Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Buku Dari Raja Cahaya Pertama
Lawkei menghunus pedangnya, menghadap ke serigala-serigala yang mendekat. “Ini buruk. Mereka bukan serigala biasa,” bisiknya sambil memandangi mata mereka yang bersinar aneh dalam kegelapan. “Ada sesuatu yang mengendalikan mereka.”
Ziaz juga bersiap dengan pedang pelindungnya. “Apa kau yakin? Mereka terlihat seperti serigala biasa, hanya saja... matanya tidak wajar.”
Salah satu serigala melolong, dan lolongan itu seolah menjadi sinyal bagi yang lain untuk menyerang. Beberapa serigala melompat maju dengan kecepatan yang mengejutkan. Lawkei menangkis satu dengan pedangnya, sedangkan Ziaz berhasil menebas satu lagi sebelum serigala itu bisa mencapai mereka.
“Ini tidak akan mudah!” teriak Lawkei sambil bergerak cepat, menghindari cakar tajam serigala lainnya
Ziaz mengangguk sambil melompat ke samping untuk menghindari serangan. “Aku punya ide! Kita harus membawa pertempuran ini ke tempat yang lebih terbuka. Kalau tetap di sini, mereka bisa mengepung kita!”
Lawkei melirik ke arah yang ditunjuk Ziaz, sebuah area datar yang tidak terlalu jauh dari mereka. “Baik! Ayo pergi!”
Mereka tidak bisa bertarung disana karena kuda mereka akan terkena dampak kekuatan pedang pelindung. "Jangan berlari!" ucap Ziaz
Mereka berdua mundur perlahan sambil tetap berjaga-jaga, menghindari serangan-serangan serigala yang terus mengintai mereka dari balik kegelapan. Ketika mereka mencapai area terbuka, serigala-serigala itu berkumpul, jumlah mereka tampak lebih banyak dari sebelumnya.
“Aku menghitung delapan... tidak, sepuluh!” seru Lawkei sambil menggenggam pedangnya erat-erat
“Tunggu...” Ziaz memusatkan pandangannya pada salah satu serigala yang tampak lebih besar dari yang lain. “Mereka dipimpin oleh yang itu!”
Serigala besar itu tampak berbeda, dengan bulu hitam pekat yang sangat gelap dan mata merah menyala. Ia melangkah maju, mengeluarkan geraman yang membuat suasana semakin mencekam.
“Kita harus mengalahkannya terlebih dahulu!” ucap Ziaz sambil mengarahkan pedangnya
Lawkei mengangguk. “Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kau fokus pada pemimpinnya.”
Tanpa menunggu jawaban, Lawkei berlari ke arah kawanan serigala, melancarkan serangan yang membuat mereka terpecah. Ziaz memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati serigala besar, pedangnya berkilauan dalam kegelapan.
Namun, saat Ziaz hendak menyerang, serigala besar itu melompat dengan kecepatan luar biasa, membuat Ziaz terpaksa mundur untuk menghindar. “Cepat sekali!” gumamnya
Lawkei, yang sedang sibuk menahan serangan beberapa serigala, melirik ke arah Ziaz. “Hati-hati! Yang itu sepertinya di kendalikan oleh kekuatan kegelapan.”
Ziaz kebingungan. “Kenapa mereka mengendalikan seorang serigala untuk mengejar kita,” ucapnya sambil menahan serangan serigala yang lain
Serigala besar itu melolong lagi, kali ini suaranya lebih mengerikan dan membuat tubuh mereka terasa berat. Tanpa diduga, bayangan-bayangan di sekitar mulai bergerak, membentuk sosok-sosok yang menyerupai serigala. Mereka tampak seperti ilusi, tapi gerakan mereka nyata.
“Kita dalam masalah besar sekarang,” ucap Ziaz sambil menggenggam pedangnya lebih erat. Ia tahu ia harus menggunakan kekuatan pedang pelindungnya, meskipun ia belum sepenuhnya menguasainya.
“Ziaz! Gunakan pedangmu!” teriak Lawkei sambil menebas salah satu serigala bayangan, yang segera menghilang menjadi asap hitam.
Ziaz mengangguk, memusatkan energinya pada pedang pelindungnya. Cahaya lembut mulai terpancar dari bilah pedang itu, mengusir sebagian bayangan di sekitarnya. Serigala besar itu tampak mundur sedikit, matanya menyipit seperti terganggu oleh cahaya tersebut.
“Ini dia!” Ziaz melompat maju, menebaskan pedangnya ke arah serigala besar.
Tapi sebelum pedangnya mengenai, serigala itu menghilang menjadi kabut hitam dan muncul kembali di belakang Ziaz.
“Di belakangmu!” seru Lawkei.
Ziaz berbalik cepat, menebas dengan refleks. Kali ini, serigala besar itu terluka, mengeluarkan raungan marah yang menggema di seluruh hutan.
“Teruskan, Ziaz! Kita hampir menang!” teriak Lawkei, yang sekarang mulai memukul mundur serigala-serigala lain.
Namun, sebelum Ziaz bisa melancarkan serangan berikutnya, serigala besar itu mengumpulkan semua kekuatannya, menciptakan pusaran bayangan di sekitarnya. Pusaran itu mulai menyedot energi dari sekeliling, membuat Ziaz dan Lawkei kesulitan berdiri.
Lawkei pun memakai kekuatan pedang pelindung miliknya dan memanggil petir untuk menyambar ke arah pusaran itu. Namun petir miliknya meleset dan membuat kekuatan Lawkei mulai melemah karena kelelahan.
“Ziaz, kita harus mengakhiri ini sekarang!” seru Lawkei, yang tampak kelelahan.
Dengan semua keberaniannya, Ziaz memusatkan seluruh energinya ke pedang pelindungnya. Cahaya warna biru yang terpancar dari pedang itu semakin terang, membuat bayangan-bayangan di sekitar mereka memudar.
“Mari berpesta!” Ziaz melompat tinggi, mengarahkan pedangnya ke pusat pusaran bayangan.
Dengan satu tebasan kuat, cahaya dari pedangnya menghancurkan pusaran itu, membuat serigala besar itu mengeluarkan raungan terakhir sebelum menghilang menjadi abu.
Serigala yang berhasil selamat pun kabur ke dalam hutan karena ketakutan, dan meninggalkan mereka berdua yang kebingungan.
Ziaz terjatuh, Lawkei yang sedang terbaring karena kelelahan pun memuji serangan Ziaz barusan. “Kerja bagus. Sepertinya kau sudah memakai 50% dari kekuatan pedang pelindung mu ya,"
Ziaz tertawa. “Mereka hanya hewan.”
Mereka berdua tertawa kecil, meskipun kelelahan. Lawkei mulai bangun. “Kita harus segera istirahat. Besok perjalanan kita masih panjang.”
"Bagaimana dengan kuda kita?" tanya Ziaz
Lawkei pun melihat ke arah kuda milik mereka yang masih di ikat di pohon dekat tenda mereka. "Ya, mereka sedikit ketakutan tu." ujar Lawkei sambil memandangi kuda mereka
Disisi lain, Alaric menemui Tera yang sedang bersama para anggota pasukan yang baru di camp pelatihan. Alaric pun melihat ke arah Tera yang sedang memberikan pidatonya kepada para anggota baru.
"Sama seperti ku..." ujarnya
Dulu Alaric sama seperti para anggota baru itu. Bergabung dengan bangga ke dalam pasukan cahaya dan di berikan pidato sambutan oleh Komandan sebelumnya.
"Itu sudah sekitar 7 tahun lalu ya?" ucapnya
Tiba tiba dua orang anggota pasukan lewat di depan Alaric. Mereka berdua pun memberikan hormat kepadanya. "Salam hormat Kapten," kata mereka
"Ah ya, salam hormat untuk kalian juga." balas Alaric
Tera yang selesai memberikan pidato sambutan pun melihat ke arah Alaric yang sedang melihat ke arahnya, Tera pun turun dari panggung dan berjalan ke arah Alaric.
"Ada apa Alaric? Tumben kau melihat para anggota pasukan yang baru?" ujar Tera
Alaric pun mengeluarkan sebuah buku dari balik jubahnya. Dia pun memberikan buku itu kepada Tera. "Buku apa ini?" tanya Tera sambil mengambilnya
"Baca judul dari buku itu," ucap Alaric
Tera pun membaca judul dari buku itu. "Tentang Raja Cahaya pertama? Kau mendapatkan buku ini dari siapa?" tanya Tera
"Kami tidak sengaja menemukan ruangan bawah tanah di dalam kerajaan, seperti ruangan itu di buat saat Raja Cahaya pertama masih ada." ujar Alaric
Tera pun membuka buku itu dan melihat halaman pertamanya. "Siapa Priozel? Disini tertulis kalau buku ini di buat karena saran dari teman terbaik beliau yang bernama Priozel." ucapnya
"Itulah yang ingin ku tanyakan kepada mu, apa dia salah satu orang penting di Kerajaan Cahaya?" tanya Alaric
___ END CHAPTER 16 ___