"3 tahun! Aku janji 3 tahun! Aku balik lagi ke sini! Kamu mau kan nunggu aku?" Dia yang pergi di semester pertama SMP.
***
Hari ini adalah tahun ke 3 yang Dani janjikan. Bodohnya aku, malah masih tetap menunggu.
"Dani sekolah di SMK UNIVERSAL."
3 tahun yang Dani janjikan, tidak ditepatinya. Dia memintaku untuk menunggu lagi hingga 8 tahun lamanya. Namun, saat pertemuan itu terjadi.
"Geheugenopname."
"Bahasa apa? Aku ga ngerti," tanyaku.
"Bahasa Belanda." Dia pergi setelah mengucapkan dua kata tersebut.
"Artinya apa?!" tanyaku lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Setelah 3 hari akhirnya Liu Xian Zhing masuk sekolah seperti biasa. Tepat sebelum ulangan semester dimulai, sebuah surat sampai di rumahku. Surat itu dari Kantor Pos. Dani yang mengirimnya. Langsung kubuka mumpung ibu sudah berangkat ke rumah nenek Arzio.
[Lita. Tunggu aku ya 4 tahun lagi]
Hanya secarik kertas yang bertuliskan pesan pendek tersebut mampu membuat air mataku menepik.
Aku sudah menunggunya selama 4 tahun, dan sekarang aku harus menunggu 4 tahun lagi?
***
Tahun demi tahun berlalu dengan sangat cepat. Bahkan aku sudah mulai sering melupakan Dani. Terlalu banyak tugas sekolah yang mengharuskan aku sibuk padanya. Bahkan kelulusan SMK kali ini terasa biasa saja. Entahlah kenapa aku ini. Mungkin karena aku tahu tahun yang Dani minta masih jauh dari hari ini.
Arzio sibuk dengan pendaftaran kuliah kedokteran. Rina juga sudah mulai bekerja di sebuah restoran cepat saji sebagai waiters. Liu Xian Zhing kembali ke Tangerang untuk membangkitkan bisnis keluarganya sambil kuliah.
Sedangkan aku ....
Hidup sebagai pengangguran di usia muda adalah sebuah pencapaian dan kesuksesan yang harus aku rayakan dengan makan mi goreng sambil menonton Boboiboy.
~Tok tok tok! Seseorang mengetuk pintu rumah.
Hah. Kutinggalkan mi dan ponsel di atas meja. Bergegas membuka pintu.
"Siapa?" tanyaku.
"Kiriman untuk Arlita Dewi Sitta, dari Arzio Fabelino," ucap pria berseragam merah tersebut.
"Iya, makasih, Mas," sambutku.
Setelah pria itu pergi, kubuka lapisan demi lapisan pembungkusnya. Kotak paket tersebut berisi banyak cemilan, makanan, minuman dan semua hal yang aku sukai. Termasuk komik Boboiboy.
Terdapat satu amplop, aku berharap isinya adalah uang, tapi ternyata selembar kertas bertuliskan, [Telpon gue kalo lo udah buka paketnya]
Aku langsung berlari mengambil ponsel dan menelepon Arzio.
"Halo, Sayang," sambutnya.
"Dalam rangka apa nih? Lo mau nyogok gue?!" cecarku.
"Ga nyogok. Anggep aja nafkah bulanan buat lo, Anjay nafkah! Ha ha!" balasnya.
"Apaan sih, Arzio! Ini kebanyakan! Bisa sampe 6 bulan!" omelku.
"Gue ga mau tau, pokoknya lo habisin dalam waktu 30 hari. Bulan depan bakalan gue kirimin lagi. Kalo lo mau request makanan juga boleh."
"Dih, ga ga ga! Apaan coba. Malah ngirimin gue tiap bulan. Mending duitnya lo tabung buat beli rumah. Atau lo tabung buat keperluan kuliah lo," omelku lagi.
"Ga! Gue ga mau nabung. Gue mau habisin semua duit gue buat lo," bantahnya.
"Ya ampun! Orang Sinting!" umpatku.
Tak kupercayai, ternyata Arzio benar-benar mengirimiku paket konsumsi setiap bulan. Dia juga memberi uang yang jumlahnya lumayan banyak menurutku. Aku menceritakannya pada ibu.
"Kamu tabung duitnya. Beliin sesuatu buat dia," saran ibu.
Ya, lagipula aku tidak butuh banyak uang hanya untuk hidup. Selama masih ada makanan, kuota internet dan kesehatan, aku masih akan menikmati kehidupan.
Satu tahun berlalu. Itu tandanya sisa 1 tahun lagi aku menunggu Dani. Aku mulai bosan dengan kehidupanku yang begini-begini saja. Kehidupan yang hanya menampakkan keseharian mencuci piring, mencuci baju, mengepel, memasak, tidur, makan. Aku lelah dengan semua itu.
Semalam adalah pertama kalinya aku meminta ibu mencarikanku pekerjaan. Ibu malah cerita ke nenek Arzio. Sampai akhirnya satu keluarga itu tau apa yang ingin aku lakukan.
"Pokoknya, jangan kerja! Di rumah aja! Denger, ga?!" tegas Arzio dan langsung mengakhiri teleponnya.
Aku benar-benar bosan. Aku sudah muak melihat cucian piring dan cucian baju.
Untuk pertama kalinya aku menggunakan uang yang Arzio beri. Aku membayar sewa mobil ke Tangerang. Sebelumnya, aku sudah meminta izin pada ibu. Ibu membolehkan sebab di Tangerang ada temanku Liu Xian Zhing dan Arzio. Lagipula aku sudah dewasa. Aku punya KTP.
Sudah berapa tahun aku tidak melihat Arzio, Rina dan Liu Xian Zhing secara langsung. Mereka menjalani takdir hidupnya masing-masing.
Aku sampai di kosan Arzio yang tergembok. Dia pernah memberikan kunci cadangannya padaku. Dengan mudah aku membuka gembok tersebut. Namun pintunya kututup lagi dan mendatangi rumah pemilik kosan. Aku juga meminta izin untuk melaporkan kedatanganku pada mereka. KTP-ku juga diperiksa.
"Karena ini kosan bebas, jadi ga ada peraturan yang mengikat. Segala sesuatu masalah antar penghuni kosan, bukan tanggungjawab kami." Itu yang mereka jelaskan padaku.
Aku langsung memasuki kamar kos Arzio yang super duper berantakan. Bahkan sampah juga berada di mana-mana.
Aku membereskan semua kekacauan itu.
Ini adalah kejutan yang sempurna menurutku. Dia pasti akan merasa senang dengan kehadiranku di sini.
Aku mendengar sebuah motor terparkir di depan kamar kos. Itu pasti Arzio.
Kubuka pintu ....
"Suprise ...." Kalimatku terhenti.
Arzio bersama seorang wanita. Mereka menatap padaku.