Karena menghindari perjodohan yang dilakukan orang tuanya, Khavi Zean Rakhayasha terpaksa harus kabur dari rumah dan mengganti identitasnya.
Namun di tengah pelarian nya, Khavi harus terjebak menjadi bodyguard seorang Nona muda arogan bernama Shena Athalia Sarfaraz.
Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ada satu fakta yang menjadi penghalang cinta keduanya. Mereka sama-sama telah dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing.
Akankah cinta mereka bersatu?
Atau justru harus gagal sebelum berkembang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
Selama menjadi bodyguard Shena, Khavi tinggal di paviliun belakang kediaman keluarga Kawindra. Pria tampan itu sangat bersyukur karena kehidupannya setelah pergi dari rumah, tidak seperti dalam bayangannya selama ini.
Dalam bayangan Khavi, dia akan hidup susah terlunta-lunta di jalanan. Namun karena kebaikan yang dilakukan nya pada Shena, akhirnya berbuah manis. "𝘉𝘦𝘯𝘦𝘳 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯, 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢," 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.
"Mom, Abang rindu. Vya.... maaf."
Air mata nya mengalir begitu saja saat mengingat Mommy dan juga saudara kembarnya. Saat hendak memejamkan matanya, tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk seseorang.
Tok tok tok
"𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮-𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪?" 𝘜𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪.𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶.
Ceklek
"Ze, antar aku ke rumah sakit!"
Khavi yang saat ini menyamar sebagai Zean, melihat Nona nya sudah berpakaian rapi dan meminta nya diantarkan ke rumah sakit.
"Di jam seperti ini, Nona?" Tanya Khavi. Pria tampan itu mengernyitkan keningnya, pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 02.00 wib dini hari. Namun tiba-tiba saja pria itu merasa khawatir. "Apa kaki Nona sakit lagi?" Tanya Khavi lagi.
Sudah satu bulan ini, Shena akhirnya bisa berjalan lagi walaupun belum bisa untuk berlari. Tapi setidaknya wanita cantik itu bisa berjalan sendiri tanpa kursi roda.
Hubungan nya dengan bodyguard nya pun tak sedingin seperti pertama bertemu, walaupun pertengkaran di antara keduanya masih sering terjadi. Tapi setidaknya mereka semakin akrab karena selalu bersama.
"Jangan bawel, deh! Buruan pake celana mu! Aku tunggu di depan." Shena pergi begitu saja setelah membuat Khavi kesal karena mengganggu nya.
"Sial!" Khavi merutuki dirinya saat sadar dengan penampilan nya saat ini yang hanya mengenakan kaos dan boxer saja.
Setelah penampilan nya rapi, Khavi pun segera menyusul Shena yang sudah menunggu nya di mobil. Tanpa buang-buang waktu, Khavi pun melesatkan mobilnya menuju Sarfaraz hospital.
...----------------...
"Hueekkk... hueekkk...."
Pagi-pagi sekali Dara merasa perutnya sangat mual disertai dengan rasa pusing yang tiba-tiba saja menderanya. Arthur yang masih terlelap pun sampai terbangun gara-gara kebisingan istrinya itu.
"Ra, kamu kenapa?" Tanya Arthur dengan datar.
Walaupun pria itu tidak memiliki perasaan apapun terhadap Dara, tapi melihat Dara yang wajahnya pucat tidak seperti biasanya, Arthur pun merasa kasihan.
Dara menggelengkan kepalanya, tapi kemudian dirinya teringat sesuatu. "𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭?"
"Mas, bisakah kamu mengantar ku ke rumah sakit? Sepertinya aku hamil, aku ingin memastikannya." Dara tersenyum senang membayangkan jika dirinya benar-benar hamil.
"𝘏𝘢𝘮𝘪𝘭? 𝘐𝘵𝘶 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘋𝘢𝘳𝘢?" 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢. "𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯! 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘕𝘢𝘯𝘢, 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪?"
Arthur mematung, fikirannya dipenuhi dengan bayangan Shena yang benar-benar meninggalkan nya. Arthur sudah berjanji pada Shena, bahwa dirinya akan meninggalkan Dara. Walaupun Shena menolaknya waktu itu, tapi Arthur yakin Shena akan kembali padanya lagi jika dia sudah tak bersama Dara lagi.
Tapi jika Shena tau Dara hamil anaknya, maka Shena tidak akan mau kembali lagi padanya. "Kamu tidak boleh hamil, Ra!" Ucapan Arthur keluar begitu saja dari mulutnya. Pria itu tidak memperdulikan perasaan Dara yang sedih menahan tangis.
"Kenapa? Apa kamu takut Shena tidak akan menerima mu lagi kalau dia tau aku hamil anakmu, Mas?" Dara menatap nanar suaminya yang lagi-lagi melukai perasaan nya.
Arthur mengacak rambutnya, pria itu sangat frustasi. Apalagi membayangkan jika Dara hamil anaknya. Bukan Arthur tidak ingin memiliki anak, di usianya yang sudah genap 30 tahun Arthur sudah sangat mendambakan anak. Hanya saja, Arthur hanya ingin memiliki anak dengan orang yang sangat dia cintai dan itu Shena.
"Kamu tidak perlu menanyakan sesuatu, yang jawabannya kamu sendiri sudah tahu." Arthur tersenyum miring menatap wajah istrinya.
Arthur sangat muak melihat wajah Dara yang menurutnya seperti dibuat-buat itu. Satu bulan tinggal bersamanya, sama sekali tidak menumbuhkan perasaan cinta sedikitpun pada wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Padahal Dara selalu bersikap baik padanya, namun Arthur tidak pernah menganggap kehadiran Dara, bahkan untuk sekedar makan masakan Dara pun Arthur tidak sudi.
Dara hanya menangis dalam diam, hatinya sangat sakit diperlakukan seperti ini oleh suaminya sendiri. Namun untuk pergi pun rasanya tidak mampu, karena dia akan kehilangan segalanya jika pergi meninggalkan Arthur.
"𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘢𝘵. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘪 𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘪. 𝘋𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶."
Dara sangat yakin jika dirinya benar-benar sedang hamil. Wanita itu bahkan sudah memiliki rencana untuk membuat Arthur benar-benar terikat seumur hidup dengannya.
...----------------...
Arthur dan Dara sampai di Sarfaraz hospital untuk memastikan keadaan Dara. Walaupun Arthur tidak pernah menerima Dara sebagai istrinya, tapi dalam hatinya Arthur tidak tega jika membiarkan Dara pergi ke rumah sakit seorang diri, apalagi jika Dara benar-benar hamil anaknya.
Dara masuk ke dalam ruangan dokter kandungan bersama Arthur. Dan ternyata apa yang ditakutkan Arthur benar, Dara tengah hamil anaknya.
Ada perasaan tak terima dengan kehamilan Dara, namun Arthur tidak bisa memungkiri juga setengah hatinya merasa bahagia karena sebentar lagi pewarisnya akan lahir ke dunia ini.
Dara dan Arthur keluar dari ruangan dokter kandungan bertepatan dengan Shena yang keluar dari ruangan operasi setelah selesai melakukan operasi pada pasien nya. Dara dan Arthur pun berpapasan dengan Shena yang di ikuti Khavi di belakangnya.
Tatapan Arthur bertemu dengan tatapan datar Shena. Saat Shena hendak melewati Dara dan Arthur begitu saja tanpa niat menyapa, tiba-tiba saja suara Dara menghentikan langkah Shena.
"Na, aku hamil. Aku dan Mas Arthur akan segera mempunyai anak," ucap Dara dengan penuh semangat.
Arthur yang berada di samping Dara mengepalkan erat tangannya saat Dara dengan sengaja memberitahu kehamilannya pada Shena. "𝘒𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳!"
Tanpa Dara duga, sikap Shena berbanding terbalik dengan apa yang dia fikirkan. Bukannya sedih ataupun menangis, justru Shena malah memeluknya dan memberinya ucapan.
"Selamat ya, Ra." Shena memeluk Dara, dan hal itu membuat Dara terkejut. "Tapi kamu yakin, itu anaknya Kak Arthur," bisik Shena, dan hal itu membuat Dara semakin terkejut.
Shena melepaskan pelukannya. Wanita cantik itu tersenyum smirk, kemudian meninggalkan Arthur dan Dara begitu saja.
"𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘚𝘩𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘵𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳.
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Jangan lupa tinggalkan jejak😘