Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27
Noah menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan amarah yang bergejolak di dalam dadanya. "Apakah kalian pikir aku ini anak kecil? Yang tidak tahu arah jalan pulang?" Noah bangkit dari kursinya, tatapannya tajam menghujam kedua bodyguard yang berdiri di depannya.
"Maafkan kami, Tuan. Kami hanya menjalankan perintah dari Vincent dan juga–"
"Baiklah, aku mengerti. Kalian tetaplah di sini, aku hanya ingin mencari udara segar." Noah menunjuk ke arah jalan setapak di taman yang terbentang di depannya.
"Baik, Tuan," jawab mereka serempak. Mereka tahu lebih baik tidak memicu kemarahan Noah lebih lanjut.
Noah melangkah meninggalkan mereka, berjalan menyusuri jalan setapak yang sepi. Taman itu sunyi, hanya ditemani oleh gemerisik dedaunan yang tertiup angin malam.
Tempat ini biasanya memberinya ketenangan, terutama di jam-jam dini hari seperti ini.
Dia berhenti sejenak, menatap langit yang gelap. "Aku benar-benar membenci hujan! Hujan membuatku tidak bisa melupakan gadis itu," gumamnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Saat Noah hendak kembali ke mansion, telinganya menangkap suara tawa yang lembut. Suara yang anehnya akrab di telinganya.
Rasa penasaran mulai menguasainya. Noah mengikuti suara itu, membiarkan instingnya memandu langkahnya.
Di ujung jalan setapak, dia melihat Aluna. Gadis itu sedang berputar-putar di bawah hujan gerimis, tampak begitu bahagia meski basah kuyup.
Gaunnya yang putih kini basah, menempel pada tubuhnya yang ramping. Aluna terus tersenyum, seakan dunia hanya miliknya seorang.
"Gadis bodoh mana yang bermain hujan tengah malam begini dan–" Noah berhenti sejenak, terkejut saat mengenali wajah gadis itu. "Dia?"
Aluna tidak menyadari kehadiran Noah. Dia terus berputar dan tertawa, seakan semua masalahnya lenyap oleh tetesan hujan.
Melihat pemandangan itu, tanpa sadar Noah tersenyum. Ada sesuatu yang menggemaskan saat Aluna menikmati hujan.
Namun, senyum itu tiba-tiba lenyap. "Ck! Apa yang dia lakukan di sini dengan memakai dress pendek begitu? Apa dia sengaja ingin menarik perhatian pria hidung belang?" gumamnya kesal.
"Hah… hah… menyenangkan sekali." Aluna mengatur napasnya yang naik turun.
"Dasar bocah udik! Seperti tidak pernah bermain air hujan saja!" Noah bersuara dingin.
Aluna tersentak, menoleh ke arah suara yang sangat dia kenal. "T–tuan? Apa yang Anda lakukan di sini?" tanyanya dengan nada terkejut.
"Apa Anda mengikuti saya?"
Noah tidak menjawab, melainkan berjalan mendekati Aluna. Dia berhenti tepat di hadapannya, menatap tajam dengan sorot mata yang mengintimidasi.
Aluna merasakan jarak di antara mereka semakin sempit, napasnya tertahan.
"Tuk!" Noah menyentil pelan dahi Aluna, membuat gadis itu reflek mendongak dan mengusap dahinya yang terasa sedikit sakit.
"Kamu terlalu percaya diri. Untuk apa aku mengikuti mu? Mau kamu pergi kemanapun aku sama sekali tidak peduli!" lagi, Noah masih mempertahankan egonya.
Aluna merasakan hatinya mencelos mendengar ucapan itu. Sakit, meski dia tahu pria di depannya ini bukan siapa-siapa baginya.
"Pergilah! Karena aku juga akan segera pulang!" Noah mengusir Aluna dengan nada yang tegas, lalu berbalik, melangkah meninggalkan gadis yang masih diam mematung.
"Andai saya pergi untuk selamanya. Apa Anda tidak akan pernah menoleh sedikitpun ke belakang, Tuan?" tanya Aluna dengan suara yang hampir tak terdengar.
Noah berhenti, tanpa menoleh dia menjawab, "Tidak! Aku tidak akan pernah menoleh sedikitpun ke belakang. Karena kamu hanyalah orang asing yang tidak ada artinya untukku!"
Aluna mengangguk mengerti. Kata-kata Noah seakan menjadi cambuk yang menyadarkannya dari mimpi yang tidak mungkin.
Aluna berjalan mundur, menjauh dari Noah. Senyuman yang tadi menghiasi wajahnya menghilang, digantikan oleh butiran air mata yang jatuh dari matanya.
Di saat itulah, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arah Aluna. "Nona Aluna, awas!" teriak salah satu bodyguard Noah, hendak menghampiri gadis itu.
Namun, mobil tersebut sudah terlalu dekat.
Mendengar teriakan itu, Noah langsung menoleh dan berlari ke arah Aluna.
"ALUNA!"
"Aaaaaa…." Aluna menjerit, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya lemas, tak mampu bergerak dari tempatnya berdiri.
Nah loh... Up seminggu lagi ya..
Kabur🤭🤭
keras kepala🙄🙄🙄🙄
tanggung sendiri resikonya🙄🙄🙄🙄