Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽
Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata panda
Audrey termenung, dia tidak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan yang Asher berikan. Wanita itu mencoba mencari kebohongan di wajah pria di hadapannya. Namun Asher hanya memberikan ekspresi datar yang tidak bisa dimengerti oleh Audrey.
“Sepertinya kamu masih syok dan bingung dengan pertanyaanku barusan. Aku memberikan waktu untuk kamu berpikir. Sebaiknya, kamu beristirahat.” Asher melihat jam di pergelangan tangannya. “ Sudah larut, besok kita akan mencari gelangmu terlebih dulu!” ucap Asher yang kemudian berlalu bersama Luwan tanpa menunggu jawaban dari Audrey.
Audrey menatap punggung Asher yang sudah berlalu, sepersekian detik, dia tersadar. “Astaga, aku sedang melamun apa? Seharusnya, aku menjawab iya. Kalau begini, apakah Asher akan berubah pikiran?” Gumam Audrey.
Audrey bergegas berjalan meninggalkan ruang bawah tanah itu, setiap melangkah melewati lorong, tubuh Audrey bergidik saat mendapati kegelapan yang menelan sekelilingnya. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengintai dari balik bayangan, namun dia berusaha mengabaikan perasaan takutnya dan terus berjalan.
“Kenapa aku merasa begitu takut? Ini hanya lorong biasa, bukan?” gumam Audrey lagi, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia merasa jantungnya berdebar kencang, dan dia berusaha mengatur napasnya agar tetap tenang.
Sejurus kemudian, Audrey pun berlari sambil menutup matanya. “bruk!” Wanita itu menabrak tubuh seseorang saat dirinya berlari hingga tubuh wanita itu terduduk di alas yang dingin.
“Aduh Nyonya, maafkan aku! Anda tidak apa-apa?” tanya seorang pelayan yang mengulurkan tangannya ke arah Audrey.
Audrey membuka mata dan melihat ke arah tangan yang terulur. “Ma-Maaf, aku yang salah karena aku takut dengan gelap. Jadi, aku tidak melihatmu,” ucap Audrey sambil meraih uluran tangan pelayan itu lalu berdiri.
“Aku diperintahkan oleh tuan untuk menjemput Nyonya dan mengantarkan Nyonya ke kamar.”
Audrey tersenyum pada pelayan itu, “ Terima kasih, aku akan mengikuti mu.”
Audrey pun mengikuti langkah pelayan yang membawanya melewati lorong gelap, saat keluar dari lorong tersebut, Audrey disambut dengan koridor yang indah dengan lampu-lampu kristal yang bersinar terang.
Audrey melihat-lihat sekeliling, merasa kagum dengan keindahan gedung itu. Setelah berjalan beberapa menit, mereka mencapai sebuah pintu besar dan pelayan itu membukanya. “Ini kamar Nyonya,” ucapnya sambil menunjuk kamar yang sangat besar dan elegan.
“Terima kasih,” jawab Audrey dengan sopan.
Audrey pun memasuki kamar itu dan langsung duduk di atas tempat tidur mewah. “ Siapa Asher sebenarnya? Duke atau CEO? Melihat bangunan ini, berasa seperti di dunia kerajaan Eropa.” Audrey mengamati ruang kamar tersebut dengan terkagum-kagum.
Audrey menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, kini matanya memandang lurus ke arah langit-langit kamar dengan benak yang terus memikirkan perkataan Asher. Sesekali, dua sudut bibir plum itu melengkung terukir senyuman.
“Apakah Asher benar-benar serius dengan ucapannya? Bagaimana ini? Jika dia hanya mempermainkan ku bagaimana?” Audrey merenung, mencoba merangkai setiap kata dan perbuatan Asher. “Dia terlalu misterius, dan itu membuatku ragu,” gumam Audrey. “Ahh... Sudahlah, besok aku harus menemani dia. Malam ini, tidur saja!” Audrey meracau dengan pikirannya yang berkecamuk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lain Audrey, Lain juga dengan Asher. Pria itu meletakkan telapak tangannya di dada, merasakan debaran jantung yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
“Dasar bodoh, kenapa harus blak-blakan mengajaknya menikah?” Asher menutup wajahnya yang terasa panas mengingat kejadian tadi.
Nathan berjalan bolak-balik di ruang kerjanya, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah Audrey akan menerima lamaranku atau malah menjauh dariku?” pikir Asher.
Asher merasa bingung dan tidak yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Audrey, sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dan aman. Namun, dia juga merasa takut jika Audrey akan menjauh darinya setelah mendengar ucapannya.
“Apakah aku terlalu cepat? Apakah aku terlalu berani?” pikir Asher. Dia merasa perasaannya bercampur aduk, antara rasa cemas, rasa takut, dan rasa nyaman.
Setelah berpikir cukup lama, Asher memutuskan untuk berbicara langsung dengan Audrey besok. “Aku harus mengetahui apa yang sebenarnya dia rasakan. Aku tidak bisa terus-menerus hidup dalam ketidakpastian,” pikir Asher.
Dengan keputusan itu, Asher merasa sedikit lebih lega. Dia duduk di kursi kerjanya, menatap jendela sambil tersenyum.” Pokoknya, aku akan melihat reaksi Audrey besok. Semoga dia tidak menghindariku.” Pikir Asher sambil memejamkan matanya, berharap bisa mendapatkan tidur yang nyenyak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari, Audrey sudah sibuk di dapur dengan kantong mata disertai mata panda yang melingkar di bawah matanya. Sebab, satu malam dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan lamaran Asher.
“Nyonya, biarkan kami saja yang menyiapkan sarapan,” ucap seorang pelayan tidak membiarkan Audrey memasak.
“Terima kasih, tapi aku ingin menyiapkan sarapan untuk suamiku,” tolak Audrey dengan ramah.
Pelayan-pelayan tersebut hanya mengangguk pasrah dan membiarkan Audrey melaksanakan tugasnya sebagai istri. Setelah membuat Smoothie Berries dan Almond Butter: Yang terdiri dari campuran blueberry, raspberry, dan strawberry, susu dan juga almond, Audrey membawakan sarapan tersebut kepada Asher.
“Asher, ini sarapan untukmu,” ucap Audrey saat menemukan Asher berada di atas balkon sedang menyambut sinar matahari pagi di atas kursi roda.
Mendengar suara Audrey, Asher menoleh. Audrey terkejut saat melihat lingkaran hitam di bawah mata Asher. Tatapan terkejut dari Audrey Asher abaikan, dia lebih fokus melihat sarapan yang dibuat oleh Audrey.
“Kamu yang buat?” tanya Asher dengan suara dingin.
Audrey mengangguk...
Asher kemudian meraih sendok dan mulai melahap sarapan buatan Audrey. “ Lumayan.”
Audrey tersenyum dia merasa dihargai karena baru kali ini Asher mau memakan makanan yang dia buat. Dan Asher terlihat lahap memakan sarapannya. “Terima kasih-“
“Untuk apa kamu masih berdiri di sini? Segera Pergi untuk Bersiap-siap, kita akan ke toko perhiasan!” sentak Asher dengan suara dingin.
Audrey merasa sedikit tersinggung dengan sikap Asher yang terlalu tegas. Namun, dia menghela nafas dan mencoba memahami situasi yang sedang terjadi. “Baik, aku akan segera bersiap,” ucap Audrey sambil berbalik dan berjalan keluar balkon.
Asher mengacak rambutnya frustasi setelah kepergian Audrey. “Cih, apakah aku terlihat begitu kaku? Oh... harus bagaimana aku bersikap?” gerutu Asher mengutuk dirinya sendiri atas sikapnya kepada Audrey.
Kini Audrey berjalan menuju kamarnya, mencoba menenangkan diri dan merapikan pikirannya. Dia merasa sedikit tegang akan perjalanan ke toko perhiasan bersama Asher. Namun, dia juga merasa senang karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Asher.
Audrey memaparkan kepalanya, mencoba meredakan kekhawatirannya sebelum bersiap untuk pergi ke toko perhiasan bersama Asher.
Dia tahu bahwa dia harus tenang dan menghadapi situasi dengan kepala dingin. “ huf, kamu bisa Audrey!” Audrey mencoba menenangkan diri sebelum dia menemui Asher.
Audrey mengambil waktu untuk bersiap diri dengan teliti, memilih busana yang cocok untuk perjalanan ke toko perhiasan bersama Asher. Setelah sempurna, Audrey meninggalkan kamarnya dan menuju ke ruang tengah untuk bertemu dengan Asher.
Asher sudah menunggu di ruang tengah, dia mengenakan setelan jas yang elegan dan terlihat sangat tampan di atas kursi rodanya. Audrey tidak bisa menghindari tatapan kagumnya pada pria itu. Walaupun dingin dan kadang menyebalkan, Audrey tidak pungkiri jika Asher mempunyai pesona yang membuat Audrey selalu gugup jika bertatap dengan pria lumpuh itu.
“Mengapa masih berdiri di situ? Cepat kemari dan dorong aku!” titah Asher.
“Ah... iya, baik,” Jawab Audrey dengan kikuk sambil berlari kecil ke arah Asher.
Audrey segera memperbaiki postur tubuhnya dan mendorong kursi roda Asher dengan pelan. Mereka kemudian menuju keluar untuk mencari mobil Asher yang sudah menunggu mereka di depan pintu.
Setelah sampai di toko perhiasan, Audrey kembali mendorong kursi roda suaminya memasuki toko perhiasan.
“Kamu tinggal katakan mana yang kamu inginkan,” ucap Asher saat Audrey mendorongnya.
“Aku sungguh tidak pandai memilih sesuatu yang mewah, Asher,” jawab Audrey jujur.
“Nanti akan aku pilihkan untukmu.”
Audrey tersenyum mendengar ucapan Asher. Wanita itu terus mendorong kursi roda suaminya semakin masuk ke dalam toko.
“Wah-wah, Audrey, ternyata seleramu payah sekali, ya! Setelah putus denganku, kamu malah menjadi pengasuh orang cacat!”
Audrey tersentak dan terkejut saat melihat siapa yang menghadang kursi roda yang sedang ia dorong.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/