Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Murung amat lo pagi pagi ,capek banget apa pas malem ya?"
Emily mengangguk ,ia menyantap makan siang nya dengan tidak berselera .Semaleman tidak bisa tidur akibat ucapan Satria yg melayang layang .
"Yah ....Tadi nya mau gue ajak makan ice cream "
Emily mendengus menatap sahabatnya itu .
"Simpen aja tuh duit ,lagi akhir bulan gini masih aja boros lo ."
"Ohh...Jadi lo ini gak semangat karena duit udah mulai seret " Astaga " Sebastian tertawa renyah.
"Ya buka itu juga kali.."
"Udah deh ayo nanti pas pulang kerja mampir dulu ke kedai ice cream ,kayak kekurangan darah Lo!"
"Emm....Tapi Bas..?"
"Apa..?"
"Gak jadi deh..!"
"Ye...Dasar lo ,gue udah siap siap masang kuping ini ,apa yg mau lo omongin..?"
Emily segera menggeleng , sepertinya tidak perlu bertanya pada Sebastian toh ini memang rahasia antara dirinya dengan sang Bos .Perlu di ingat sahabatnya itu keppo to the maximal.
"Gue duluan ya.."
Emily langsung mengangkat piring kotornya tak perduli Sebastian kini sedang memanggil manggil nama nya beberapa kali .
Walaupun jam istirahat masih panjang tapi ia harus wajib stand by jika sewaktu waktu Bos nya itu memanggil.
"Istri...Yang bener aja...?? Ha ha ha..."
Emily tertawa geli di dalam lift hanya dirinya seorang, pasti pas lagi malem bos nya itu sedang mabok..
"Tapi kata nya ibu nya itu sedang sakit..?" Kemarin terlihat sehat kok..?"
Emily kembali mengingat wajah wanita baya itu yg menatapnya dengan tatapan sengit .Ah.. Semua yg berada di ruangan itu memang semuanya tidak ada yg bersahabat seperti ingin menerkamnya hidup hidup.
Benar saja ketika ia sampai di meja kerja nya telepon berdering sudah di pastikan Bos nya itu yg memanggil .Ia heran ,apakah Satria tidak makan siang ? Yang di lihatnya hanya kopi kopi dan kopi saja .
"Baik Pak ..Segera..!"
Emily membawa tumpukan berkas yg sudah ia print sebelum jam istirahat , membawanya ke ruangan Satria.
Tak perlu waktu lama seperti nya Bos nya itu memang sedang menunggu nya , sebelum pintu di ketuk suara dari dalam sudah menyahut.
"Ini berkas yg bapak butuhkan , silahkan di cek dan di tanda tangani..!"
"Apa masih gadis..?"
Gerakan tangan Emily terhenti di udara ,ia kembali menarik berkas yg akan ia taruh di atas meja .
"Apa kita perlu periksa lagi..?"Ini sudah enam hari ,tidak ada tanda-tanda air susu keluar..?"
Glekkk...
Emily benar-benar kesulitan mengatur detak jantungnya .
"Saya sudah benar-benar tidak sabar, sayang..! Usahakan itu untuk saya besok kita atur jadwal temu dengan dokter..!"
Emily segera menggelengkan kepalanya ,ia sungguh malu bertemu lagi dengan dokter kandungan itu . Sepertinya mereka benar saling kenal .
"Tidak perlu Pak.. Maksudnya untuk saat ini sudah mulai terlihat perubahan nya."
Sorot mata Satria berubah binar mata kebahagiaan tercetak di sana , Emily bergidik ngeri ia seperti melihat sosok bayi besar yang haus ASI.
***
Sebastian memilih tempat duduk di samping jendela besar dapat mereka lihat orang lalu lalang berjalan. Kedai ice cream ini sudah menjadi langganan mereka sejak saat SMA dulu.
"Strawberry crunchy seperti biasa ??"
Tawar Sebastian karena ia hapal betul kesukaan sahabatnya itu yg tidak pernah berubah.
Emily mengangguk.
"Yupss.."
Sebastian tersenyum kecil ,ia berdiri menuju counter untuk memesan. Tak lama datanglah dirinya beserta satu nampan terisi tiga cup ice cream .
"Ko kamu pesan tiga ..? Trus satu nya buat siapa? "
Tanya Emily ketika Sebastian sudah kembali duduk di hadapannya.
"Gue tau lo gak bakalan bisa cuman makan satu cup doang ,pasti akan nambah kan ?"
Emily terkikik geli , Sebastian memang selalu ingat kebiasaan nya sedari dulu .
Padahal jika di ingat malu juga dirinya seperti orang rakus .
"Thank you,,bisa gagal diet ini gue kalo kaya gini.."
"Enggak perlu diet, lo ini udah kurus juga pas segini aja body lo ,mau sekecil apa lagi hmm. ?"
Emily terkikik geli , wanita biasanya selalu was-was dengan berat badannya naik satu kilo saja sudah heboh.
Emily menyantap Ice cream nya sembari melihat keadaan ke luar jendela. Ibu kota memang bukan tempat untuk bersantai ,semua orang sibuk berlalu lalang ada yg sembari menelpon ada pula yg berbincang dengan temannya.
"Emily ...Ada yg mau gue omongin ..!"
Emily menoleh menatap sekilas sahabatnya lalu kembali sibuk memindahkan sendok ice cream ke dalam mulut nya .
"Sebenarnya gue bingung untuk ungkapin nya "
"Ngomong aja "
Ujar Emily matanya kembali sibuk melihat lalu lalang di luar .
"Sebenarnya gue .."
"Sebentar "
Emily menajamkan kembali penglihatan nya .
"Gue gak salah liat kan??"
Sebastian mengikuti arah pandang Emily , tetapi pria itu tidak menemukan sesuatu hal yg aneh .
"Emily..!"
Sebastian memanggil sahabatnya itu ,kini sudah keluar dari kedai dan berlari hingga ke seberang jalan.
"Dimas..!"
Panggil Emily melihat lelaki yg ia kenal kini sedang berada dalam segerombolan anak-anak muda .
Dari ekor mata Emily melihat remaja mengenakan baju hitam segera memasukkan Carter di saku celananya.
"Ada apa ini..?"
Suasana tampak tegang , termasuk Dimas adiknya. Pria itu hanya menunduk tak berani melihat kakak nya .
"Gue tanya ...ada apa ini??"
"Emily..!"
Sebastian kini sudah berada di samping nya tampak ngos-ngosan ,karena harus berlari mengejar Emily.
"Tante siapa ya ??
"Kalo gak ada kepentingan mending pergi deh ."
Ujar remaja yg masih mengenakan seragam SMA semua kancing nya di lepas memperlihatkan kaos putih polos .
"Elo lagi bukannya masih sekolah langsung pulang bukannya malah kelayapan ".
Emily tidak habis pikir kenapa adiknya bisa kenal dengan anak SMA urakan seperti ini ,padahal Dimas sudah lulus dua tahun yg lalu .
"Ah...Bacot . .Seret nih bocah ,ayo kita bawa ke tempat sepi."
"Oyyy...Mau di bawa kemana adik gue hah.."
Emily menarik tangan Dimas.
"Oh...Jadi elo kakanya ? Ya udah bayar sini adik lo itu kalah judi bukannya bayar malah pengen nambah DP."
"Hah...Judi..??"
Emily menatap adik lelakinya itu.
"Kamu main judi ?? Jawab gue Dimas ??"
"Iya.."
"Tuh kan udah ngaku.." Ganti uang kita ,dia yg ngaku uang kita akan di kembalikan dua kali lipat."
Emily tidak habis fikir ,sudah miskin... adiknya ini banyak gaya .Semuda ini sudah berani main judi ingin jadi apa dia ini.
"Berapa yg dia utangin ke kalian ??".
Akhirnya Emily mengalah ,toh memang hutang harus segera di bayar.
"Lima juta dia janji mau kalah atau pun menang akan di ganti dua kali lipat ,jadi sepuluh juta."
Mata Emily melotot menatap tak percaya pada sang adik ,berani sekali dia meminjam dalam jumlah besar apalagi di janjikan bunga .
"Astaga ...Dimas ..".
"Jadi bayar gak oyy.?"
Remaja yg mengenakan baju hitam yg memainkan curter tadi selangkah lebih maju .Emily tidak bisa mengelak karena memang posisi adiknya bersalah.
Ia melirik Sebastian dan....
alasan cerita ini juga terlalu dibesar"kan. pertama, satria dilarang bercerai dengan alasan keluarganya malu. ..yg bakal malukan catrine, dia yg selingkuh duluan. ke dua, membuat karakter keluarga terhormat dan disegani tapinmelihat catrine yg gak ada apa"nya malah sangat disayangkan keluarga seperti itu tdk punya pendirian dan keberanian. gw yakin dengan melihat bagaiman catrine mengancam wiratam gw jadi filing yg selingkuh itu wiratama dengan catrine...makanya dia selalu ngelarang surya cerai dengan alasanencoreng nama keluarga. justru namanya yg akan tercoreng kalau ketahuan.
MERTUA DAN MENANTU MAIN API.
SKIP DAH GW😪
ya ampun si emeli kena getahnya smpe mau ditelanjangi 😩