Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasya dan Salwa Sadar
Keesokan harinya Salwa sadar dari tidurnya setelah dioperasi, dia melihat ada bunda dan juga kakaknya, dia berusaha tersenyum melihat mereka menghampirinya ketika membuka mata.
"Bagaimana keadaanmu dek, kamu haus?? Tanya Sasya begitu melihat sang adik membuka matanya.
Salwa hanya berkedip pelan, tenggorokannya terasa kering seakan suaranya tak bisa keluar.
Sasya segera mengambilkan adiknya air minum kemudian membantunya meminumnya.
"Udah enakan?? Tanyanya lagi memastikan
"Iya kak, makasih". Suara Salwa keluar dengan perlahan.
"Bagaimana keadaanmu nak, yang mana sakit?? Tanya Maya dengan perhatian mengelus kepala sang anak dengan sayang.
"Enakan bunda, rasanya badanku agak ringan, entah karena apa". Ucapnya pelan.
"Itu karena kamu sudah dioperasi dek, kamu juga sudah mendapatkan sumsum tulang belakang yang cocok dan dokter menyatakan sakitmu berangsur pulih". Sasya tersenyum lembut kepada sang adik.
"Benarkah kak?? Girang Salwa dengan mata berbinar.
"Iya dek, kita harus banyak bersyukur karena penyakitmu sudah teratasi dengan baik".
Melihat rona bahagia putrinya Maya yang tadinya ingin memberitahukan jika ayahnya lah yang menyumbangkan sumsum tulang belakang itu jadi mengurungkan niatnya, dia takut jika dia memberitahunya malah akan memperburuk keadaan. Apalagi dia mendapatkan gelengan kepala dari Sonya dan Rara yang tahu jika dia akan memberitahu Salwa.
"Istirahat aja dek, jangan terlalu banyak bergerak dulu yah, kan kamu baru operasi". Kini Rara yang mengeluarkan suaranya karena sejak tadi diam.
"Kak Rara benar dek, banyak istirahat yah supaya cepat sembuh, kata kak Sasya kamu akan ada pemeriksaan ulang setelah sadar, benarkan kak??
"Iya dek, banyaklah istirahat nanti 2 jam lagi kamu akan dibawah keruang scan untuk melihat hasil perkembangan penyakitmu".
"Baiklah kak, aku akan kembali istirahat, rasanya badanku masih belum enak". Ucap Salwa dengan lemah.
"Iya nak, istirahatlah, kami semua menunggumu disini". Maya mengelus kepala sang anak dan mencium keningnya.
Sedangkan di ruangan sebelah tepatnya ruangan Rasya dirawat, sudah ada anak dan istrinya yang datang menjenguknya.
"Bagaimana keadaan daddy, sudah mendingan?? Laura tersenyum memeluk sang ayah dengan pelan.
"Ayah sudah mendingan kok nak, kamu gimana sama Mommy dan adik-adik mu??
"Kami baik-baik saja Daddy, hanya saja keluarga Daddy itu selalu membuat onar, kemaren saja mereka mendorong tante Maya dengan kasar saat datang". Aduhnya kepada sang ayah.
Marsya mendelik marah pada anaknya yang memberitahu permasalahan pada sang ayah padahal ayahnya masih sakit.
"Benar yang dikatakan Laura, Sya?? Tanya Rasya dengan sungguh-sungguh dan menuntut penjelasan.
Marsya menghela nafas berat, kemudian menatap suaminya dengan iba. " Itu benar, ibu dan kak Rabia dan marah-marah kemari dan langsung mendorong Maya dengan kasar tapi ditangkap langsung oleh Sonya, Ya kamu pasti tahu anak kedua Maya itu pasti sangat murka dan hampir memukul wajah ibu tapi yang kena lukisan di sebelahnya dan dia juga memukul wajah kak Rania saat berbuat kasar dan menghina ibunya".
"Apa, mereka keterlaluan sekali, kenapa selalu membuat keributan, bikin malu saja". Kesal Rasya dengan penuh emosi.
"Keluarga Daddy itu juga menghina Mommy dan aku sebagai manusia tidak berguna ". Aduhnya kwmbali agar sang ayah tahu jika keluarganya itu tidak patut dibela.
"Apa, sialan kak Rania, aku akan buat buat perhitungan dengan mereka setelah aku keluar dari ruang sakit".
"Biasalah kamu melepaskan kepemimpinan Erlangga grup, aku sudah lelah berurusan dengan keluargamu yang selalu mencari masalah dan gara-gara". Marsya menatap dalam suaminya meminta pengertian.
"Tapi bagaimana perusahan otu bisa berjalan Sya, kamu tahu sendiri semua saudaraku hanya gila uang tapi tak mau dibebankan pekerjaan di kantor". Ucap Rasya putus asa.
"Kamu tidak perlu sepenuhnya kelaur dari sana Sya, kamu bisa tetap memimpin perusahaan tapi tidak menjadi pemimpinnya, kamu bisa suruh orang kepercayaan mu untuk mengurusnya, kamu cukup memantaunya dari jauh". Ucap Marsya memberi saran.
Dia tahu tanggungjawab perusahaan dibebankan kepadanya atas amanah sang ayah dan sang kakek, itu sebabnya Rasya sangat gigi mengembangkan dan membesarkan perusahaannya kini.
"Baiklah jika seperti itu yang kamu inginkan, sejujurnya aku juga sudah lelah diperlakukan seperti itu oleh orangtua dan keluargaku, karena mendengar hasutan mereka, aku dibenci semua anakku, aku bahkan tega memperlakukan kalian juga dengan tidak baik".
"Tidak apa-apa Daddy, kita sudah memaafkan Daddy, setiap orang punya kesempatan kedua jadi tidak apa-apa yang penting Daddy berubah".
"Terima kasih sayang, oh iya bagaimana keadaannya Salwa?? Tanyanya dengan penasaran.
"Kami tidka tahu tapi jika bisa tidak perlu bertemu dengannya untuk sementara waktu dan jangan kita katakan jika kamu lah yang menjadi pendonor sumsum itu karena Maya menentang dan melarang keras kita memberitahu mereka, dia tidak mau jika Salwa marah dan berbuat yang tidak-tidak karena tahu itu darimu". Ucap Marsya dengan sendu.
Dia tahu suaminya pasti sangat kecewa mendengar hal itu, dia bahkan bisa melihat air mata menetes dari pipi sang suami karena penolakan itu.
"Aku memang jahat kepada merek, pantas saja mereka snagat membenciku apalgi keluargaku". Ucapnya menunduk dan menyesal.
"Daddy yang sabar". Laura mengelus tangan sang ayah untuk membesarkan hatinya.
"Tidak apa nak, setidaknya daddy bisa melakukan sesuatu dan berguna untuk anak Daddy, walau mereka sangat membenci dan menolak daddy tak apa nak, daddy sangat bersyukur dengan semua yang terjadi". Ucap Rasya menunduk menyembunyikan air mata yang mengalir deras di pipinya.
"Daddy yang sabar, mereka akan perlahan memaafkan Daddy asal Daddy sungguh-sungguh berubah, aku yakin". Laura memeluk Sang ayah karena tidak tega melihat ayahnya yang sangat terluka.
"Jangan pernah beritahu Salwa jika Daddy yang mendonorkannya, aku yakin mereka sengaja berkata seperti itu agar kita merahasiakan semua ini".
"Baiklah, setelah keluar, uruslah keluargamu agar berhenti mengganggu aku dan anak-anak dan juga keluarga Maya, perbuatan mereka akan membuat anak-anak Maya semakin membencimu".
"Kamu benar, Sya, aku akan memperingatkan san bertindak tegas pada keluargaku jika mereka melakukannya lagi".
" Ya sudah kamu istirahat dulu, bekas jahitannya belum. kering sempurna jadi jangan terlalu banyak bergerak dan kalian anak-anak jangan terlalu banyak mengajak Daddy ngobrol.
"Siap Mommy". Ucap mereka serempak.
"Oh iya aku menempatkan beberapa Bodyguard didepan pintu agar keluargamu tidak masuk kesini membuat keributan".
"Terima kasih, sya, aku memang memerlukan ketenangan, mereka hanya menambah beban kepalaku dan fisikku jika mereka semua datang kemari".
"Baiklah jika kamu setuju, aku hanya ingin kamu cepat sembuh karena bekas pencangkokan Sumsum tulang belakang itu mengandung banyak resiko".
"Iya sya, makasih yah, kalian juga anak -anak Daddy". Rasya mengelus kepala sang anak dengan sayang.
Andai dia tidak pernah melakukan kesalahan pada haknya dari Maya dia tidak akan pernah dibenci sedemikian dalam seperti ini dan dia sungguh menyesal