Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9 Bertemu Camer
..."Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian, tetapi Ia melihat hati dan amal kalian." (HR. Bukhari)....
...🌹🌹🌹...
Alunan lagu 'Sang Dewi' yang dibawakan oleh Lyodra mengiringi ayunan langkah sepasang suami istri yang kini tengah berjalan menuju pintu masuk kafe K & R dengan tangan saling bertaut.
Pemilik kafe tersebut adalah Keanu dan Raina. Dua tokoh di kisah 'Mantan Jadi Besan'. Novel ke tiga penulis kisah ini.
Meski sudah berusia lima puluh tahun, sepasang suami istri itu terlihat romantis. Bahkan lebih romantis bila dibanding dengan sepasang anak muda yang saat ini tengah menunggu mereka di sudut ruang.
"Zen, aku nervous banget. Besok saja ya, yang ketemuan sama papi dan mamimu. Please," pinta Nofiya pada Zaenal sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada.
Namun Zaenal hanya menanggapi dengan tersenyum dan menggeleng kepala.
Sungguh, saat ini Nofiya merasa belum siap untuk bertemu dengan kedua orang tua Zaenal.
Selain nervous, Nofiya juga merasa insecure sebab yang akan ditemuinya bukanlah orang biasa. Melainkan pemilik perusahaan besar 'Pramudya Group', sekaligus calon mertua. Mereka adalah Pramudya Wardana dan Ratna Ningrum.
Perut Nofiya serasa diaduk-aduk. Badannya panas dingin dan wajahnya terhias buliran air bening.
Ingin rasanya ia terbang ke Planet Pluto untuk bersembunyi dari dua paruh baya yang kini berjalan kian mendekat.
"Zen." Suara lembut yang teramat khas memanggil. Mengalihkan perhatian Nofiya dan Zaenal.
Refleks, keduanya menoleh ke arah asal suara secara bersamaan.
"Papi, Mami --" Zaenal segera beranjak dari posisi duduk, diikuti oleh Nofiya. Bibirnya melengkung seiring binar bahagia yang terpancar jelas di sepasang netra.
Zaenal teramat bahagia karena kedua orang tuanya rela menyempatkan waktu untuk datang ke kafe K & R, memenuhi permintaannya. Meski, mereka tengah sibuk menggarap proyek di Bali.
"Zen, ini ... Fiya? Gadis yang kamu maksud?" Ratna menerbitkan senyum dan mengusap lembut bahu Nofiya.
Wanita paruh baya itu tampak ramah dan penyayang, berbeda dengan mama tiri Nofiya yang sering kali terlihat jutek dan cuek.
"Iya, Mi. Dia ... Fiya. Calon menantu Papi dan Mami."
Kata-kata Zaenal yang sangat lugas membuat Nofiya semakin nervous.
Ia memilih diam karena bingung untuk bersikap. Apalagi berucap.
"Masya Allah, cantik sekali. Pinter banget kamu memilih calon menantu untuk Papi dan Mami, Zen." Ratna mengembangkan senyum dan kembali mengusap bahu Nofiya.
Beruntung, Nofiya mampu mengendalikan diri, sehingga tubuhnya tidak limbung dan jiwanya tidak terbang ke Planet Pluto karena nervous nya sudah berada di tingkat tertinggi.
"Eng ... terima kasih, Te --" ucap Nofiya terbata sambil menundukkan wajah. Tangannya serasa berat terulur untuk menyalami Pramudya dan Ratna. Sama seperti Zaenal saat pertama kali bertemu Ridwan--papa Nofiya.
"Fi, jangan panggil saya 'Te'! Tapi, panggil saya 'Mami'!" pinta Ratna dengan tutur kata yang terdengar lembut.
"Tapi --"
"Tidak ada kata tapi! Mulai sekarang, anggap kami sebagai orang tuamu sendiri." Ratna kembali bertutur, memangkas ucapan Nofiya.
"Setiap hari, Zaenal selalu bercerita tentang kamu. Tentang gadis yang telah berhasil menjerat hatinya. Tentang gadis yang unik, hebat, cerdas, dan berbeda dengan gadis yang pernah menjadi kekasihnya --"
"Mami dan Papi berharap, hubungan kalian bukan hanya sesaat, melainkan sampai ke jenjang pernikahan. Bahkan, langgeng seperti kami," imbuhnya dan membuat Nofiya memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya yang tertunduk.
"Maaf, ta-pi saya berbeda dengan Zaenal. Saya berbeda dengan Om dan Tante. Saya hanya gadis biasa yang tidak memiliki banyak harta. Papa saya seorang pemilik mini market, bukan pemilik perusahaan besar seperti Om dan Tante --" ucap Nofiya berterus terang.
"Kamu salah, Fi. Sangat salah." Ratna menyahut ucapan Nofiya, lalu menatap lekat manik mata gadis yang telah menjerat hati putranya itu. Namun dengan tatapan lembut.
"Kamu tidak berbeda dengan kami. Kita semua sama, sebab kekayaan kami hanya titipan dari-Nya. Di dunia ini, tidak sepantasnya kita merasa lebih tinggi dari orang lain. Tidak sepantasnya juga terlalu merendahkan diri sendiri."
Nofiya terenyuh mendengar rangkaian kata yang dituturkan oleh Ratna. Terdengar bijak. Sangat berbeda dengan rangkaian kata yang biasa diperdengarkan oleh mama tirinya.
Andai Mama Seruni selembut Tante Ratna, mungkin hidupku akan terasa sangat bahagia. Memiliki dua Mama yang bisa menghadirkan rasa nyaman dan membuat hati serasa damai, monolognya yang hanya terucap di dalam hati.
🍁🍁🍁
Bersambung .....
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa
penjual cilok yg merangkap ustadz...
atau ustadz merangkap tukang cilok...
brilian amat ya idenya
kalimatmu Thor..
mak nyesss dehh
Restu yang pergi entah kemana, sekarang datang juga...
Tu...Tu...lama amat sih lu datengnya..
Tapi beda cerita kalau kata Zaskia gotik.
Dia bilang..paijo...paijo..ditinggalke bhojhone....😄😄
Belajar sama² ya Zen udah ada lampu hijau dari Papa Ridwan.