NovelToon NovelToon
GAIRAH CINTA CEO DAN BALLERINA

GAIRAH CINTA CEO DAN BALLERINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Nikah Kontrak / Beda Usia / Sugar daddy
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.

Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.

Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.

Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.

Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Kamu maju, Aku mundur

Puluhan detik Marcel dan Namira masih di posisi yang sama, tidak ada yang lebih dulu memejamkan mata, tanpa bicara, dengan wajah dan tubuh lurus menghadap langit-langit kamar.

Hingga Marcel memutuskan untuk memecah keheningan.

"Nami, seperti apa mantan suamimu?"

Namira menelan salivanya, mencoba merangkai kata dalam benaknya untuk memulai cerita. Sekali lagi, dia harus memilah cerita hidupnya yang harus dia buka di hadapan Marcel maupun cerita yang harus dia simpan rapat-rapat.

"Ma-mantan suami.." Nami menoleh ke arah Marcel yang sudah menatap samping wajahnya terlebih dahulu.

"Dia pria yang baik"

"Baik? Karena kasus apa dia di penjara?" Tanya Marcel

"Anda menyelidikinya? Lalu kenapa anda bertanya"

"Aku ingin tau darimu"

"Penggelapan uang Tuan Anderson, suami mamy Hellen. Dan suamiku, d-dia kekasih gelap ibu angkatku, Mamy Hellen"

"Menarik" gumam Marcel

"Tapi bagiku dia lelaki baik"

"Owh" Singkat jawaban Marcel

"Terlepas dari gelap masa lalunya, karena dia aku bisa terbebas dari rumah bordir Mamy Hellen. Hingga aku bisa hidup sampai sekarang ini"

Marcel menarik tubuhnya memposisikan miring menghadap Namira, "hmm"

Kembali dia menjawabnya dengan singkat.

Namira tetap bergeming, hanya wajahnya yang menoleh menghadap Marcel.

"Seperti apa wajahnya, mirip Wulan atau Ilyas?"

"Tidak keduanya" Namira meremas jemarinya di dalam selimut, dia takut Marcel sudah menyelidiki status anak-anaknya.

"Mereka juga tidak mirip kamu"

"Iya, itu bisa saja terjadi, kan..hehehe"

Marcel mengamati wajah gugup Namira, ada banyak rahasia yang istri sirinya simpan rapat-rapat.

"Dan, seperti apa lelaki idamanmu?"

"ehmm..haruskah aku beritahu padamu, Tuan"

"He'em"

"Tidak penting. Tidak ada kriteria idaman" Lirih Namira

"Apakah seperti Bram?"

"Entahlah, hoaamm..Tuan, aku sudah mengantuk" Namira pura-pura menguap dan menutupi mulutnya yang terbuka dengan jemarinya.

"hemm" Jawab Marcel

"bolehkah aku tidur lebih dulu?"

"hemm" kembali hanya gumaman dari bibirnya yang rapat

Namira meluruskan kembali wajahnya menghadap langit-langit dan mencoba memejamkan mata.

Marcel terus menatap samping wajah istrinya, kebiasaan barunya selama dua hari ini adalah menatap wajah istrinya yang selalu gugup saat berbicara dengannya, dan wajah damai saat istrinya tertidur.

Tidak berapa lama suara dengkuran halus terdengar dari bibir istrinya, Marcel membelai wajah Namira dengan lembut, meraba lesung pipi nya yang kini rata hanya berupa gelembung pipi yang disebut chubby.

"Untung saja hidungmu mancung dan tinggi, kalau tidak, wajahmu hanya berisi pipi yang gembul" Marcel tersenyum manis melihat wajah damai istrinya, bibirnya mulai terbuka pertanda dia sudah masuk ke alam mimpi.

Akhirnya rasa kantuk pun hadir di pelupuk mata Marcel.

***

Pagi hari Namira sudah menyiapkan menu sehat untuk Marcel dan Ayam teriyaki untuk anaknya.

"Apa yang kamu masak kali ini, harumnya menggugah selera" tanya Marcel yang berpenampilan santai pagi ini

"Ada menu sehat untuk anda, Tuan. Aku sudah siapkan baju kerja. Apa anda berniat tidak berangkat kerja hari ini?"

"He'em, aku akan menemanimu berbelanja"

Anak-anak Namira saling menatap, mendengar kata berbelanja mereka seakan ingin ditawari untuk ikut dan Marcel mengerti akan hal itu.

"Kalian sekolah dulu, nanti pak yus akan mengantarkan kalian ke mall" Marcel mengelus rambut Ilyas yang kali ini duduk di sampingnya

"Horee..!!!" Teriak keduanya

Namira tersenyum melihat anaknya mulai dekat dengan Marcel.

"Ilyas bisa makan sendiri?" tanya Marcel melihat anak itu kesulitan memegang garpu

"Ka Wulan bilang aku halus mandili, gak boleh disuapin telus"

"Good boys!"

"Ayo giliran Ilyas memimpin doa" ucap Namira

"Baik mama, Allahumma baliklanaa fii maa lojaktana wakinna ajabanal, Ya Allah belikanlah kebelkahan kepada makanan kami, Aaamiiin" dengan lidahnya yang masih cadel belum bisa mengucap huruf R dengan benar.

Marcel melirik Namira, dia menyukai cara Namira mendidik anak-anaknya, Senyumnya pun mengembang.

Setelah sarapan mereka bersiap berangkat sekolah, Namira menyiapkan bekal untuk mereka. Pemandangan itu tak luput dari pandangan Marcel, dia menikmati aktifitas pagi bersama istri dan anak-anaknya. Meskipun mereka bukan darah dagingnya, tapi Marcel merasakan sebuah kehangatan keluarga.

"Apa aktivitasmu setelah mereka berangkat sekolah" tanya Marcel

"Waktu masih tinggal di rumah, aku biasanya mencari barang bekas untuk dijual kembali, tapi.."

"Tidak, tidak boleh seperti itu lagi. Kapan kamu mulai aktif di sanggar Ballet?"

"Satu Minggu lagi sanggar sudah mulai dibuka"

"Kamu hanya boleh di sana tiga kali dalam satu minggu, hari ini studio latihan akan disiapkan Deo"

"Di sini? Untuk apa?"

"Untuk kalian latihan, tolong bujuk Kalila untuk berlatih ballet"

"Latihan di sini? Lalu bagaimana jika mereka tahu kita.."

"Kenapa? Kamu malu menikah denganku? Kamu keberatan mereka tahu?" Marcel mengikis jarak mereka.

Namira mengangkat pandangannya dan menatap Marcel, "Aku..belum siap Tuan. I-ini masih seperti mimpi bagiku"

"Apa yang kamu takutkan? Katakan ini tempat tinggal mu"

"A-anda bilang hubungan kita sampai anda bosan, aku tidak tahu sampai kapan anda bosan. Lalu setelah anda bosan, aku harus apa..Aku ingin seperti pada awal anda mengenalku. Aku akan tetap menjadi cleaning servis di sanggar itu dan melatih keluarga nyonya Cindra"

"Ikuti aturan yang sudah aku buat, Nami. Jangan membantah!" Dengan suara dingin Marcel berbisik di telinga Namira. Aura dingin pun mendominasi obrolan mereka.

"Antarkan kopi ke ruang kerjaku" sambungnya

"Baik Tuan"

Marcel menaiki anak tangga dan menuju ruang kerjanya. Sementara Namira melamun di meja pantry, memikirkan apa yang baru saja Marcel katakan.

Drrtt..drrtt..drrtt.

Namira melirik ponselnya yang tergeletak di meja bar, tertera nama Bram di sana. Namira menggeser tombol hijau dan menerima panggilan Bram.

"Hai Mira apa kabar?"

"Baik Bram, kamu?"

"Mira, kenapa suaramu seperti sedang lesu, apa kamu sakit?"

"Tidak Bram, aku sehat. Hanya moodku sedang rusak pagi ini"

"Kenapa, mau membagi cerita denganku, Mira"

"Engga apa-apa Bram, biasalah penyakit bulanan" Jawab Namira dengan suara rendah

"Owh, PMS?"

"hmm, Oiya apa kabar Romy?"

"Nah itulah, aku menelpon mu ingin mengucapkan terimakasih. Barusan Romy mengirimkan gambar bekal yang kamu siapkan untuknya. Dia sangat menyukainya Mira"

"Kalau boleh tau, apa Romy punya alergi dengan bahan makanan tertentu?"

"Iya, dia alergi kacang tanah. Apakah akan sering anakku mendapatkan bekal darimu, Mira?" suara Bram terdengar excited

"Sebisa mungkin akan aku usahakan, Bram"

"Terima kasih Mira, itulah yang dia katakan padaku. Dia iri dengan teman-temannya yang selalu dibawakan bekal oleh ibu mereka. Katakan berapa uang belanja mu, biar aku ganti"

"Hahaha tidak perlu Bram, Santai saja" saat Namira memutar tubuhnya untuk ke arah pantry, Marcel berdiri di depannya dengan tangan melipat di dada.

"Tu-tuan, a-aku akan siapkan kopi a-anda" Sambungan telepon segera ia matikan.

"Siapa yang menelpon mu sepagi ini, hmm?" Marcel melangkah mendekati Namira, satu langkah Marcel maju, satu langkah pula Namira mundur hingga punggungnya menempel kitchen set.

"Apa laki-laki itu pengangguran, pagi-pagi sudah menganggu istri orang, hmm" Wajah mereka tidak berjarak, Namira bisa merasakan hembusan napas Marcel menerpa wajahnya. Aroma mint dari napas Marcel terasa pada indera penciumannya

"M-maafkan saya Tuan"

Kedua tangan Marcel mengurung tubuh Mira dengan bertumpu pada meja kitchen set. "Aku masih di rumah kamu sudah berselingkuh, bagaimana tingkah laku mu di belakangku!" suara rendah nan dingin Mira rasakan.

"B-bukan seperti itu Tuan, d-dia hanya mengucapkan terima kasih"

Marcel mendorong kening Namira dengan keningnya, hingga belakang kepalanya menabrak kitchen set.

"Tuan tolong jangan seper-.." Bibir mereka sudah saling bersentuhan. Namira bungkam, dan Marcel pun hanya diam menunggu reaksi Namira. Beberapa detik posisi mereka seperti itu, hembusan napas mereka saling menerpa wajah masing-masing. Hingga akhirnya Marcel melepaskan keningnya menjauhi wajah Namira.

"Cepat buatkan kopi, dan temani aku di ruang kerja" Marcel berjalan menjauhi Namira dan kembali ke ruang kerjanya. Namira baru bisa bernapas dengan lega, dia menyentuh dada kirinya yang berdebar-debar tidak karuan. Berusaha mengambil napas yang banyak dan menghembuskannya perlahan.

"Ada apa dengannya, dia engga sedang cemburu, kan?!"

"Anda sangat menakutkan, tuan Marcel" gerutunya

"Nyonya, kenapa melamun" Idah yang baru saja pulang dari pasar mendapati Namira yang sedang mengatur napas dan melamun di samping kompor.

"ehmm..aku mau buat kopi, Idah" Namira langsung menuangkan air panas pada cangkir kopi untuk Marcel

Di depan ruang kerja Marcel, Namira mengambil napas dalam-dalam sebelum masuk ke ruangan tersebut.

"Beri dia pekerjaan di bagian pemasaran, aku ingin tahu kemampuannya" Ucap Marcel di sebuah sambungan telepon saat Mira memasuki ruang kerjanya.

Namira meletakkan kopi di meja dan berdiri di depan Marcel menunggu lelaki itu menyelesaikan obrolannya di telepon.

"Ok, dalam dua hari pembangunannya harus sudah selesai dan interiornya seperti yang aku kirimkan melalui email"

Marcel menutup sambungan teleponnya, dan mengarahkan matanya untuk menyuruh Mira duduk di depannya.

Sudah bisa dipastikan, Namira hanya akan jadi obat nyamuk diantara Marcel dan laptopnya. Namira hanya diam sambil memainkan ujung bajunya.

...💃🩰💃🩰...

Bersambung....

Mohon dukungan like, komen dan subscribenya gaes🩷🙏

1
Aksara_Dee
,💔💔
Yuningsih
🥹🥹
Aksara_Dee
Cemburu kayaknya 😁
Su Narti
kenapa Kalila jadi anak yg egois
Dian Hasanah
bagus ceritanya
Aksara_Dee: terima kasih like nya ka 🩷
total 1 replies
Mega Labaru
semakin menarik
Aksara_Dee: semangat ka, terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Mega Labaru
menarik
Mega Labaru
ikutan baper
Mega Labaru
semakin menarik
Mega Labaru
menyentuh
Mega Labaru
muli
Mega Labaru
mulai
Mega Labaru
lanjutkan
Aksara_Dee: Siap Kaka
total 1 replies
Mega Labaru
bagus
Yuningsih
🥲 kasian Namira
Yuningsih
😂😂 udah tahu bau,pake di cium segala mir, segera lah mandi biar wangi
Aksara_Dee: wkakaka
total 1 replies
Aksara_Dee
terima kasih ka
Aksara_Dee
berbunga-bunga ka..hahaha
Yuningsih
Hahaha, kamu lucu thor,Tapi, aku rasa cinta tidak bisa diukur dengan riba atau tidak. Cinta adalah sesuatu yang murni dan tulus ☺️
Yuningsih
hahaha,aku ngakak baca nya😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!