Seorang wanita desa bernama Kirana Naraya akan dinikah dengan pria tua kaya yang punya istri 4, untuk membayar hutang orang tua nya. Kirana kabur ke kekota dan bekerja sebagai pelayan pria yang anti dengan wanita. bagaimana Kirana akan menjalani kehidupan nya,
nantikan kisah nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WAHILDA YANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26. BMS
Liliana mengajak kirana ke taman bunga samping halaman mansion. Kirana membantu menyiram bunga sedangkan di Lilyana memangkas tanaman yang layu.
"nyonya yang menanam bunga Lily ini" tanya Kirana sambil terus menyemprotkan air ke tanaman.
"ya, karena aku suka dengan bunga Lily" ucap Lilyana.
"aku juga suka bunga Lily, karena bunga Lily melambangkan ketulusan dan kesucian seperti nyonya" Kirana tersenyum memandang Lilyana.
Lilyana hanya tersenyum mendengar nya.
karena mereka asyik mengobrol Kirana jadi melupakan tugasnya memasak untuk Barra.
"sepertinya sudah siang Ayo kita masuk" Lilyana melihat matahari yang sudah meninggi.
Kirana mematung memikirkan seperti ada yang terlupakan.
"Kirana ada apa?" tanya Liliana yang melihat Kirana hanya diam.
"sepertinya aku melupakan sesuatu" karena terus memegangi kepalanya, tiba-tiba pak Asep datang membawa ponsel yang berbunyi kemudian memberikannya pada Kirana.
"dari tadi ponsel mu berbunyi di meja dapur" Kirana mengambil ponsel itu dan hampir saja melemparnya saat melihat nama yang tertera di sana si belalai gajah.
tanpa berpikir dua kali kirana langsung menjawab ponselnya
"ha.. halo Tuan" ucap Kirana terbata. ia tahu pasti tuan nya akan mengamuk. karena ia belum mengantarkan makanan nya.
"Kiraaaaannn" Kirana sampai menjauhkan ponsel nya karena teriakan dari Barra.
"Kenapa kau belum mengantar makan siangku? Kau kemana saja hah" Barra mengomel di telepon.
"maaf tuan saya lupa" ucapan Kirana membuat Barra tambah meradang.
"dalam waktu 30 menit kau harus sampai di perusahaan, kalau tidak kau akan terima akibatnya" Barra langsung menutup teleponnya.
"Kirana terduduk lemas di lantai" Kenapa ia bisa kelupaan memasak untuk tuannya.
'matilah aku' batin nya.
"Kenapa Kiran?" tanya Lilyana melihat Kirana seperti kehilangan separuh nyawanya.
Kirana tidak menjawab, Dia segera berdiri dan langsung berlari ke arah dapur. Liliana dan pak asep hanya geleng-geleng kepala saja melihatnya.
"siapa yang menghubungi Kiran pak Asep? Kenapa Kirana jadi ketakutan seperti itu?" tanya Liliana pada pak Asep.
"tidak tahu nyonya, tapi di situ tertera nama si belalai gajah" lilyana tidak menjawab tapi Ia berpikir siapa sih belalai gajah itu.
Kirana yang sudah berada di dapur segera menyiapkan bahan-bahan dan segera memasaknya. kali ini ia memasak nasi goreng karena itu yang paling mudah dan cepat. terserah Barra mau marah yang penting ia cepat menyelesaikannya dan segera mengantar nya.
setelah selesai Kirana bergegas menuju mobil pak Eko untuk mengantarnya ke perusahaan Barra secepatnya.
" saya kira tidak mengantar makanan untuk Tuan" ucap pak Eko saat melihat Kirana menuju mobil.
"Ayo cepat pak nanti Tuan marah" Kirana bergegas masuk ke mobil dan pak Eko langsung melajukan mobilnya ke perusahaan.
"Ayo cepat pak waktunya tinggal 10 menit lagi" Kirana melihat jam di ponselnya kali ini ia tidak akan meninggalkan ponselnya lagi.
pak Asep segera menambah kecepatan mobilnya, ia juga tidak mau kalau sampai ikut dimarah bos nya. hampir 15 menit akhirnya mereka sampai.
"haduh telat 5 menit" Kirana langsung berlari masuk karena jam makan siang hampir habis jadi para karyawan sudah terlihat sepi.
Kirana memberanikan diri menaikkan lift sendiri. sebenarnya ia sudah hafal cara memakai lift. tapi ia sengaja diantar para karyawan agar ada teman ngobrol.
saat pintu lift terbuka terlihat Bastian sudah menunggu di depan pintu.
"cepat Tuan sudah menunggu" Kirana berlari masuk ke ruangan Barra, saat membuka pintu ternyata Barra juga akan membuka pintu ruangan nya.
dugh
mereka bertabrakan karena Kirana hampir terjatuh, tangan Barra refleks memegangi pinggangnya. kini Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berdansa.
mereka terdiam sesaat dan saling memandang. Barra melihat wajah Kirana dari dekat, terlihat mata bulat indah milik Kirana, bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir yang tipis. Barra sampai terpesona melihatnya.
tiba-tiba Jantung Barra berdetak kencang dan muka nya memerah.
"ehem "Bastian berdehem di depan pintu ruangan itu. bisa-bisanya Tuan nya ini berdansa di depan pintu. apalagi dengan seorang pria.
Barra terkejut dan segera melepaskan pegangannya pada pinggang Kirana.
brugh..
"aww.." Kirana terjatuh ke lantai, untung tempat makannya tidak ikut terjatuh karena Kirana memegangnya dengan erat.
"kenapa kau lama sekali, Ayo cepat sajikan Aku sudah lapar" Barra berjalan menuju sofa meninggalkan Kirana yang terduduk di lantai. tadi ia hampir kehilangan akalnya, saat melihat bibir Kirana. apalagi ia tadi sempat memegang bo kong kirana yang kenyal.
Kirana bergegas berdiri dan langsung menyiapkan makanan di atas meja.
"kalau kau telat lagi, bonusmu akan ku potong" ucap Barra sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"jangan tuan saya janji tidak akan lupa lagi, maksudnya tidak akan telat lagi" Kirana terus mengelus bo kong nya akibat terjatuh tadi.
Barra tidak menjawab Dia langsung menghabiskan makanan itu dalam sekejap. tapi ia teras berpikir dengan kejadian tadi yang membuat jantung nya berdetak. seperti nya ia harus ke dokter jantung.
setelah memberikan minum Kirana segera membereskan bekas makan tuannya.
"Tuan saya permisi dulu" Kirana akan berjalan keluar pintu tapi ditahan oleh suara bara.
"kau tidak boleh pulang, sampai aku pulang dari perusahaan" ucap Barra terus memandangi Kirana.
"tapi Tuan" Kirana tidak ingin lama-lama berdekatan dengan Barra ia ingin segera pulang ke mansion dan mengobrol dengan Liliana disana.
"kau akan menjadi pelayan pribadiku di sini, Aku akan memberikanmu gaji tambahan" ucapan Barra langsung mendapat anggukan dari Kirana. Barra tahu Kirana yang suka uang jadi dengan di iming-imingi uang Kirana pasti mau. entah mengapa Barra ingin terus berdekatan dengan Kirana apalagi mencium wangi aroma tubuhnya.