Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Dugaan Yang Salah
Pukul dua dini hari, Arneta terbangun dari tidurnya. Hal pertama yang ia lakukan saat terbangun adalah menangis. Mengingat apa yang terjadi kepadanya beberapa waktu yang lalu. Dimana Andika hampir saja melecehkan dirinya.
Suara tangisan Arneta akhirnya membuat tidur El jadi terganggu. Pria itu terjaga dan langsung melihat kepada Arneta. "Kenapa kamu menangis?" El berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya dan mendekat pada Arneta.
"A-aku takut..." Arneta mengungkapkan isi hatinya. Membuat Elvano mengerti dan langsung memeluk tubuhnya untuk menenangkannya.
"Tenanglah. Ada aku di sini yang akan menjagamu. Tidak ada lagi yang akan berani berbuat jahat kepadamu."
Arneta merasa lebih tenang berada di dekapan El. Rasanya dia tidak ingin melepaskan dekapan suaminya itu. Seakan tahu apa yang diinginkan Arneta, membuat El terus memeluk tibuh Arneta hingga akhirnya wanita itu kembali tertidur.
"Maafkan aku. Seharusnya aku gak ngebiarin kamu jauh dari diriku." Lirih El. Entah sudah berapa kali dia meminta maaf. El merasa tidak lelah untuk mengatakannya.
Pukul enam pagi, El sudah terbangun dari tidurnya. Hal pertama yang ingin ia lihat setelah membuka mata adalah wajah Arneta. El merasa lega saat melihatnya Arneta masih tertidur nyaman dan bengkak di kedua kelopak matanya mulai berkurang.
Lambat-lambat, El menuruni ranjang dan keluar dari dalam kamar. Dia berencana meminta tolong pada pembantu yang sudah datang ke rumahnya membuatkan sop ayam untuk Arneta.
"Apa Nona Arneta lagi sakit, Tuan?" Tanya Bibi. El menganguk membenarkannya. Bibi tidak lagi banyak tanya dan lekas melakukan tugasnya dengan baik.
Bertepatan dengan El yang sudah kembali masuk ke dalam kamar, Arneta nampak sudah terjaga. Wajah wanita itu terlihat ketakutan karena di saat bangun tidak melihat keberadaan El dimana-mana.
"Kamu udah bangun?" El berjalan mendekatinya. Memegang kening Arneta dengan telapak tangannya untuk memastikan jika Arneta tidak demam.
Arneta membiarkan El memegang keningnya. Kemudian mengangguk merespon pertanyaan El.
"Sekarang mandilah agar tubuh kamu bisa terasa lebih segar. Dan untuk kejadian semalam, aku harap kamu gak akan memikirkannya lagi."
Arneta mengangguk pelan. Kini dia sudah berada di dalam kamar mandi hendak membersihkan tubuhnya. Seakan jijik dengan sentuhan tangan Andika tadi malam, Arneta menggosok tubuhnya dengan sekuat tenaga. Air matanya pun luruh lantah mengingat kejadian tadi malam.
"Aku tidak pernah mengusik hidup siapa pun. Tapi kenapa mereka masih saja ingin berbuat jahat kepadaku?" Tangisan Arneta semakin luruh. Namun, sebisa mungkin Arneta menahan suaranya agar tidak keluar dan terdengar oleh El di luar sana.
Pukul sembilan pagi, Tuan Keenan dan Nyonya Rossa menyambangi kediaman El dan Arneta. Wajah Tuan Keenan nampak tidak bersahabat setelah bertemu dengan El.
"Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa Andika bisa membuat laporan ke polisi atas dasar kekerasan yang dilakukan oleh dirimu?" Tanya Tuan Keenan. Sepertinya pria itu baru mendengar berita simpang siur. Belum mendengar kebenaran ceritanya seperti apa.
El menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Tuan Keenan. Nyonya Rossa yang duduk berhadapan dengan El nampak tidak sabar menunggu jawaban dari El. Walau pun Nyonya Rosaa dan Tuan Keenan sangat marah setelah mendengar berita yang sampai kepada mereka pagi tadi, tidak membuat mereka langsung menghakimi El. Mereka ingin meminta penjelasan pada anak mereka itu lebih dulu.
"Aku melakukan itu kepadanya bukan tanpa sebab. Aku melakukannya karena dia berniat melecehkan Arneta."
Wajah Tuan Keenan dan Nyonya Rossa nampak kaget setelah mendengar perkataan El. Bersamaan dengan itu, Arneta nampak datang menghampiri mereka setelah diberitahu Bibi jika Tuan Keenan dan Nyonya Rossa sedang datang berkunjung ke kediamannya.
"Apa?! Andika berniat melecehkan Arneta?!" Suara Tuan Keenan terdengar mengeras. Arneta jadi kaget mendengarnya. Tatapan matanya pun nampak intens menatap wajah Tuan Keenan.
El mengangguk. Sebelum bersuara, dia menatap pada Arneta yang kini nampak berdiri tidak jauh dari dirinya berada. "Duduklah. Papa hanya ingin meminta penjelasan kepadaku bukan ingin memarahiku." Ajak El. Dia berpikir jika Arneta takut mendengar kemarahan Tuan Keenan.
Arneta mengangguk pelan. Kini dia sudah duduk di sebelah El setelah menyalimi tangan Nyonya Rossa dan Tuan Keenan.
"Bagaimana kejadian itu bisa terjadi, El? Bukannya tadi malam Arneta pergi bersama kamu?!" Nyonya Rossa turut meminta penjelasan. Ingin bertanya langsung pada Arneta rasanya tidak mungkin karena Arneta kelihatan ketakutan saat ini.
El mau tidak mau menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi tadi malam. Bagaimana dirinya tidak berada di dekat Arneta selama acara berlangsung sampai akhirnya kejadian tak mengenakkan itu terjadi kepada Arneta. Tuan Keenan lantas marah besar kepada El. Dia menganggap El tidak becus dalam menjaga istri.
"Kamu benar-benar keterlaluan, El. Seharusnya kamu itu selalu berada di dekat Arneta. Bukannya fokus pada teman-teman kamu aja!!" Nyonya Rossa ikut mengomel. Arneta jadi tidak tega melihat suaminya tengah disudutkan saat ini.
"Jangan menyalahkan El, Pah, Mah. El gak sepenuhnya bersalah. Aku yang salah karena tidak ingin dekat dengan El." Arneta mengatupkan kedua tangannya. Meminta kedua mertuanya agar tidak menyalahkan El.
Tuan Keenan dan Nyonya Rossa berusaha mengontrol emosinya. Keduanya tidak ingin memarahi El lagi di depan Arneta. Apa lagi saat ini rasa trauma masih terlihat di wajah Arneta.
Agar pembicaraannya dan El bisa lebih fokus tanpa didengar oleh Arneta, Tuan Keenan meminta Nyonya Rossa membawa Arneta beristirahat di dalam kamar. Setelah kepergian keduanya, Tuan Keenan baru kembali berbicara kepada El.
"Papa mau kamu laporkan balik Andika atas tuduhan pelecehan. Papa tidak ingin dia bebas begitu saja. Dia sudah hampir melecehkan menantu kesayangan Papa!" Geram Tuan Keenan.
El mengangguk. Tanpa diminta oleh Tuan Keenan, El sudah mempersiapkan barang bukti untuk melaporkan Andika pada pihak berwajib. Dan walau pun tadi Arneta sudah berusaha membela dirinya di depan Tuan keenan, El tetap saja mendapatkan amarah dari Tuan Keenan karena dianggap tidak bisa menjaga Arneta dengan baik.
"Sekali lagi Papa mengetahui kamu gak bisa menjaga istri kamu dengan baik. Maka Papa gak akan segan menarik seluruh saham Papa dari perusahaan kamu, El!" Tegas Tuan Keenan. Dia tidak main-main dengan perkataannya. Menurut Tuan Keenan, Arneta adalah menantu kesayangannya. Tuan Keenan tidak ingin wanita yang sudah ia pilih menjadi menantu di keluarganya lecet sedikit pun apa lagi sampai dilecehkan.
El mengangguk tanpa bantahan. Melihat bagaimana Tuan Keenan begitu menyayangi Arneta, membuat El berpikir jika papanya itu yakin jika Arneta adalah wanita baik-baik. Bukan wanita murahan seperti yang acap kali dia sampaikan pada Arneta. Lagi pula, jika Arneta benar adalah wanita murahan, dia pasti tidak akan menolak tidur dengan pria mana pun termasuk dengan Andika yang sudah jelas adalah mantan kekasihnya.
***
Jangan lupa like dan komen sebelum meninggalkan bab ini ya🤗
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga