NovelToon NovelToon
Mama Untuk Papa

Mama Untuk Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Anak Genius
Popularitas:226.4k
Nilai: 5
Nama Author: Buna Seta

Menikah muda bukan pilihan Arumi karena ia masih ingin menyelesaikan kuliah yang tinggal selangkah lagi. Namun, pertemuannya dengan Adeline anak kecil di mana Arumi bekerja membuat keduanya jatuh hati. Adeline tidak mau perpisah dengan Arumi bahkan minta untuk menjadi ibunya. Menjadi ibu Adeline berarti Arumi harus menikah dengan Davin pemilik perusahaan.

Bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

"Papa tidak marah kok" elak Davin ketika putrinya beberapa kali menyalahkan dirinya jika Arumi menangis gara-gara dimarahi.

"Papa... Adel kan seling dengal kalau Papa suka malahin Mama. Nanti Papa halus minta maaf sama Mama" pesan Adel seperti orang dewasa.

"Baik Tuan Putri... Nanti Papa minta maaf" Davin menyentuh hidung bangir putrinya yang sudah terlentang di tempat tidur.

"Kata Nenek Astiti, kalau kita salah halus minta maaf Pa" Adel ingat nasehat Astiti ketika masih di semarang.

Davin mengangguk, ia usap kepala putrinya itu lalu beranjak ke kamar mandi, kemudian mengganti baju kemeja dengan kaos.

Sepi, di tempat tidur. Davin melongok putrinya ternyata tertidur. Padahal niatnya ingin menyuruh makan.

Davin meninggalkan Adel ke kamar di mana Arumi tidur, tetapi ketika melihat istrinya meringkuk, ia memutuskan untuk tidak mengganggu tidur Arumi, kemudian menutup pintu kembali.

"Kata Bibi, Kakak belum makan ya? Ayo Kak, aku temani" Malika merangkul lengan Davin. Namun, Davin melepaskan.

"Lika, sekarang Kakak tegaskan sekali lagi. Jika kamu masih mau tinggal di rumah ini, jaga sikap kamu. Mengerti!" Tandas Davin lalu berlari menururuni tangga.

Ketika melewati meja makan ia hanya minum air putih saja. Rasa lapar satu jam yang lalu seketika kenyang tanpa makan, karena suasana hati Davin sedang tidak baik.

Sebenarnya Davin sendiri yang membuat suasana hatinya seperti itu, andai saja bertanya dengan Arumi secara baik-baik tentu tidak akan terjadi seperti sekarang.

Setelah meneguk air, ia lantas ke ruang kerja hendak melanjutkan pekerjaan dari pada pusing.

"Makan siang sudah siap Tuan" ucap bibi rupanya menyusul ke tempat itu.

Davin yang tengah termenung menopang dagu menoleh ke arah bibi. "Nanti saja Bi" Davin ingin melanjutkan bekerja tetapi pikirannya kemana-mana.

Setelah bibi keluar, Davin membuka laci ambil rokok yang sudah hampir satu bulan dia tinggalkan. Davin sebenarnya bukan perokok berat tentu kasihan Adel karena akan terkena dampak dari asap rokok. Namun, ketika sedang suntuk begini dia terpaksa menghisap.

Davin matikan ac lalu membuka jendela, di depan jendela itu ia mematek korek guna menyulut rokok.

************

Jam menunjuk angka 3 sore Arumi baru bangun, itu berarti selama dua jam ia tidur. Biasanya jika sedang kesal seperti ini tidak bisa tidur, tetapi karena tadi malam digarap Davin berkali-kali tentu tidurnya malam tadi kurang.

Ingat Davin, Arumi ingat ketika suaminya membentak, memaki-maki, dan tidak mau mendengar penjelasannya. Arumi sedih dan kecewa, apa lagi sejak pagi perut Arumi sakit sekali.

"Kemana Adel?" Arumi kaget ketika menoleh ke tempat tidur sebelahnya, tidak ada putrinya di sana. Arumi lalu mencari keluar, sandal kecil tertangkap olehnya di depan kamar Davin.

"Oh, dia bobo di kamar Papanya, biar sajalah" Arumi melanjutkan perjalanan ke dapur hendak ambil minum. Tiba tengah-tengah anak tangga, Arumi melihat Davin hendak naik tangga pula.

Arumi masih kesal lalu balik lagi ke atas. Namun, ketika tiba di depan pintu kamar tanganya ditahan Davin.

"Rumi, tunggu Rum" Ucapnya. Mata yang tadi menyala kini berubah redup, tetapi tidak lantas membuat hati Arumi menghangat. Kata-kata Davin yang seenak udelnya itu tidak bisa Arumi maafkan begitu saja.

"Lepas" Arumi hempas tangan Davin sekuat tenaga hingga lepas.

"Jika belum puas memarahi saya, jangan sekarang! Karena saya capek" ketus Arumi kemudian menuruni anak tangga dengan cepat.

Yakin jika Davin tidak mengejar, Arumi ambil gelas hendak membuat minuman yang bisa mengurangi stres.

"Mau dibuatkan minum apa Non? Biar bibi saja" Bibi hendak ambil gelas dari tangan Rumi.

"Tidak usah Bi, biar saya membuat minum sendiri" Arumi tidak mau manja walaupun ada bibi, ketika di Semarang pun ia tidak mau merepotkan simbok. Selagi Arumi bisa, pasti mengerjakan sendiri.

"Sebaiknya makan dulu Non" bibi perhatian. Ia tahu jika di rumah ini sedang ada perselisihan hingga tidak ada yang mau makan, tentu saja masakan masih utuh. Bibi menebak jika Arumi terlambat pulang itulah penyebab tuan Davin kesal. Bibi memandangi wajah Arumi yang tengah mengaduk-aduk teh itu nampak sedih dan habis menangis hingga matanya sembab.

"Nanti saja Bi, saya masih kenyang. Oh iya, kalau Adeline bangun suruh Yanti ambilkan makan ya"

"Baik Non"

Tidak lama kemudian, bibi menerima telepon dari Davin agar mengantar makan ke kamar untuk Adel.

"Baik Tuan" bibi tidak mau mengganggu Yanti yang tengah strika, lebih baik ambil makan siang untuk Adel lalu mengantarkan ke kamar.

Sementara itu di kamar Davin, Adel masih malas-malasan di kasur.

"Sekarang Adel cuci muka dulu sambil menunggu bibi mengantar makanan" titah Davin, lalu mengantar Adel ke kamar mandi, tetapi hanya menunggu di pintu. Memang biasa begitu ketika belum ada Arumi, Davin menjadi papa sekaligus mama.

"Adel sekarang makan siang dulu" ujar bibi sudah berada di kamar ketika Adeline keluar dari kamar mandi.

"Mama mana?" Tanya Adel, tentu saja ingin makan bareng Arumi.

"Tadi belum lama bikin teh Non, bibi pikir kesini. Mungkin di kamar Non Adel" bibi tidak memperhatikan kemana perginya Arumi setelah membuat teh.

Hingga satu jam kemudian, telepon bibi kembali berdering. Ibu paruh baya itu menempelkan hape ke telinga.

"Panggil Arumi Bi, tolong bilang saja Adel mencarinya" Davin menambahkan, ia rupanya belum mempunyai keberanian untuk menemui Arumi sendiri.

"Baik Tuan" bibi mencari Arumi ke kamar Adel, tetapi kosong. Lalu melongok kamar mandi yang tidak ditutup pun kosong.

"Mungkin di ruang kerja Tuan" monolog bibi mencari di sana, tapi tidak ada siapapun kecuali bau asap rokok yang Davin tinggalkan.

"Ada apa sih Bi? Dari tadi kesana, kemari" Yanti yang hendak meletakkan pakaian ke kamar Adel berpapasan dengan bibi, merasa Aneh.

"Kamu melihat Non Arumi tidak, Yan?"

"Nggak tahu Bi, bukanya tadi di dapur bersama Bibi" Yanti balik bertanya.

"Satu jam yang lalu memang di sini, mungkin sekarang pergi lagi" Bibi yakin jika Rumi pergi ke luar rumah.

Bibi dengan Yanti menghentikan percakapan, menoleh ke tangga karena mendengar langkah kaki.

"Mama mana Bi... kok lama" Adel sampai menyusul bibi karena sang mama tidak segera masuk kamar.

"Tidak ada Non, coba telepon Mama Rumi" bibi mengatakan sudah mencari seisi rumah tidak ada, ingin telepon tetapi belum menyimpan nomor handphone Arumi.

"Iya Bi" Adeline kembali ke kamar Davin.

"Papa... Mama hilang, sekalang Papa telepon Mama dulu" Adel ngos-ngosan karena berlari.

"Hilang?" Davin segera ambil hape kemudian menekan nomor Arumi. Namun, hingga beberapa kali tidak ada jawaban.

"Tas Non Arumi di kamar Adel, Tuan" Yanti mengantar tas yang ada getaran tentu saja hape Arumi berada di dalam.

Davin mengecek isi tas Arumi tidak ada yang dibawa. "Kemana Arumi?" Davin pun akhirnya mencari keluar rumah bersama Adeline.

Hingga magrib pun tiba, Davin pulang tidak bersama Arumi. "Arumi belum pulang Bi" Davin mulai panik karena Arumi pergi dalam keadaan marah.

"Belum Tuan"

Seisi rumah dibuat bingung oleh kepergian Arumi, terutama Davin. Dia yang paling bertanggungjawab atas kepergian Arumi, karena sebelumnya dia marahi. Davin terpaksa mengetuk kamar Malika menanyakan Arumi.

"Arumi itu bukan Adel anak kecil yang harus dirisaukan Kak, kenapa di rumah ini semuanya berlebihan" sungut Malika.

...~Bersambung~...

1
holipah
davin macam2 tak pites 😂😂
neng ade
hayoo ..Davin kamu harus jujur loh .. awas aja klo kamu berani macam2 di belakang Arumi .
Vajar Tri
iyahhhh kan ke gep .... apa alasan Muh papa 🤭🤭
Dewi kunti
nah loh yg introgasi ankmu dw
Lala Kusumah
nah loh ...
holipah
Thor lanjut dong
Widya Herida
lanjutkan kk
Rina
Nah lo Davin mau bilang apa kamu 🫢🫢🫢
holipah
masa lalu lgi
Anonymous
kalau davin macam macam pergi aja bawa saja anakmu Kenny biar Davin pusing urus anaknya sendiri.bukan tega sama anaknya tapi biar bapaknya kapok
Rini Maryani
lanjut papa adelia semangat thooor
🌷💚SITI.R💚🌷
knp davin berubah mulai bohonh..ada apa kira² dia seperti itu.
Mawar Desa
up lagi dong😃
Eka ELissa
siapa dia....smoga cumn rekan bisnisnya ya...Rumi.....
Eka ELissa
nah lok Rey udh muvon ya Rumi udh ada yg punya..ama yg lain aj ya....
Andi Hamida
penasaran
holipah
ada udang d balik terigu nih
neng ade
ada apa ini dengan Davin .. Sherman aja udah ketahuan bohong nya .. siapa wanita itu yang pergi bersama Davin ke hotel ???
🌷💚SITI.R💚🌷
smg aja perubahan davin bln krn ada pelakor tp benar² urusan kerjaan..laaiam arumi yg sdh banuak berkorban ..ayo davin jujir ys
🌷💚SITI.R💚🌷
knp kenny bun..reyhan kali
Buna Seta: Sudah typo bun
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!