Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenekatan Alexix
Pagi Hari, Azalea terbangun. Dia merenggangkan otot tubuhnya yang pegal. Lalu, matanya beralih menatap ke samping di mana putranya biasanya tertidur di sisinya. Namun, pagi ini dia tidak mendapati Alexix ada di sampingnya.
"Alexix, apa dia sudah bangun? Tumben sekali." Gumam Azalea.
Azalea beranjak dari ranjang, dia melangkah keluar kamarnya untuk mencari sang putra. Saat setibanya di ruang tengah, Alexix tak ada.
"Loh, gak ada juga?" Gumam Azalea yang sudah mukai panik.
Azalea bergegas ke dapur, ternyata juga sama. Semua ruangan kosong, bahkan di kamar mandi tidak di temukan keberadaan Alexix. Azalea seketika panik, dia langsung berlari keluar rumah.
"Mungkin Alexix membeli jajan, yah ... jangan panik dulu. Tenang ... tenang." Azalea mencoba mengontrol dirinya, tubuhnya sudah mulai bergetar.
Azalea mencari ke sekitar rumahnya, tapi tidak di temukan adanya Alexix. Pikiran Azalea mulai stuck, dia terdiam dengan nafas memburu.
"Apa Alexix marah karena melihatku dengan Reagan yang berpelukan semalam. Apa dia pulang ke papa nya." Gumam Azalea.
"Enggak, Alexix tidak setega itu padaku." Liroh Azalea, mengusap keringat yang membasahi keningnya.
Azalea kembali masuk ke dalam rumahnya, dia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja kamar. Lalu, dia mencari kontak Reagan dan segera menghubunginya.
"Hao, Reagan. Reagan, aku ...,"
"Lea, aku hubungi nanti. Maaf sekali, pagi ini aku harus ke jepang untuk bertemu dengan klienku di sana. Pesawatku akan segera flight, aku terlambat. Sampai nanti my love."
Tuutt!!
Azalea terduduk lemas, jika Reagan tidak bisa membantunya. Lalu, siapa yang membantunya? Tiba-tiba, Azalea teringat dengan Bi Sari. Bergegas, dia mencari kontak bi Sari untuk menelponnya.
"Halo bi, bi apa Lexi kembali pulang ke sana? Dia tidak ada di rumah." Seru Azalea dengan panik.
"Eng-enggak Nya, den Lexi gak ada di mansion. Tuan sama den El juga dari kemarin di rumah sakit karena den El cuci darah,"
Perasaan Azalea tambah tak karuan, dia tengah memikirkan keberadaan Alexix saat ini.
"Bi, kalau ada kabar tentang Alexix. Kabarkan padaku, aku akan kembali mencarinya disini." Pinta Azalea.
Selepas berteleponan dengan Bi Sari, Azalea bergegas berganti pakaian tidurnya dengan pakaian santai. Dia mengambil tas dan juga dompetnya. Mungkin, dia akan mencari putranya di sekitar wilayah rumahnya.
Sementara Reagan, saat ini dia tengah berada di dalam pesawat. Matanya menatap layar ponselnya yang menampilkan foto sang pujaan hati.
"Tunggu aku pulang, aku akan membawamu pada orang tuaku. Semoga, dengan begitu kau menjadi lebih yakin padaku. Jika, aku serius untuk memintamu menjadi istriku. Azalea." Gumamnya.
.
.
.
Sementara, bocah yang sedang di cari tengah mengendap-ngendap di lorong rumah sakit. Bocah itu menggunakan hoodie dan juga topi, sesekali dia menatap sekitar takut ada seseorang yang mengenalinya.
Sesampainya di tempat yang ia tuju, matanya menyipit kala melihat dua orang bodyguard tengah berjaga di depan sebuah ruang rawat.
"Cebental lagi jam tujuh, meleka pacti calapan." Gumamnya. Siapa lagi kalau bukan Alexix.
Benar saja, jam tujuh kedua bodyguard itu pergi. Senyum Alexix mengembang, dirinya bergegas kembali melangkah menuju pintu.
Namun, langkahnya terhenti kala pintu kembali terbuka. Buru-buru dia bersembunyi di balik tembok. Terlihat, Alan keluar dengan ponsel di telinganya.
"Aku akan menemuimu di depan rumah sakit, tunggu sebentar. Aku lagi berjalan ke sana." Ucap Alan.
Selepas kepergian Alan, Alexix menghela nafas lega. Dia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju pintu dengan gerakan cepat.
Cklek!
"EL!!" Pekik Alexix membuat Elouise yang tadinya sedang makan pun tersedak.
"UHUK! UHUK!"
Buru-buru Elouise mengambil air dan meminumnya dengan perlahan agar tidak berlebihan. Lalu, matanya menatap Alexix yang berjalan mendekatinya.
"Lekci dicini? Mama dimana?" Tanya Elouise, saat tak mendapati dimana sang mama.
"Lekci ke cini cendili."
"Apa?!" Kaget Elouise.
Alexix duduk di kuris yang sebelumnya Alan duduki, dia menatap Elouise dengan tangan yang berlipat di dada.
"Telus, Lekci mau ngapain dicini hah?! Kalau papa tau gimana?!" Pekik Elouise.
"Papa lagi kelual, Lekci kecini mau bilang tentang mama." Terang Alexixi.
Kening Elouise mengerut, dia menatap raut wajah kesedihan dari raut muka Alexix.
"El, El mau mama cama papa baleng nda?" Tanya Alexix.
Elouise terdiam, jujur saja. Hak itu selalu dia dambakan, dan selalu menjadi impiannya. Bersama kedua orang tua kandungnya, merupakan impian Elouise sejak dirinya mengerti betapa bahagianya bersama kedua orang tua.
"Lekci nda mau punya papa tili, El kenal om Legal?"
Kening Elouise mengerut dalam, "Legal? Legal ciapa?" Tanya Elouise.
"Ish, itu loh. Yang cuka cama mama! Kemalin dia peluk-oeluk mama, ajak mama pelgi juga. Cetelah ini, dia pacti akan memikahi mama! Kita akan punya papa tili! Habis itu, papa akan menikah lagi, dan kita akan punya mama tili! Kau mau hah?!" Seru Alexix dengan penuh emosi.
"Om Legan memeluk mama?" Tanya Elouise dengan suara lirih.
"Ya! Lekci yakin, mama pacti cudah luluh cama layuan maut na!" Yakin Alexix.
Elouise akui, jika Reagan pria yang baik. Bahkan, sejak pertama kali bertemu. Reagan selalu membuatnya tersenyum. Kata-kata Reagan selalu bisa menenangkan Elouise. Namun, dia tak sampai berpikir jika Reagan ingin menjadi pengganti papanya.
"Om Legan nda begitu, dia baik cama cemuana. Cama El juga baik, dia nda bilang mau gantiin papa buat El." Lirih Elouise dengan suara bergetar.
Mendengar hal itu, Alexix mendelik sebal. Kenapa pikiran Elouise sangat enteng sekali, pikirnya. "Kau ni cama kayak papa, bod0 kali! Om Legal itu, mauna cama mama. Jadi nanti kita punya papa tili." Seru Alexix.
"Tapi nanti, El tinggal lagi cama mama. Lekci kan tinggal cama papa," ujar Elouise.
Bola mata Alexix melebar, dia beranjak berdiri dan menatap Elouise dengan tajam.
"Lekci mau cama mama! Lekci nda mau cama papa! Pokokna, Lekci mau tinggal cama mama!!" Pekik Alexix.
"Nda bica gitu dong! Dali awal mama culuh cementala campe El cembuh! Abis ini, El mau tinggal cama mama lagi!" Pekik Elouise tak terima.
"Kamu mau ninggalin papa?! Kamu nda cayang cama papa?!" Seru Alexix membuat Elouise terdiam dengan mata berkaca-kaca.
Tangan Elouise mencengkram selimut dengan kuat, air matanya seketika luruh mengingat betapa hangatnya kasih sayang sang papa. Kasih sayang yang selalu Elouise rindukan, tapi tetap saja dirinya tidak mau meninggalkan sang mama.
"El cayang papa, tapi El nda mau tinggalin mama hiks ...." Lirih Elouise.
Alexix berdecak sebal saat melihat Elouise menangis. Menurutnya, Elouise sangatlah cengeng. Tak seperti dirinya.
"Diamlah! Nda ucah nanis! Cengeng kali! Kau nda mau tinggalin papa, tapi juga nda mau picah dali mama kan?! Kita buat mama nda papa belcatu lagi, gimana? Bial bica tinggal baleng-baleng, kayak anak lain?" Usul Alexix membuat tangisan Elouise seketika terhenti.
"Belcatu, punya kelualga. Kayak temen El main, baleng telus cama mama papa nya." Batin Elouise.
___
Hai hai hai ...
Semoga alurnya gak bikin bingung dan buat kalian penasaran terus yah. Terima kasih atas doa kalian, author sudah kembali sehat dan bisa beraktifitas seperti sedia kala 🤗
Oh ya, jangan lupa dukungannya yah. Sempatkan like dam komen🤩