"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemotretan
Rio menganggukkan kepalanya, kadang isi hati perlu juga di ungkapkan kepada orang tua. Walau umur masih kecil, tapi ada hak menyuarakan perasaan.
“Janji ya Kak Ghina, jangan pergi diam-diam dari rumah,” tutur Rio.
“Iya de, Kakak janji.”
Mereka kembali melanjutkan sarapan paginya. Selesai sarapan, Papa Zakaria berangkat kerja dan Rio berangkat ke sekolah.
Sedangkan Ghina bersiap-siap sambil menunggu jemputan. Mama Sarah dan Bik Inem sibuk dengan urusan rumah tangga.
Jam 8 pagi Ghina dijemput Lisa. Dengan mood yang senang, Ghina menikmati perjalanan ke tempat yang di tuju.
Mobil yang mengantar Ghina dan Lisa sudah tiba di hotel mewah di kawasan ibu kota. “Yuk Ghina turun, kita sudah sampai,” ucap Lisa.
Gadis yang bergaya tomboy ini langsung memakai masker di wajahnya, dan menggulung rambutnya ke dalam topi.
Beberapa karyawan butik yang sudah tiba duluan di hotel, terlihat sudah menunggu di luar lobby hotel.
Dengan sigap mereka menuruni beberapa koper dari mobil, sedangkan Lisa mengantar Ghina menuju kamar yang telah di pesan.
Ghina dengan sedikit menundukkan wajahnya berjalan mengikuti langkah Lisa. Takut ada yang mengenali wajahnya.
“Halo cantik apakabarnya? udah lama gak ketemu,” sapa Kak Dela si wanita jadi-jadian. Asli sumpah kalau lihat Kak Dela itu bikin jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi alamat Kak Dela wanita jadi-jadian. Ketampanannya jadi sia-sia.
“Baik kabarnya, Kak Dela," jawab Ghina.
“Cuusss, sekarang Ghina bersih-bersih dulu, baru eyke make up in,” pinta Dela.
“Okey!” Ghina bergegas ke kamar mandi, untuk mandi lagi dan membersihkan wajahnya. Maklum dia akan memakai beberapa kebaya dan gaun, dan itu pasti akan membuat tubuhnya cepat keringat.
Dari pada nanti mengeluarkan aroma yang tidak sedap saat pemotretan, lebih baik mandi lagi.
Di kamar hotel, Dela sudah menata alat make upnya di meja rias, sedangkan karyawan butik sudah merapikan baju-baju dari koper.
Ghina keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe, dan duduk di bangku meja rias.
Dela dengan tangan terampilnya mulai memake up Ghina.
1 ½ jam Ghina dirias mulai dari wajahnya, sampai hairdo. Selanjutnya memakai kain jarik serta kebaya pengantin di bantu oleh 2 karyawan.
“Duuh tambah cantik deh si Ghina,” puji Dela.
“Kan yang bikin cantik Kak Dela,” puji balik Ghina ke Dela dengan mengedipkan salah satu matanya.
“Gimana team, Ghina sudah siap belum?” tanya Lusi saat tiba di kamar.
“Sudah siap,” jawab Dela dengan mengacungkan jempolnya.
“Yuk, kita ke lokasi,” pinta Lusi.
Ghina dibantu dengan Dela, turut mengangkat kebaya yang menjuntai sepanjang 2 meter. Biar jalannya tidak ke selip.
Sedangkan karyawan yang lain membawa beberapa peralatan yang nanti di butuhkan.
Wajah Ghina yang telah di rias di tambah dengan baju yang di kenakan pasti tidak akan orang yang mengenal dirinya.
Dengan anggunnya Ghina berjalan, saat turun ke lantai bawah, semua mata memandang ke dirinya. Seakan-akan kedatangan artis terkenal.
Seulas senyum tipis di bibir Ghina saat ada orang yang tersenyum dengannya.
Beberapa karyawan hotel ikut mendampingi team Lisa, mereka akan menuju salah satu restoran mewah.
Beberapa space meja telah di dekor dengan cantiknya, beberapa bunga, lilin dan makanan sudah tertata cantik.
Fotografer sudah siap mengambil beberapa foto. Dengan anggunnya Ghina mulai mengikuti aba-aba dari sang fotografer.
Selama pemotretan di resto, semua pengunjung berdecak kagum melihat Ghina. Kadang ada beberapa pria mendekati gadis itu, sekedar minta foto bersama.
Dengan penuh kesopanan, Ghina menanggapi mereka. Dan tetap dengan pengawasan ketat Lisa dan team dari hotel. Sekedar menjaga keamanan Ghina.
1 jam pemotretan di restoran, mereka break 15 menit. Ghina duduk di salah satu meja yang telah di siapkan.
“Ghina, kenalkan ini Pak Hendri manajer marketing hotel ini!” ucap Lisa memperkenalkan mereka berdua.
“Ghina,” jawab Ghina sambil menerima jabatan Hendri.
“Jadi Ghina, pemotretan ini sekalian untuk iklan hotel ini.” Lisa menjelaskan.
“Oooh, terima kasih Pak Hendri, sudah memilih saya jadi salah satu modelnya,” ucap Ghina merasa terharu.
“Justru saya bersyukur memilih Ghina, ternyata aslinya lebih cantik,” puji Pak Hendri.
“Terima kasih atas pujiannya Pak, semoga saya tidak mengecewakan telah di pilih sebagai model iklan.”
“Sama-sama,” jawab Hendri, matanya masih terkagum-kagum dengan wanita yang berada di hadapannya. Sedangkan Ghina melanjutkan makan cemilannya. Selesai ngemil, Dela langsung merapikan make up Ghina, dan lanjut melakukan sesi pemotretan.
Di luar lobby hotel beberapa staf dan jajaran petinggi hotel termasuk Hendri, siap siaga di luar. Setelah mendapat kabar jika Presdir mereka akan berkunjung ke hotel, dan sebentar lagi akan tiba.
Pria gagah berwajah rupawan dengan setelan jas warna hitam di padu dengan kemeja biru, keluar dari pintu mobil yang telah tiba di lobby hotel. Para jajaran petinggi hotel menyambutnya, dan ikut mendampingi Presdir mereka.
Dengan langkah gagahnya, pria tersebut masuk ke dalam hotel. Dia langsung menuju ruang kerjanya.
Kedatangan Pria ini membuat para karyawati hotel melongo, terkagum-kagum melihat kedatangan Presdir Hotel tempat mereka bekerja, apalagi mereka jarang melihatnya.
Pemotretan Ghina di restoran sudah selesai, dia akan kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Tanpa di sadari Edward dan Ghina mereka hampir saja bertemu, saat Edward sudah masuk lift, terlihat Ghina bersama team sedang berjalan menuju lift.
Sepintas Edward memicingkan matanya sebelum pintu lift tertutup, melihat wanita berkebaya.
Sesampainya di ruangan, beberapa manajer memberikan laporan mengenai perkembangan hotel. Sekitar 1 jam selesai berbincang-bincang.
“Ballroom sudah di dekor Hendri?” tanya Edward.
“Dari semalam sudah mulai di dekor Pak Presdir, mungkin nanti sore sudah siap dekorasinya,” jawab Hendri.
“Nanti antar saya untuk mengeceknya, sekaligus ke beberapa kamar.”
“Baik Pak Presdir, oh iya hari ini kita ada pemotretan mungkin Pak Presdir mau bertemu dengan modelnya?” ucap Hendri.
“Tidak perlu, itu urusan kamu!” Edward menyepelekannya.
“Baik Presdir.”
🌹🌹
Di dalam kamar hotel, setelah membuka kebayanya dan kembali memakai bathrobe saja Lina buru-buru menghabiskan makan siangnya yang telah di siapkan pihak hotel, sebelum dia kembali memakai kebayanya.
“Cantik, makannya pelan-pelan aja. Gak ada yang minta kok,” tegur Dela.
“Abis enak banget makanannya, jarang-jarang makan makanan hotel,” jawab Ghina sembari nyengir.
Buat Ghina bisa makan makanan mewah itu sebuah kebahagiaan tersendiri buat dia, di nikmati dan di habiskan. Karena tidak mungkin terulang kembali.
1 Jam gadis itu menghabiskan waktunya istirahat. Kemudian Dela lanjut mendandankan Ghina dengan tema yang berbeda.
“Aduh Ghina, kamu tuh cantik banget loh, kenapa gak masuk agensi aja. Biar jadi model terkenal!” tutur Dela saat merias wajah Ghina.
“Gak aah Kak Dela, gak kepengen jadi model terkenal. Ini juga karena bantuin Tante Feby teman mama.”
“Sayang atuh Cin, bisa dapat cuan banyak loh, dipikir-pikir dulu mumpung masih muda.”
“Iya Kak Dela, kapan-kapan aja mikirnya.”
Selesai make-up dan hairdo, para karyawan butik segera membantu Ghina memakai kebaya.
.
.
bersambung....