NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Sepulang dari sekolah, Viona tidak mampu menahan kesedihannya lagi. Dia tidak mengerti kenapa teman-teman di kelas mengejeknya hanya karena dia anak angkat? Perasaannya pun menjadi semakin buruk hanya dengan memikirkan itu kembali.

“Ini semua karena Estella! Kenapa dia harus berbicara keras seperti itu, jelas dia sengaja huhuu….”

“Siapa itu Estella?”

Viona terlonjak kaget mendengar suara itu.

“I-Ibu Maia? Ibu sudah pulang?”

Maia tidak menjawab hanya dengan prihatin segera menghampiri Viona, dan menangkup wajah putri angkatnya yang sedih itu.

“Ada apa sayang? Siapa yang membuatmu menangis begini? Katakan ada apa.”

Viona awalnya sedikit ragu-ragu, tidak ingin membuat khawatir Maia. Tapi akhirnya dia memilih mengatakan yang sebenarnya.

“Itu Bu, itu teman kelasku ….” Viona menceritakan apa yang terjadi dengan sangat sedih. Nalurinya sebagai seorang anak, tidak bisa menerima orang tuanya diejek.

Viona pun mengharapkan penghiburan dan kasih sayang dari Maia, tapi tidak menyangka malah akan mendapat teguran. “Viona, bukankah kita sudah sepakat sebelumnya bahwa identitasmu sebagai anak angkat harus disembunyikan? Terutama dari lingkungan sekolah, … jadi kenapa, kenapa menjadi ceroboh seperti itu? Apa kau ingin diejek sampai sisa masa sekolahmu?”

“Tapi Ibu Maia, aku—”

“Ini bukan sesuatu yang bisa kau bantah Viona. Lingkungan orang kaya berbeda dari tempatmu berasal, rata-rata temanmu adalah anak orang kaya dan mereka hanya bergaul sesama mereka.”

Viona tertunduk menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ingin menangis lagi. Dia yang belakang ini merasa superior, tiba-tiba saja merasa malu sampai ke dasar.

“Tapi sudah, jangan khawatir. Ibu Maia akan pergi ke sekolah untuk mengatasi hal ini. Tapi ingatlah jangan sampai mereka tahu bahwa kau adalah angkat lagi! Apalagi keluargamu dari desa, mengerti?”

Viona mengangguk meski masih tidak mengerti kenapa. Sementara Maia yang tidak ingin kebablasan, segera menyuruh Viona masuk dan istirahat. Tapi tepat ketika pintu kamar gadis itu ditariknya dan tertutup, ekspresi Maia berubah drastis. Dia memegang dadanya dengan ekspresi lega dan puas.

“Siapa itu Estella? Aku harus berterima kasih kepadanya,” gumam Maia aneh.

Sementara Viona di dalam kamarnya, menatap nama kontak Remi di ponsel. Jika yang dikatakan Maia semuanya benar, maka Remi juga tidak akan sudi berteman dengannya pikir Viona.

Tapi nyatanya Remi tidak. Keistimewaan sikap ini menjadikan Remi semakin berharga dimata Viona.

Kejadian ini juga membuat Viona mempertimbangkan cukup lama, sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon seseorang

“Halo?”

Kembali pada Victoria, dia senang bukan kepalang saat ini. Niatnya hanya untuk menyelesaikan perjanjian dengan Adrian, tidak pernah menyangka akan menemukan Ursula, yang akan membantu mempercepat bisnisnya.

Sementara Adrian yang baru diizinkan bergabung setelah sekian lama, mencoba memainkan sedikit peran kekasih. Tidak menyangka akan dimarahi oleh Ursula.

“Kenapa kau memegang tangan perempuan lain sembarangan?”

“Bibi, … bagaimana Victoria bisa dikatakan perempuan lain? Dia adalah—”

“Kekasih palsumu kan?”

Pegangan tangan Adrian terlepas dari Victoria. Dia menatap ke samping dengan melongo, hanya untuk menemukan Victoria cengengesan kepadanya.

“Aku sudah memberitahu yang sebenarnya, tapi jangan khawatir. Bibimu tidak akan menjodohkan mu lagi.”

Adrian menoleh kepada Ursula dengan cepat, seluruh tubuhnya menegang menunggu konfirmasi wanita itu.

Ursula menarik sudut bibirnya sinis, tapi tetap membenarkan. “Ya, dan bukan hanya itu, kita juga tidak perlu berurusan dengan keluarga mereka lagi.”

“APA?” Adrian masih belum pulih juga. Apalagi mendengar bahwa mereka tidak akan berurusan dengan keluarga dari wanita yang dijodohkan itu lagi. “Tapi kenapa? Bukankah ibunya adalah teman Bibi? Juga bukannya Bibi menyukai Pama—”

“Berhenti mempertanyakan, atau Bibi akan mencarikan mu jodoh lain!” Potong Ursula yang langsung mendapat penolakan Adrian.

“Tidak tidak!!!” Walaupun dengan wanita yang terakhir Bibinya cukup kekeh, tapi itu bukan pertama kalinya dia di jodohkan. Jadi Adrian merasa trauma untuk sesaat, sampai akhirnya Victoria muncul dan membebaskannya.

Memikirkan ini Adrian menatap Victoria yang sedang serius dengan ponselnya. Dia tidak tahu cara seperti apa yang dilakukan Victoria pada Ursula, tapi fakta bahwa wanita membantunya untuk bebas, membuat Adrian berterima kasih.

“Apa ada masalah? Kau terlihat sangat serius?”

Victoria menggeleng, memaksa senyuman.

“Bukan apa-apa. Tapi sepertinya aku harus segera kembali sekarang.”

“Kenapa—”

“Baiklah, hati-hati dijalan. Kabari aku, jika kau ingin dibantu tentunya.” Potong Ursula lagi pada ucapan Adrian.

Ini membuat pria yang juga adalah penjahat itu menjadi kesal, dan semakin kesal karena Victoria merespon hanya kepada Ursula. Tapi begitu, dia benar-benar tidak berdaya diantara kedua wanita itu.

“Mm, … aku pasti kembali secepatnya,” ujar Victoria mengkonfirmasi pada Ursula.

Adrian yang mendengar perjanjian akan pertemuan mereka yang untuk apa, kembali bertanya heran. “Bukankah Bibi sudah akan berangkat?”

Tapi Ursula sangat acuh. “Dibatalkan.”

Miris memang. Dia yang membawa Victoria, tapi dia yang seperti orang asing disini.

Menyimpan kedua tangannya di dalam saku celana akibat merasa tidak diperlukan, Adrian akhirnya pasrah dalam diam mulutnya dan ruwet otaknya.

Tapi masih dalam pompa kerja otaknya yang serius, sebuah tangan terulur padanya minta di balas. Adrian menatap Victoria yang setelah sekian waktu, akhirnya memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dua arah dengannya. Dia pun mengeluarkan tangannya, untuk membalas jabat tangan itu.

“Terimakasih,” kata Adrian. Tapi ucapan itu mendapat gelengan kepala Victoria.

Adrian mengernyit dalam melihat senyum secerah mentari milik Victoria. Jelas sekali wanita itu mendapatkan sesuatu yang hanya dia ketahui bersama Bibinya. Ini pun membuat Adrian merasa ingin menggoda. “Entah siapa yang harus senang disini?”

Mendengar ini Victoria tertawa. Dia tertawa dengan lepas. “Akulah yang senang, dan seharusnya berterima kasih Tuan Hares. Kau benar-benar satu dari sejuta keberuntungan di dunia, senang mengenalmu.”

TINK

Entah Victoria memang sangat hiperbola saat senang, dan refleksnya yang sesantai itu. Tapi tepukan di pundak serta kedipan mata centil itu, benar-benar sesuatu yang asing untuk Adrian.

Selain Bibinya, dia tidak familiar dengan sikap orang lain seperti ini. Lagi-lagi ini membuat Adrian merasa Victoria berbeda dengan kebanyakan wanita yang dia temui.

“Aku sudah akan pergi. Terimakasih sudah mengundang, aku harap kita impas sekarang.”

Adrian mengangguk. “Ini lebih dari impas.”

Benar. Victoria membenarkan hal itu di dalam hati. Ini lebih daripada impas. Tapi dia tidak berencana sama sekali membagi kebahagiaannya dengan Adrian, karena dia tidak akan melupakan siapa pria di depannya.

Meskipun ada kemungkinan Adrian tahu tentang rencana kerjasamanya dan Ursula, tapi dari pihaknya, dia tidak ingin berbicara terlalu banyak. Apalagi mengingat setiap kejadian penting dari buku masa depan itu berjalan lebih cepat dari yang seharusnya.

“Aku akan mengantar—”

“Tidak perlu. Victoria datang membawa mobil dan supirnya, kenapa kau harus membuat kerepotan yang tidak berarti!?” Potong Ursula, yang sedari tadi diam memberi ruang.

“Bibi???” Adrian menatap Ursula dengan tidak percaya.

“Jangan membantah.”

Ursula sangat mengenal kepribadian Adrian yang tidak seperti orang-orang pada umumnya. Anak kecil yang dia besarkan itu, adalah orang dewasa yang suka membuat hal-hal tidak masuk akal demi memuaskan kejiwaannya. Jadi entah Adrian kepada Victoria, atau Victoria kepada Adrian, dia tidak ingin dua orang gila itu terlalu dekat.

Membiarkan Adrian yang terdiam, Ursula dan Victoria bersalaman pipi sebagai perpisahan.

Sementara Sean yang pergerakannya cukup lambat, tidak menyangka akan mendapatkan teguran Ursula.

“Supir cepat! Majikan mu sudah di depan.”

Langkah Sean memberat mendengar itu. Dia hanya bisa mengepalkan tangannya sampai ke mobil. Seperti biasa, harga dirinya sedikit tergores sekarang. Berpikir para wanita-wanita ini sama menyebalkan-nya.

Sementara dalam perjalanan, Victoria yang melihat masalah ego Sean memilih tidak menghiraukannya. Justru dia mengingatkan pria muda itu, karena beberapa hal lebih penting.

“Beberapa hari kedepan, kau akan mengantar jemput adikku.”

Tekanan tangan Sean menguat di kemudi.

“Maaf Madam, apa maksud anda?”

Victoria menatap mata Sean, langsung dari kaca. “Aku tahu kau mendengar dan mengerti. Tapi aku akan mengulangi lagi, karena tidak ada penolakan. Mulai besok, … kau akan mengantar jemput Estella untuk setiap aktivitasnya.”

Udara terasa cekat untuk Sean. Dia sudah cukup kesulitan untuk menghadapi Victoria, apalagi harus menghadapi Estella yang perasaannya begitu labil.

Jadi meskipun sudah mendengar Victoria mengatakan tidak ada penolakan, tapi Sean masih ingin mencoba.

“Tapi Madam, bisa saya tahu kenapa saya harus mengantar Este, eh, maksud saya Nona Estella? Terakhir kali ada masalah diantara—”

“Sean,” Ucapan Sean terpotong dengan panggilan bernada rendah Victoria. “ … aku tidak melarangmu untuk bertanya, atau apapun. Tapi kau harus banyak belajar menutup mulut mulai sekarang. Cukupkan dirimu dengan setiap informasi yang aku beri. Selama kau bisa bekerja dengan baik, aku bahkan bisa memberi posisi yang lebih daripada Adrian berikan padamu.”

Alis Sean menyatu sempurna. Dia sepenuhnya tidak paham dengan apa yang dikatakan Victoria, khususnya bagian yang melibatkan Adrian. Karena sejak kapan dia berhubungan dengan Adrian? Tidak pernah.

Tapi begitu, Sean memilih menangkap poin utama untuk tidak mempertanyakan banyak hal.

Kini dengan itu, dia hanya bisa mengangguk.

Sementara Victoria. Dia membicarakan Adrian dan Sean sebagai bagian dari buku, karena sekarang dia benar-benar tak punya pilihan selain mulai menekan. Nyatanya walaupun dia senang saat ini, tapi masih ada kegelisahan akibat pesan masuk dari Estella.

Kabar Estella mengenai teror yang diterimanya, juga sudah menjadi bagian dari dalam buku masa depan itu. Siapa lagi kalau bukan Allard tentunya. Tapi sudah pasti karena kedatangannya semua dinamika cerita berubah.

Teror Allard bahkan satu tahun terjadi lebih cepat dari seharusnya. Yang artinya, dia tidak memiliki banyak waktu juga untuk segera pergi. Karena puncak masalah tidak diketahui kapan datangnya.

Victoria menatap ponselnya yang tiba-tiba berbunyi notifikasi. Sebuah pesan masuk dari Raphael, yang mempertanyakan keberadaan dirinya.

Setelah beberapa panggilan dan perintah untuk segera datang, Victoria akhirnya sampai di depan perusahaan keluarga Hain.

“Sial, benar-benar asing,” umpat Victoria sesampainya di depan gedung mewah itu.

Dia telah membelah ingatan tubuh, tapi tidak menemukan satupun dimana tubuh ini pernah kemari. Yang berarti, memang begitu dalam tersembunyi hubungan Adrian dan Victoria asli, selama ini.

“Ada apa Madam?” tanya Sean memastikan.

Victoria menggeleng dan hanya menyuruh Sean menunggu di mobil. Dia sendiri tidak tahu apa maksud undangan Raphael kesini. Tapi dia mengharapkan sesuatu yang bagus tentunya.

Masih dengan penampilannya tadi, dia memasuki lobi perusahaan. Penampilan Victoria yang karismatik serba merah, membuat banyak pasang mata tertuju padanya.

Rambut oranye, dress bunga mengikuti lekuk, serta lipstik senada rambut, penampilan Victoria benar-benar menyilaukan. Terutama bagi Elena yang baru menerima kabar ini, dari telepon.

Meskipun merupakan bagian dari keluarga Hain, tapi karena ini pertama kalinya dia kemari, jadi Victoria dengan sopan mendatangi meja resepsionis.

Dia meminta disambungkan dengan Adrian, tapi para resepsionis jelas tidak mau melakukan hal itu. Jadi mereka menyambungkan pada Elena selaku sekretaris Raphael.

Elena yang mendengar rambut oranye menyala, langsung tahu siapa itu. Pemikiran mengenai ucapan Yvone bergema di kepalanya, dan kebetulan teringat juga pada pengacara yang sudah satu jam di dalam ruangan Raphael.

“Oh apa ini? Jangan-jangan wanita ular itu bersiap untuk mendapatkan harta pak Raphael?”

Memikirkan ini mata Elena memicing tajam. Dia memiliki sedikit keberanian di hatinya saat ini, dan semakin bertambah karena mengingat tidak adanya peringatan akan kedatangan Victoria dari Raphael. Dengan cepat Elena mengambil kesimpulan. “Wanita itu pasti datang untuk membujuk Pak Raphael, ini tidak bisa dibiarkan.”

Elena yang sudah di depan ruangan Raphael, akhirnya berbalik dan meraih gagang telepon yang menghubungkan dengan meja resepsionis.

“Katakan pada wanita itu untuk kembali. Sebab Pak Adrian sedang sibuk, dan tidak sedang dalam jadwal janji dengan siapapun.”

Mendengar ucapan Elena, resepsionis itu mengangguk berulang-ulang. Victoria yang melihat cara pandang wanita-wanita itu, sudah merasakan firasat yang tidak baik. Tapi begitu dia mencoba menunggu dengan tenang.

“Maaf, Presdir sedang sibuk saat ini dan tidak bisa diganggu.”

“Oh wow!!” Victoria mengetuk-ngetuk meja resepsionis mencoba menahan amarah. Tapi dia bahkan baru tiga ketukan, para resepsionis telah menambahkan bara api.

“Tolong segera pergi dari sini. Lagipula tidak diperbolehkan menemui Presdir tanpa jadwal.”

“Heehh!!” Victoria terkekeh kasar. Bibirnya sudah bengkok, tapi mencoba tenang. “Apa kau yakin menghubungi Raphael?”

“Maaf anda ini siapa, sehingga memanggil Presdir dengan tidak sopan seperti itu. Jangankan diluar, bahkan di kantor hanya beberapa orang yang bisa menyebutkan namanya.”

“Oh yang benar saja, apa dia Tuhan?” Kekeh Victoria. Walaupun kesal, dia tak bisa menahan tawa terhadap perdewaan yang ada di sini.

“Keamanan!”

Victoria terkejut ketika dua orang resepsionis di depannya ini, tanpa sungkan langsung memanggil keamanan. Begitu juga dengan, tiga orang pria berbadan besar yang langsung berlari ke arahnya.

Victoria menatap orang-orang di lobi, yang kini menatapnya sebagai pusat perhatian. Walaupun tidak berkata-kata tapi pandangan orang-orang itu merendahkannya sampai ke dasar.

Dia adalah seorang penjahat dan tidak terbiasa dalam situasi seperti ini. Lebih baik saling mencaci hingga bentrok, daripada harus dihina dengan tatapan begini pikirnya.

“Lepaskan aku,” kata Victoria dingin, ketika kulit tangannya disentuh para keamanan.

“Tidak Nona, anda harus segera pergi.”

Victoria menarik nafas dalam-dalam mencoba tenang untuk terakhir kalinya. Tapi nihil, sebuah dorongan memaksa Victoria pergi keluar kendali.

Tiga orang pria besar, tapi dia baru melayangkan satu pukulan ke dada, tapi dua lainnya sudah terkapar di lantai. Siapa yang melakukannya?

“Sean?”

1
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!