" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balada ngidam
Sadam buru-buru menghampiri Mahira dan juga Danu. Sedangkan Syifa sudah masuk terlebih dahulu ke dalam mobil.
Sadam yang melihat pemandangan dimana tangan istrinya masih di cengkram kuat oleh Danu, ia merasa tidak terima, dadanya pun serasa terbakar, dan tanpa berfikir panjang.
Bugh
Satu pukulan telak, tepat mengenai perut Danu, hingga akhirnya Danu melepaskan cengkraman tangannya.
Sadam buru-buru merangkul Mahira. "Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Sadam sangat khawatir
Sedangkan Danu malah jatuh tersungkur.
"Jangan pernah sedikitpun kau menyentuh istriku, brengsek!" bentak Sadam
Melihat wajah Tuan Sadam seperti itu, Danu buru-buru mendekat dan meminta maaf sambil mengatupkan kedua tangannya. Posisi Danau saat ini yakni bertumpu pada kedua dengkul kakinya.
Melihat hal itu, Mahira benar-benar tidak habis fikir, karena melihat mantan Suaminya itu seperti sedang bersujud dan memohon ampun, baginya mantan suaminya kali ini alias Danu, sudah tidak memiliki harga diri lagi.
"Enyahlah kau dari hadapanku, bedebah! Sekali lagi kau menyentuh atau pun menyakiti Mahira! Aku tidak akan segan-segan untuk segera menghabisi mu!" ancam kembali Sadam.
'hey Tuan! Kenapa anda sangat membela mantan istriku? Jangan bilang kau mulai ada rasa terhadap Mahira?' gerutu Danu dalam hati.
Karena takut jika Sadam semakin murka padanya, Danu memutuskan untuk segera pergi dari taman tersebut sambil membawa Syifa pergi bersamanya.
"Kamu beneran tidak apa-apa?" tanya kembali Sadam dengan sikapnya yang lembut.
Mahira hanya menggeleng dan masih menatap heran dengan sikap suaminya saat ini.
'Anda kenapa Tuan? Aku merasa ada yang aneh dalam diri, Tuan!' batin Mahira menjadi penasaran
Akhirnya Sadam bergegas membawa Mahira masuk ke dalam Apartemen.
Setibanya di dalam Apartemen, Mahira memberanikan diri menanyakan sesuatu kepada Suaminya.
"Maaf, Tuan! tumben Tuan sudah pulang jam segini? Dan apakah nanti istri Tuan tidak akan curiga jika Tuan pulang kesini?" tanya Mahira tidak berani menatap wajah Sadam.
Mendengar hal itu, Sadam malah melemparkan senyum kepada Mahira. Di angkatnya dagu Mahira oleh tangannya.
" Jika sedang berbicara dengan Suamimu, biasakanlah kamu menatap wajahnya, itu tidaklah sopan!"
Mahira cukup terkejut atas perkataan dari Tuan Sadam, biasanya juga sikapnya yang seperti itu tidak pernah di permasalahkan saat berbicara dengan Suaminya jika tidak menatap wajahnya.
Mahira pun mengangguk.
Cup
Satu kecupan mendarat di bibir ranum Mahira.
Mahira sendiri cukup kaget atas sikap suaminya yang secara tiba-tiba itu.
"Lain kali, kalau kau bertemu lagi dengan mantan Suamimu, kau tidak boleh pergi seorang diri, dan aku yang akan menemanimu. Faham kamu Mahira?"
Mahira semakin heran dengan sikap Suaminya yang mulai mengatur dirinya, biasanya juga selalu masa bodo.
Kali ini sikap Sadam terhadap Mahira mulai posesif, Sadam sepertinya tidak terima jika Mahira bertemu apalagi sampai kontak fisik dengan pria lain, termasuk mantan suaminya.
'Tidak akan ku biarkan si bedebah Danu sesuka hati menyentuhmu, Mahira! Aku tidak akan pernah rela. Kau adalah milikku dan selamanya hanya untukku, tidak boleh ada yang bisa memilikimu, selain aku!' ucap Sadam dalam hati.
Keesokan harinya
Pagi-pagi Sadam merasakan mual yang sangat hebat ketika mencium aroma nasi yang sengaja Mahira masak di dalam sebuah magic com.
"MAHIRA ...!" teriak Sadam dari dalam kamar mandi yang posisinya berada di dalam kamar, Suaranya yang menggema membuat Mahira menjadi sangat ketakutan.
"Astaghfirullah, kenapa Tuan Sadam berteriak memanggilku? Apakah aku telah melakukan kesalahan?" tanya Mahira bermonolog.
Ia pun bergegas menuju lantai dua Apartemen, Mahira cukup kaget saat melihat wajah Suaminya yang pucat.
"T tuan, anda kenapa?"
"Kau sedang memasak apa hah? Baunya membuat aku memuntahkan seluruh isi perutku!" bentak Sadam masih sangat kesal.
"S saya tidak sedang memasak apapun Tuan, hanya sedang memasak nasi saja!" sahut Mahira terbata sembari mengernyitkan dahinya.
"Buang makanan yang kau sebutkan barusan itu keluar, aku tidak ingin mencium aromanya lagi, sungguh sangat menjijikan!"
"Baiklah Tuan, sebaiknya anda segera rebahan di atas tempat tidur, nanti akan aku buatkan teh manis hangat agar perut Tuan bisa lebih enakkan." usul Mahira mencoba membujuk Suaminya agar tidak marah-marah lagi padanya.
"Baiklah, terserah kau saja!"
Kini Mahira membantu memapah tubuh Sadam yang terlihat lemas itu, dan akhirnya Sadam memutuskan. Untuk tidak masuk ke kantor karena sakit.
Mahira sendiri buru-buru membuang nasi yang sedang ia masak, padahal ia sudah sangat lapar akibat kejadian semalam, dan beruntungnya masih ada roti dan juga selai di atas meja makan. Mahira memakan roti berisikan selai tersebut dengan terburu-buru.
Setelah selesai menyantap sepotong roti dan membuatkan satu gelas teh manis hangat, Mahira bergegas untuk menemui suaminya.
Mencium aroma teh manis hangat, rasa mual yang sedang Sadam alami, berangsur menghilang, dan ia segera meminum nya.
Mahira sendiri sangat mengkhawatirkan akan kondisi suaminya.
"T tuan, apa sebaiknya Tuan periksa saja kondisi anda ke dokter, aku takut Tuan kenapa-kenapa!"
Mendengar Mahira menghawatirkan dirinya, tiba-tiba saja wajah Sadam berubah menjadi merona, debaran jantungnya semakin tak terkendali.
"Terima kasih sudah menghawatirkan aku, aku tidak butuh seorang dokter saat ini, tapi aku membutuhkan dirimu selalu ada di sisiku!" tanpa tersadar Sadam mengatakan hal manis seperti itu, otomatis kini gantian, raut wajah Mahira berubah menjadi merona. Ia sendiri tidak berani berkata apapun, dan hanya bisa terdiam. Mendadak suasana kamar menjadi hening.
"Emmh, kau pasti lapar kan? Maaf gara-gara ulahku, nasi yang kau masak, malah suruh aku buang. Kita pesan delivery saja ya, mulai saat ini kau tidak usah masak lagi, terkecuali jika aku tidak pulang ke sini, faham kamu?"
"Faham Tuan, tapi Tuan sudah dua hari di sini, apakah nanti istrinya Tuan tidak akan curiga?" tanya Mahira sangat penasaran dengan jawaban dari suaminya.
Sadam pun langsung terdiam sejenak.
"Aku sudah tidak peduli Alisa curiga ataupun tidak, entah kenapa bisa seperti itu, aku pun tidak tahu!" jawab Sadam sembari fokus menatap lekat wajah Mahira.
Di tatap seperti itu, Mahira malah menjadi salah tingkah, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Baiklah, nanti kau segera ke lantai satu, aku sudah memesankan sarapan untuk kita, tapi maaf tidak ada nasi dalam menu hari ini."
Mahira pun tersenyum tipis
"Tidak apa-apa Tuan, kan bisa di ganti dengan yang lainnya, Karbo itu tidak harus selalu nasi, bisa di ganti dengan gandum, roti, kentang, jagung dan lain sebagainya!"
"Syukurlah kalau kau sudah faham, maaf sudah merepotkan mu!" ucap Sadam.
Mahira cukup terkejut atas permintaan maaf dari Suaminya, pria yang selalu bersikap dingin dan menakutkan itu, tiba-tiba saja menjadi jinak, seperti seekor domba kecil, sangat menggemaskan.
Mahira sendiri tidak habis fikir jika Tuan Sadam bisa bersikap manis dan lembut seperti ini, ia pun sangat senang di buatnya.
Selesai sarapan pagi, Sadam meminta Mahira untuk terus berada di sampingnya, bahkan kepalanya sampai bersandar di kedua pangkal paha Mahira, dengan mata terpejam, Sadam terus saja memasang wajah cerianya.
'kenapa aku begitu nyaman berada di dekatmu seperti ini Mahira, kalau seandainya pernikahan kita di ketahui oleh Alisa, aku sudah tidak peduli dengan hal itu, yang aku butuhkan saat ini hanyalah kamu seorang, bukan Alisa, maafkan aku Alisa! Aku tidak bisa selamanya setia padamu!' gumam Sadam dalam hati.
......................
"Mommy...!" panggil Alisa sembari memeluk ibunya dengan wajah penuh dengan linangan air mata.
"Sayang, kamu kenapa, Nak? Tanya Nyonya Anggita, ibunda dari Alisa.
"Hiks...hiks! Mas Sadam Mom, dia sudah dua hari tidak pulang!"
"Lantas, kenapa bisa begitu Sayang, apa yang telah terjadi antara dirimu dan juga Suami mu?" tanya Nyonya Anggita sangat khawatir.
Akhirnya Alisa menceritakan semua kejadiannya, mulai dari sikap Sadam yang berubah serta jarang pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan.
"Alisa, kamu harus waspada, Mommy yakin jika suamimu itu sudah memiliki wanita lain, bukannya Mommy menakuti dirimu, tapi feeling Mommy berkata demikian!" sahut Nonya Anggita.
Mendengar Mommy nya berkata seperti itu, tangisan Alisa semakin menjadi-jadi.
Nyonya Anggita pun buru-buru menangkan putri semata wayangnya.
"Alisa, jangan menangis seperti itu Nak, kau bukanlah seorang anak kecil lagi, kau sudah tidak pantas menangis seperti itu." tegur Nyonya Anggita.
"Aku kesal Mom, hatiku benar-benar sangat sakit, apakah ini adalah karma atas semua kelakuanku di masalalu?"
"Sudahlah, kau tidak usah membahas masalalu, langkah mu sudah sangat tepat meninggalkan masalalu mu yang tidak tidak jelas itu, jika kau masih mempertahankan nya sampai saat ini, Mommy yakin kau sudah menjadi seorang gembel!" cetus Nyonya Anggita.
Alisa langsung terdiam seketika, ia justru malah mengingat kembali masalalunya, terbesit rasa penyesalan di dalam hatinya.
"Begini saja Alisa, menurut Mommy kau mulai mencari seseorang untuk memata-matai Suamimu itu, dan kalau bisa coba kau periksa isi ponsel Suamimu itu, Mommy yakin, pasti Sadam memiliki nomer ponsel selingkuhannya, kau harus menjadi wanita pintar Nak, jangan mau di bodohi oleh seorang pria, karena mulut pria itu hanya 50% saja yang jujur, sisanya ya pembohong!" usul Nyonya Anggita
Tanpa berfikir panjang, Alisa langsung setuju dengan usul dari Mommy nya tersebut.
'Benar apa kata Mommy, aku harus segera menyelidiki Mas Sadam, aku tidak akan tinggal diam, jika seandainya Suamiku benar-benar telah berselingkuh di belakangku.' geram Alisa dalam hati.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁