikut mengantar wanita bercadar itu di belakangnya. Tak lama, mereka sudah sampai di ruang periksa dan mendaftar atas nama nya lalu duduk diruang tunggu.
Tiga puluh menit berlalu, nama Bulan pun di panggil oleh Suster pendamping Dokter.
"Nona Bulan?"
"Ya, saya sus." sahutnya berdiri.
"Silahkan, anda sudah di tunggu!"
Mendengar itu Bulan mengangguk, dia di dampingi Suci masuk ke dalam ruangan Dokter untuk memeriksa kan dirinya yang sedang tidak sehat karena mual-mual beberapa hari ini. Bulan terus berdoa semoga apa yang dia khawatirkan tidak terjadi. Apapun kenyataan nya nanti, dia berharap dirinya tidak akan kecewa.
Bulan duduk di kursi pasien bersebelahan dengan Suci, Dokter yang baru saja selesai dengan kegiatannya menanyakan apa keluhan wanita dihadapannya.
"Selamat siang, siapa yang sakit?" tanya Dokter menatap keduanya.
"Selamat siang Dok, saya yang sedang sakit Dok." sahut Bulan lembut.
"Baiklah, katakan apa keluhan anda Nona Bulan?"
Bulan terdiam, bibirnya seakan sulit untuk mengatakan yang sejujurnya. Dia takut kenyataan nya tidak sesuai dengan yang dia inginkan.
"Kak, itu di tanyain Dokter. Apa keluhan kakak?" bisik Suci membuyarkan lamunan Bulan.
"Ah maaf Dok, eem saya.. saya sebenarnya.."
"Kak, jangan gugup. Tenang saja, tarik nafas dulu." ujar Suci mengusap punggung Bulan dengan lembut untuk menguatkan.
Sedangkan Raihan di luar ruangan terus mondar-mandir khawatir wanita yang dikagumi nya itu kenapa-napa.
"Jadi begini Dok." Bulan menghela nafas panjang untuk menguatkan diri dan kembali bicara. "Huuuft... Jadi begini, beberapa hari terakhir saya merasakan sedikit keanehan setiap pagi. Setiap bangun tidur kepalaku selalu saja pusing dan mual, tapi tidak ada yang keluar dan hanya cairan bening yang terasa pahit di lidah saya." ujar Bulan dengan suara bergetar menahan tangisnya. Dia terus berdzikir berharap apa yang dipikirkan tidak terjadi.
"Baiklah, kapan anda terakhir haid?"
Deg
Jantung Bulan berdetak lebih cepat, tangan nya semakin bergetar dan bibirnya sulit untuk mengeluarkan suara. Suci yang melihat itu pun menggenggam erat tangan wanita itu sebagai tanda menguatkan.
"Terakhir... Terakhir, ah saya tidak ingat Dok." sahutnya.
"Baiklah, kita periksa dulu ya? Silahkan anda buang air kecil dan di taruh disini. Setelah selesai bawa kembali kemari."
Bulan mengangguk, dia mengambil wadah kecil yang diberikan Dokter dan menatap Suci sesaat kemudian bangkit menuju kamar mandi.
Tak berselang lama, Bulan akhirnya keluar dan menaruh wadah berisi air di atas meja pemeriksaan sesuai arahan Dokter. Bulan kembali duduk dan menunggu dengan wajah sedikit cemas.
Setelah sepuluh menit menunggu, Dokter kembali duduk dan menyerahkan hasil yang akurat pada pasien di hadapannya.
"Jadi, kakak saya sakit apa Dok?" tanya Suci sebagai wakil untuk bertanya.
"Kakak anda tidak sakit, itu keluhan yang biasa bagi wanita yang sedang hamil muda. Anda sudah positif hamil dan usia kandungan anda sudah memasuki satu bulan sepuluh hari."
Deg
Mendengar itu Bulan tak bisa lagi menahan air matanya. Ternyata yang dia takutkan kini menjadi kenyataan. Bukan menolak pemberian Tuhan, tapi janin dalam kandungannya hadir pada waktu yang tidak tepat.
Jika itu diinginkan oleh suaminya pasti dia tidak akan se kecewa ini. Tapi apa boleh buat, ini takdir yang harus dia jalani. Janin itu muncul di saat Stevan sudah tidak lagi menginginkannya.
Dokter pun mengajak Bulan untuk tes Usg agar hasilnya lebih maksimal. Bulan berbaring di atas ranjang pasien dan Dokter memeriksa perut Bulan untuk melihat janin di dalamnya.
"Lihat, janin anda masih sebiji Durian."
*
Di Jakarta.
Stevan baru saja keluar dari kamar istrinya, dia berjalan menuju kamar nya sendiri untuk mandi dan berganti pakaian.
"Tuan!" panggil suara seorang wanita.
Stevan berhenti, dia menoleh dan berbalik menatap seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai kepala pelayan dirumahnya.
"Kenapa?" sahut Stevan dengan suara dinginnya.
"Anda ingin sarapan dengan apa?" tanya wanita itu karena takut Stevan kembali melempar semua piring yang ada dimeja makan hanya karena mual.
"Buatkan aku roti sandwich tanpa telor!" setelah mengatakan itu, Stevan berbalik meninggalkan kepala pelayan menuju kamarnya.
Dia ada janji pertemuan dengan Dokter pribadinya. Sesuai saran dari Boy, Stevan akhirnya mau memeriksakan dirinya dengan syarat tidak ada jarum suntik yang harus menusuk ke tubuhnya. Dokter pun menyetujui itu, dan pagi ini dia bersiap dengan gagahnya berdiri di depan cermin.
Saat akan menyemprotkan parfum tangannya terhenti, dia takut akan kembali mandi jika memakai parfumnya. Akhirnya Stevan meletakan kembali botol parfum itu dan melangkah keluar menuruni tangga dengan langkah sedikit cepat.
"Selamat pagi, Tuan." sambut pelayan menaruh roti sandwich kesukaannya di atas meja makan.
"Hem!"
Stevan duduk dan memakan roti itu dengan lahapnya. Karena beberapa hari ini dia tidak bisa memakan nasi. Bahkan melihat nya saja perut di dalamnya sudah seperti dikocok membuatnya keluar.
"Hey, gimana? Udah bisa makan?" tanya Boy tiba-tiba muncul dengan setelan kemeja serba hitam.
"Lumayan!" sahutnya datar sambil mengunyah.
"Alhamdulillah, syukurlah kalau gitu. Bagi gue rotinya satu. Bi, buatin aku susu dong!"
Boy sedikit lega melihat Stevan sudah bisa mengkonsumsi makanan meskipun itu hanya roti. Dan dia meminta pada pelayan untuk membuatkan susu.
Selesai sarapan keduanya menaiki mobil untuk pergi kerumah sakit sesuai dengan jadwal pertemuan. Setelah hasil pemeriksaan keluar, mereka akan pergi ke perusahaan untuk melakukan meeting di perusahaan lain.
Tak berselang lama, mobil yang dikendarai Stevan sudah sampai dirumah sakit yang dituju. Dengan langkah lebar berwajah mematikan, Stevan masuk keruangan Dokter tanpa mengetuk pintu lebih dulu ditemani oleh Boy.
"Wah, wah, wah... Selamat datang Tuan Stevan! Ada apa gerangan?" sambut Dokter yang di akui sebagai saudara.
"Cepat periksa lah, dan berikan aku obat." sahutnya dingin dan duduk dikursi.
"Oke, baiklah. Apa keluhan mu? Ceritakan semuanya." tanya Dokter itu menatap Stevan.
Stevan tidak menjawab, dia justru menatap Boy untuk mengatakan apa keluhannya selama ini. Dokter dihadapannya pun bingung menatap keduanya.
"Haaahh... Gitu ajah harus gue juga yang ngomong. Lu punya bibir pelit banget sih buat ngomong!" kesal Boy akhirnya menatap Dokter dan bicara padanya.
"Jadi gini, ehm... Stevan beberapa hari terkahir merasakan mual yang berlebihan setiap pagi bangun tidur." jelas Boy membuat Dokter mengangguk-angguk pelan. "Tapi anehnya, nggak ada apapun yang keluar selain cairan bening yang terasa pahit diujung lidah. Bahkan, dia tidak mau makan nasi dan hanya mau memakan rujak buah mangga muda, nanas dan lemon sampai habis tak tersisa. Lalu, saat berbau parfum, pengarum ruangan dia akan mual dan muntah. Jadi menurut mu apa penyakit yang di deritanya?" jelas Boy panjang lebar membuat Dokter yang mendengarkan mengerutkan keningnya menatap Stevan.
"Apa kau mempunyai istri?" tanya Dokter dengan tatapan penuh tanya.
"Apa hubungannya dengan wanita?" balas Stevan datar, dia pikir keluhannya tidak ada hubungannya dengan seorang wanita.
"Jawab dulu Stevan! Aku tanya, apa kau mempunyai seorang istri?" tanya Dokter lagi kesal.
"Huuuft... Ya dia punya istri. Tapi sudah di usir hanya karena bosan." sambung Boy menyela keduanya.
"Fixs! Suami yang mengidam saat istrinya hamil merupakan gejala dari sindrom couvade atau kehamilan simpatik. Sindrom ini merupakan kondisi nyata yang bisa terjadi pada pasangan. Jadi istrimu sedang hamil sekarang, dan kau yang mengalami semua gejala itu disaat istrimu hamil muda."
DEG
...****************...