Jangan mengharapkan aku kembali setelah kau menyakiti ku, anggaplah yang kau rasakan sekarang itu karma mu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Bu laras dan safira kini telah sampai di salon mahal milik teman bu laras, salon itu dulu hanya salon kecil biasa, dengan campur tangan dari bu laras salon itu menjadi salon besar untuk kalangan orang-orang atas.
bu laras sendiri jika ingin melakukan perawatan di salon itu hanya tinggal menunjukan kartu member khusus yang temannya berikan dan tidak dikenakan biaya..
" mah salonnya besar banget, baru pertama kali aku menginjakan kaki di salon sebesar ini." ucap safira. bu laras tertawa kecil mendengarnya.
" iya sayang memang salon ini adalah salon terbesar di kota ini, ayo kita masuk." ajak bu laras, safira memeluk lengan bu laras mengikutinya dan mereka masuk ke dalam salon, dan langsung di sambut dengan ramah oleh pegawai salon. karna mereka sudah tahu jika bu laras adalah teman bos mereka..
" selamat siang nyonya Admajaya, senang bertemu anda lagi." sapanya ramah. bu laras menjawab dan tersenyum ramah.
" tolong kalian buat putri saya ini cantik, dan layani dia dengan baik, dari ujung rambut, sampai ujung kaki kalian harus percantik, saya mau ke toilet dulu sebentar." perintah bu laras dan segera menuju toilet karna sudah tidak tahan ingin cepat mengeluarkan kantung kemihnya yang sudah penuh..
" astaga apa gue gak salah lihat, ada orang miskin masuk ke salon kecantikan yang sangat besar ini." ucap yuli tiba-tiba dari belakang safira dengan intonasi suara yang mengejek.
karna yuli tahu jika safira baru lulus kuliah mana mungkin dia mampu membayar di salon besar ini, walaupun sudah bekerja paling juga hanya staf perusahaan biasa.
safira kaget mendengar suara yang tidak asing di telinganya..
yuli juga salah satu langganan di salon milik teman bu laras itu karna dia selalu menjaga penampilannya agar selalu cantik dan mempesona..
" mbak yuli." ucap safira lirih.
" lo ngapain disini mending lo keluar, karna gue yakin lo gak akan mampu bayar. dan kalian berdua mending kalian usir dia sebelum kalian dapat masalah nantinya." ucap yuli dan memerintah kedua pegawai salon yang dari tadi bersama safira.
" maaf mbak yuli kami tidak bisa menuruti perintah mbak yuli, karna mbak ini pelanggan istimewa kami hari ini." ucap salah satu pegawai salon, yang membuat yuli langsung tertawa lantang.
" hahaha apa kalian bilang istimewa, kalian yakin dia mampu bayar nanti." jawab yuli dengan nada mengejek.
" dia tidak perlu membayar di sini karna." ucapan pegawai salon itu berhenti, karna melihat kedipan mata safira yang memberi kode untuk tidak melanjutkan ucapannya.
" karna apa, karna dia pemilik salon ini, hahaha.. lucu sekali kalian ini." jawab yuli dengan lantang, dan membuat pengunjung di salon yang kebanyakan orang kalangan atas itu melihatnya.
safira hanya diam karna dia juga merasa malu karna jadi pusat perhatian banyak orang.. sedangkan yuli terus menghina dengan kata-kata mutiaranya.
" kira-kira kalau suruh pegawai salon ini mengusir mbak yuli, bisa gak ya. tapi kalau mereka gak berani aku juga yang malu, mamah juga ke toilet lama banget sih." gumam safira dari dalam hati.
setelah berpikir safira memutuskan untuk menyuruh kedua pegawai salon itu mengusir yuli. bodo amat jika mereka gak berani dan safira akan malu itu masalah belakangan, pikir safira saat itu.
" usir dia mbak saya merasa terganggu dengannya." ucapan safira membuat yuli semakin mengeraskan tawanya.
" lo pikir, ini salon punya nenek lo bisa perintah mereka seenaknya, lo kalau mimpi jangan ketinggian nikmati saja jadi orang kampung yang miskin." ucap yuli disertai tawa, dan security yang baru selsai makan siang pun menghampiri keributan itu.
security ini beda dengan security yang menyambut safira bu laras sebelumnya, karna mereka berjaga bergantian saat makan siang, karna tempat mereka tidak boleh kosong.
" ada apa ini ribut-ribut, mbak yuli apa ada yang bisa saya bantu." ucapnya ramah pada yuli, karna security itu sudah kenal yuli, sedangkan safira baru pertama kali dia melihatnya di salon itu.
" pak supri, usir perempuan kampungan ini keluar dia mengganggu pemandangan mata saya." perintah yuli, pak supri menatap safira. salah satu pegawai salon pun langsung mengingatkannya.
" pak supri jangan lakuin perintah mbak yuli, atau bapak akan menyesal." ucap salah satu pegawai salon, pak supri jadi ragu untuk mengusir safira,
" oh bapak mau saya adu kan bu meli kalau kerja bapak tidak becus." ancam yuli membuat pak supri panik.
bu meli adalah pemilik salon sekaligus teman bu laras, yuli hanya sekedar kenal sebagai langganan salon itu.
saat pak supri hendak memegang tangan safira, ada suara yang membuat semua kaget, bahkan para pelanggan yang sedari tadi memperhatikan juga sama kagetnya karna mereka semua tahu siapa orang itu termasuk yuli..
" berani kau sentuh putri ku, akan aku suruh orangku mematahkan tanganmu." ucap bu laras datar dengan nada mengancam, sontak pak supri kaget dan segera menuju ke arah bu laras.
" am-ampun nyonya saya minta maaf saya tidak tahu jika dia putri nyonya Admajaya." mohon pak supri.
sedangkan yuli diam, dia kaget dan mencerna perkataan bu laras yang mengakui safira sebagai putrinya. tubuh yuli mendadak panas dingin.
" pu-putri nyonya, ta-tapi yang saya tau dia hanya orang kampung, karna saya kenal sekali dengan keluarganya. bagaimana mungkin dia putri nyonya." tanya yuli dengan nada takut, sedangkan safira tersenyum menang melihat ekspresi ketakutan yuli..
" saya tak perlu menjelaskan pada mu, kan." jawab bu laras enteng dan menatap safira yang sudah tersenyum kembali.
karna sebelumnya bu laras memperhatikan wajah ketakutan safira saat akan di usir pak supri..
" ayo sayang kita segera melakukan perawatan. dan kamu ( memperhatikan name tag, ) supri akan saya adukan perlakuan mu pada meli nanti." lanjutnya membuat tubuh pak supri lemas bagaikan tanpa tulang. safira yang melihatnya merasa kasihan.
" mah udah jagan diperpanjang pak supri hanya mengerjakan tugasnya, plise mah aku mohon." ucap safira memohon dengan manja. yuli yang merasa terkejut bertambah lagi rasa terkejutnya.
" apa sebenarnya yang sedang terjadi, kenapa dia terlihat manja sekali dengan nyonya Admajaya, apa benar dia putrinya, tapi setahu gue dia ini adik kandung ilham dan dia punya orang tua kandung di kampung, aduh bisa gawat nasib gue kalau nyonya Admajaya mengadukan pada suaminya." gumam yuli dalam hati.
" maafkan saya nyonya saya benar-benar tidak tau jika dia putri nyonya." ucap yuli memohon.
bu laras tidak menjawab malah memperhatikan wajah yuli yang sepertinya dia tidak asing dengannya.
yuli yang di tatap seperti itu menjadi gelisah, dan yuliani mengerti akan tatapan itu.
" sa-saya Yuliani Raden Surya nyonya."
Bersambung...