NovelToon NovelToon
Wanita Gemuk Istri Komandan

Wanita Gemuk Istri Komandan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Time Travel / Kehidupan Tentara / Keluarga / Romansa
Popularitas:709.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Lily Dekranasda

Netha Putri, wanita karir yang terbangun dalam tubuh seorang istri komandan militer, Anetha Veronica, mendapati hidupnya berantakan: dua anak kembar yang tak terurus, rumah berantakan, dan suami bernama Sean Jack Harison yang ingin menceraikannya.

Pernikahan yang dimulai tanpa cinta—karena malam yang tak terduga—kini berada di ujung tanduk. Netha tak tahu cara merawat anak-anak itu. Awalnya tak peduli, ia hanya ingin bertanggung jawab hingga perceraian terjadi.

Sean, pria dingin dan tegas, tetap menjaga jarak, namun perubahan sikap Netha perlahan menarik perhatiannya. Tanpa disadari, Sean mulai cemburu dan protektif, meski tak menunjukkan perasaannya.

Sementara Netha bersikap cuek dan menganggap Sean hanya sebagai tamu. Namun, kebersamaan yang tak direncanakan ini perlahan membentuk ikatan baru, membawa mereka ke arah hubungan yang tak pernah mereka bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jackpot

Netha duduk di atas sofa empuk ruang tamu, memainkan ujung kaos putihnya sambil menghela napas. Jantungnya sedikit berdegup lebih cepat ketika Sean Jack Harison, pria tinggi dengan seragam militer yang rapi, datang menghampirinya. Tatapan pria itu begitu dingin, seolah mampu menusuk siapa pun yang berani menantangnya.

"Sudah selesai makan?" tanya Sean datar, tanpa melihat ke arahnya.

Netha hanya mengangguk kecil. “Sudah,” jawabnya pendek.

Sean duduk di sofa berhadapan dengannya, menaruh map cokelat di atas meja. Tangannya perlahan membuka map tersebut dan mengeluarkan selembar kertas yang berisi banyak tulisan dan tanda tangan notaris di bawahnya. Netha melirik sekilas.

“Ini surat cerai,” ucap Sean tanpa basa-basi. Suaranya begitu tenang, seperti sedang membaca laporan rutin.

Netha menatapnya dengan mata sedikit melebar, namun ia cepat menguasai diri. “Cerai?” gumamnya pelan, memastikan dirinya tak salah dengar.

Netha menelan ludah, berusaha menyusun kalimat. Namun dalam hati, ia bersorak kegirangan. “Apa? Cerai? Ya ampun, ini jackpot!”

Sean melanjutkan dengan nada tegas. “Aku tidak akan mempersulitmu. Semua sudah dipersiapkan. Aku hanya meminta hak asuh untuk El dan Al. Dan sebagai gantinya, kau akan mendapatkan uang sebesar lima miliar dan rumah ini akan jadi milikmu. Jika setuju, tanda tangani.”

Netha menatap kertas itu, matanya berbinar-binar. “Lima miliar?” bisiknya dalam hati. “Rumah ini juga? Gila, ini rezeki nomplok!”

Dalam benaknya, skenario bahagia mulai terputar. Aku bisa hidup tenang, jalan-jalan keliling dunia, belanja baju bagus, perawatan spa setiap hari. Ini seperti mimpi jadi nyata!

Tanpa berpikir panjang, Netha langsung menyambar pena yang diletakkan Sean di atas meja. Dengan cepat, ia membubuhkan tanda tangannya di atas kertas cerai itu.

Sean mengangkat alis, tampak sedikit terkejut dengan sikapnya yang begitu sigap. “Cepat sekali,” gumamnya dingin.

Netha hanya tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa senangnya. “Kalau memang ini yang terbaik…” jawabnya, pura-pura pasrah.

Sean mengambil kembali kertas itu, kemudian menatapnya. Ia menarik napas dalam dan bersiap membubuhkan tanda tangannya sendiri. Namun tepat ketika ujung pulpen menyentuh kertas—

Tringggg… Tringggg…

Suara ponsel Sean berdering tajam. Sean memicingkan mata ke arah layar ponselnya. Nama “Komandan Evans” muncul di sana. Sean segera mengangkat panggilan itu, wajahnya berubah serius.

“Iya?” ucapnya singkat.

Dari seberang, terdengar suara tegas yang hanya bisa didengar Sean. Netha mencoba mendengarkan, namun Sean berdiri dan berjalan ke pojok ruangan. Ekspresi wajahnya semakin tegang seiring waktu.

“Baik, saya segera ke sana,” jawab Sean akhirnya sebelum memutus panggilan. Ia menyimpan ponsel di saku celana, lalu kembali ke meja.

“Kenapa?” tanya Netha penasaran, meskipun sebenarnya ia hanya ingin Sean segera menyelesaikan tanda tangannya.

Sean menatapnya lama sebelum menjawab. “Ada misi penting. Situasi di perbatasan darurat. Aku harus berangkat sekarang juga.”

Apa?! Netha hampir melonjak. “Tunggu… tunggu, tandatangani dulu dong! Kamu mau ke mana?”

Sean mengabaikan protes Netha. Ia berjalan cepat menuju tangga, mengambil beberapa barang di lantai atas. Tak lama kemudian, ia sudah kembali ke ruang tamu sambil mengenakan jaket dan menyiapkan tas kecilnya.

“Netha,” panggil Sean singkat.

Netha mendongak, masih dengan wajah kesal karena urusannya belum selesai. “Apa lagi?”

“Kau harus menjaga El dan Al selama aku pergi. Ini urgen, aku tidak punya waktu memikirkan pengasuh atau siapa pun.”

Netha melongo. “Apa? Aku? Nggak bisa! Tinggal tanda tangan aja, dan aku bebas. Kamu kan bisa bawa mereka.”

Sean tak peduli dengan protesnya. Ia merogoh saku jaket dan melemparkan dua kartu plastik ke atas meja, kartu kredit dan kartu debit.

“Pin-nya 112211,” ujar Sean tegas. “Kau bisa gunakan ini untuk membeli keperluan mereka atau apa pun selama aku tidak ada.”

Netha menatap kartu itu, matanya berbinar lagi. Kartu kredit? Debit? Ini makin menarik!

“Tunggu, Sean—”

Sean tak memberi kesempatan. Dengan langkah cepat, ia membuka pintu dan berlalu keluar. “Jaga mereka baik-baik. Jangan bikin masalah,” katanya dingin sebelum pintu tertutup.

Brak!

Netha terduduk di sofa, masih memegang kartu yang diberikan Sean. Bibirnya perlahan melengkung senang. “Ya ampun, uang lima miliar, rumah, kartu kredit… Wah, aku bisa hidup mewah.”

Ia tertawa kecil, senyum lebar terlukis di wajahnya. “Sepertinya dunia ini nggak seburuk yang aku kira.”

---

Dari balik pintu kamar, El dan Al mengintip diam-diam. Wajah mereka terlihat muram. Mereka mendengar semua percakapan tadi.

“Papa… mau cerai sama dia,” bisik Al dengan suara bergetar.

El hanya diam, menatap kosong ke arah ruang tamu.

“Aku tahu, kita pasti ikut Papa nanti,” lanjut Al lagi. “Tapi kenapa dia nggak bawa kita sekarang?”

El akhirnya bicara, suaranya dingin seperti biasa. “Papa ada misi.”

Keduanya saling berpandangan sejenak. Lalu, dengan langkah kecil, mereka keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang tamu. Netha masih duduk di sofa, memainkan kartu kredit sambil tersenyum-senyum sendiri.

“Papa mana?” tanya Al tiba-tiba.

Netha mendongak. Ia melihat kedua anak kembar itu berdiri di hadapannya. Wajah mereka polos, namun matanya penuh pertanyaan.

“Oh, Papa kalian pergi,” jawab Netha santai, suaranya datar. “Ada misi katanya.”

Al mengerutkan kening. “Kapan pulangnya?”

Netha mengangkat bahu. “Mana aku tahu?”

El, yang sedari tadi diam, menarik lengan Al. “Ayo masuk.”

“Tapi—”

“Masuk,” potong El singkat.

Al menurut. Keduanya kembali ke kamar mereka dengan wajah muram. Di dalam kamar, Al duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke lantai.

“Kita sendiri sekarang,” ucap Al pelan. “Dia pasti marah sama kita nanti.”

El duduk di sebelahnya. “Jangan bikin masalah. Jangan ngomong sama dia kalau nggak perlu.”

Al mengangguk kecil, meskipun hatinya masih gelisah.

---

Di ruang tamu, Netha akhirnya bangkit dari sofa, berjalan menuju balkon. Angin sore bertiup lembut, membuatnya sedikit tenang. Ia bersandar pada pagar balkon, memandang jauh ke langit.

“Hidupku berubah total,” gumamnya pelan. “Aku ini sebenarnya siapa?”

Ingatan tentang dirinya sendiri, Netha Putri, wanita karir berusia 27 tahun, masih segar di kepala. Namun kini ia terjebak di tubuh wanita lain yang hidupnya berantakan. Istri komandan militer, ibu dari anak kembar, dan sekarang…

“Ah, ini gila,” Netha mengusap wajahnya. “Bagaimana bisa aku masuk ke dunia ini?”

Ia memejamkan mata, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia terbangun di tubuh ini. Kerja lembur, kelelahan, dan… tertidur.

“Ini mimpi? Tapi kenapa terasa begitu nyata?”

Netha membuka matanya lagi, memandang ke arah halaman depan rumah besar itu. “Tapi kalau ini nyata, aku nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Lima miliar, rumah, kartu kredit…”

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Selagi aku di sini, aku akan menikmati semua ini.”

Namun, jauh di dalam hatinya, ada rasa tak nyaman. Tatapan kosong El dan Al tadi, sikap dingin Sean, dan kenyataan bahwa ia mungkin harus bertahan hidup di dunia yang asing ini…

“Ah, sudahlah. Pikir nanti saja,” ujarnya pada diri sendiri. Ia berbalik masuk ke dalam rumah, membiarkan angin sore membawa kekhawatirannya sejenak.

1
merry jen
knp gk nrm takdir ajj tuu netha aslii kshhnn ank yg gk tau apa apa di terlantarkan bgtuu ajj
Grey
maaf kak sebelumnya, ada pernah nulis di app Oren juga kah? soalnya aku sekilas sempat baca juga di app Oren dan ceritanya hampir persis banget, hanya beda nama tokoh sedangkan alurnya kurang lebih persis. maaf cuma tanya aja kak🙏
Ami Arva
Happy ending
makasih author untuk ceritanya
cuma masih bingung itu jiwa netha yang ketuker sebabnya dan akhirnya gimana ya ? 🤔
Inara Aila
Luar biasa
Inara Aila
Lumayan
Galuh Setya
Luar biasa
Shinta Dewiana
keren se x sean...klu suami lain pazti udah meminta haknya...hmmm...
Hokdesi Desihok
Luar biasa
Shinta Dewiana
ha....ha...ha....main nyosor aja ini paksu
Shinta Dewiana
si sean kaku banget...tp dia baik hampir 6thn berumah tangga dan istrinya gendut malas n jorok tetap bertahan..
Shinta Dewiana
keerreeennnn
Shinta Dewiana
jelas banyak pria yg mendekat..
Shinta Dewiana
ho...ho...ho...sama sama kepikiran jadinya...
Anie Pailing
Luar biasa
Shinta Dewiana
his....mulut kecoak
Shinta Dewiana
kacau di tinggal pula
Shinta Dewiana
kenapa netha enggak di ajak.aneh
Shinta Dewiana
di episod ini akunya bingung dg judul kumpul berlima...bukannya ber empat ya
Shinta Dewiana
woi woi woi
Shinta Dewiana
cakeeeppp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!