Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA DUA TUJUH
"Kinara!!" Oleh jambakan Kinara, Echy mengerang kesakitan. "Kinara!!"
Echy berteriak histeris, wajahnya tersungkur di lantai paving. "Aku saudaramu!!"
"Cuih!" Kinara bahkan menghempaskan beberapa pakaian Echy. Seharusnya Kinara sudah melakukan ini sedari lama bukan?
"Selama aku hidup, aku nggak punya saudara! Aku anak tunggal!" teriak Kinara.
Amanah dari ayahnya, tidak akan lagi dilakukannya, sudah cukup lama Kinara bersabar menghadapi Echy, dan itu hanya karena Miranda yang ternyata bermuka dua.
"Nak, kamu kenapa?" Miranda baru bangun tidur, tepatnya baru saja terpejam setelah sebelumnya dia mengalami insomnia lalu di pagi-pagi buta, Kinara mengamuk.
Lihat saja tatapan mata Kinara yang biasanya teduh kini berapi-api. "Jangan pernah panggil aku Nak lagi, Miranda! Sudah baik aku beri kamu tempat tinggal di sini! Ini rumah Mama, ini rumah ku, rumah Kinara Syanara!"
Yang ditakutkan Miranda terjadi, sedari dulu Kinara bukanlah wanita yang bisa ditindas jika urusan haknya. Itulah mengapa Miranda harus bermain peran ibu peri.
Selama ini, meski hanya anak tiri, Kinara tak pernah mengecewakan dirinya. Bahkan jika dibandingkan Echy, Kinara lebih penurut.
Namun, lihat sekarang, semua berubah saat Kinara tahu kelicikannya. "Kami mau tinggal di mana kalau tidak di sini, Nak?"
"Di jalanan!" sergah Kinara. "Bukanya kamu sudah kerja lagi sama Boss kamu?!"
Echy tak suka Kinara membentaknya, apa lagi berani membentak ibunya, Echy bangkit untuk melawan walau harus terduduk kembali hanya karena dorongan kecil Kinara.
"Kita lihat, akan seperti apa kalian tanpa rumah ini?!"
Echy tertawa getir. "Asal kamu tahu, Kinara! Mertua kamu sudah kasih kami banyak duit dari pernikahan kamu, yah, mereka memang beli kamu karena dianggap cewek murahan!"
Tamparan menjatuhkan Echy. "Kamu yang murahan, kamu pikir aku nggak tahu hah? Semalam kamu merayu Alhambra setelah Allasca jijik dengan kelakuan sundal mu!"
"Kamu yang sundal!!" Echy ingin menjambak rambut Kinara, tapi terduduk kembali karena tendangan bebas Kinara. "Sekarang pergi kalian! Wanita-wanita miskin tidak tahu diri!!"
Miranda mulai ketar-ketir, tapi tidak dengan Echy yang masih pongah. "Kami masih punya tabungan. Kami tidak miskin, Kinara!!"
Di tengah keributan, Kinara dan semua orang menatap ke arah yang sama. Mobil SUV tiba dan langsung menurunkan sesosok pria paruh baya bersama satu ajudan wanita.
"Pak Ramdan!" Miranda mendelik penuh.
Kinara tak takut walau harus menghadapi pengacara kondang sekalipun. Kinara tahu dia berada di posisi yang benar.
"Ada apa ini, Kinara?" Ramdan Syahputra, pengacara itu terbengong di tengah-tengah panasnya kericuhan rumah Kinara.
Kinara tunjuk Miranda. "Klien anda sudah bukan ibu tiri Kinara lagi, jadi mulai sekarang, silahkan bawa mereka pergi bersama kalian!"
"Klien?" Ramdan mengernyit bingung, dia lalu mendekati Kinara. "Om ke sini untuk kamu, Kinara. Bukan untuk Miranda."
Mendadak, Kinara meredup polesan wajah murkanya. Sedikit bingung dengan tuturan kata Om Ramdan. "Untuk Kinara?"
Ramdan tergelak pelan. "Ya. Om ke sini mau menanyakan kenapa bulan ini, kamu sampai dua kali meminta uang kuliah?"
"Uang kuliah, Om?!" Kinara semakin bingung, sementara Echy dan Miranda terbelalak.
"Tunggu--" Dari rautnya, Ramdan yang tampak lebih kebingungan, "kenapa kamu bingung begini hmm? Bukannya pagi ini kamu minta uang kuliah lagi setelah kemarin dikirim dua puluh juta sama Tante Wisma?"
"Tante Wisma?"
Ramdan dan Wisma saling menatap, sedikit dari mereka mulai paham akan kejanggalan yang terjadi di Rumah ini. Maka, tugasnya di sini meluruskan yang masih bengkok.
"Om ini pengacara yang memegang kendali langsung harta Papa Mama kamu di Balai Harta Peninggalan."
Kinara tergelak tak percaya. "Sejak kapan Papa punya uang di BHP?"
Ramdan menghela napas, lalu menatap Miranda yang sedari tadi hanya diam. Sudah hampir dua tahun dari kematian Gardhika, Ramdan tak pernah bisa bertemu dengan Kinara.
Rupanya benar, Miranda sedang menyabotase hak anak tirinya. Lihat saja, Kinara bahkan tidak tahu jika bolak-baliknya Ramdan menemui Miranda untuk haknya.
Ramdan ini orang-orang dari BHP, tugasnya melindungi harta kekayaan anak. Membuat surat keterangan hak waris, menampung dana jaminan kematian dan hari tua.
Pagi ini ada kejanggalan yang harus dia kroscek kembali ke lapangan. Faktanya Ramdan kebingungan kenapa Kinara sampai dua kali meminta uang kuliahnya.
Setiap bulan, Ramdan hanya akan mengeluarkan dua puluh juta saja. Dan jika memang harus lebih, Ramdan harus tahu apa yang menjadi kepentingan mendesak Kinara.
Namun, lapangan tak menyatakan hal yang semestinya. Ramdan justru menghadapi fakta yang diduga kasus sabotase Miranda.
Wanita di sisi Ramdan bicara. "Setiap bulan bukannya saya yang selalu pastikan uang transferan kuliah mu, Kinara. Dan kamu sendiri yang setiap bulannya selalu bilang sudah menerimanya bahkan tanda tangan."
Kinara menatap Miranda. Dia bahkan harus berjibaku dengan taksi online demi uang jajan dan uang kuliahnya. "Jahat kamu Miranda!!"
Kinara beralih pada Ramdan. "Selama ini Kinara nggak pernah mendapat sepeserpun uang dari siapa-siapa. Malah Miranda bilang, Papa punya banyak hutang di keluarga Tuan Sky Rain sampai tega menjual ku!"
"Wisma!" Ramdan Syahputra bergegas menatap ajudan setianya. "Panggil polisi. Sepertinya kita perlu meraka kali ini."
"Kinara--" Miranda menggeleng, dia sudah cukup tidak dipercaya Tuan Sky. Sekarang, Kinara pun membuangnya. "Tolong maafkan Mama, Kinara, maafkan Mama."
Echy tidak terima jika ibunya harus mengemis-ngemis maaf Kinara. "Ma, jaga harga diri Mama!!"
"Diam kamu Echy!" bentak Miranda, lantas berbisik-bisik geram. "Hidup kita sedang dipertaruhkan, kita akan berurusan dengan polisi kalau Kinara tidak mau berdamai dengan kita! Cepat minta maaf!"
Kinara tak sanggup lagi menahan diri, dia ingin tumbang saja. Persetan dengan harta peninggalan itu, dia sakit karena kenyataan ini cukup menyentak kewarasannya.
Kinara masuk ke dalam rumah, bahkan berlari ke kamar. Dia jatuhkan diri di atas ranjang miliknya, sempat berteriak keras untuk sekedar meluahkan marahnya.
Tak ada yang lebih sakit dari ucapan Echy saat mengatakan dia dibeli. Yah, dibeli, bukan karena hutang-hutang almarhum Papanya.
Di tengah sesak tangisnya, Kinara melirik pada layar ponsel. Di mana pesan dari Alhambra barusan saja sampai.
📥 "Aku anggap pergi mu cuma piknik, ya Bee. Aku akan susul kamu lagi setelah operasi kedua ku sukses." Operasi kedua? Kinara bergeming.
Yah, Kinara memang amat sangat kesal dengan sikap tidak transparan Alhambra, tapi, tidak dipungkiri jika Kinara juga ingin tahu apa yang terjadi pada Alhambra saat ini.
Kinara tak membalas pesan Alhambra. Dia hanya membuka media sosial demi mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.
💭[Semangat, Bray. Semoga panjang umur, ingat utang yang seratus, Lu! Jangan mati sebelum bayar, Lu!!🫵] Postingan Rochmat.