Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasti bisa!
Kalila mengerutkan alisnya saat melihat kejutan yang tersaji didepan mata. bukannya merasa bahagia dengan perlakuan sang suami, sebaliknya, Kalila malah merasa curiga.
"Kenapa ekspresi mu seperti itu, Sayang?" tanya Firman sambil meraih tangan Kalila kemudian ia antarkan untuk duduk di meja yang telah ia siapkan.
Alunan musik romantis yang dimainkan oleh seorang pemain biola membuat suasana semakin terasa intens. Namun, entah kenapa, Firman merasa bahwa dia dan sang istri saat ini justru malah jauh berjarak.
"Nggak suka sama kejutannya?" lanjut Firman bertanya.
"Suka," jawab Kalila singkat. "Tapi, kok tumben?"
"Kok, malah nanya kayak gitu, sih? Bukannya, aku memang hampir tiap hari, selalu berusaha untuk buat kamu tersenyum dan bahagia?"
"Oh, ya?" balas Kalila. "Tapi, kok aku nggak ingat, ya? Mungkin, semua itu kamu lakukan untuk perempuan lain, Mas. Bukan aku."
Ucapan Kalila tentu menohok hati Firman sekali lagi. Jika diingat-ingat, ia memang tak pernah berusaha menyenangkan hati sang istri semenjak kehidupan mereka mulai merangkak naik.
Firman seolah lupa diri. Lupa pada siapa seharusnya ia berterima kasih. Lupa bahwa sosok istri yang ia nikahi seharusnya dijadikan ratu dan bukannya babu.
"Maaf, kalau selama ini Mas sudah terlalu sering mengecewakan kamu, Kalila! Mas menyesal! Dan sekarang, izinkan Mas menebus semuanya mulai hari ini. Mas janji, Mas akan lebih memperhatikan kamu lagi dibanding sebelumnya."
"Aku lapar. Mana makanannya?" tanya Kalila to the point.
Ia menyetujui permintaan Firman untuk makan malam bersama hanya karena dia benar-benar kelaparan. Bukan karena ingin mendengar janji manis dari seorang pembohong handal macam lelaki itu.
"Sayang, tidak bisakah kita bicara dulu? Kita harus menyelesaikan semua masalah kita malam ini juga!"
"Jadi, Mas mau menceraikan Lia?" tembak Kalila.
"Bu-bukan itu maksud, Mas," jawab Firman gugup.
"Kalau bukan itu yang Mas maksud, maka lebih baik diam dan kita langsung makan!"
"Tapi..."
"Aku bisa makan sendiri kalau Mas keberatan," potong Kalila cepat. Ia lekas menyambar tasnya kemudian berdiri hendak pergi dari sana.
"Oke, kita makan sekarang," putus Firman kemudian. Lebih baik dia mengalah untuk saat ini.
"Kalila.."
"Hus! Diam, Mas!" perintah Kalila tegas.
Firman langsung terdiam. Istrinya menjelma menjadi sosok yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.
"Kalila, Sayang!" panggil Firman setelah Kalila sudah menghabiskan makanannya.
"Ada apa, Mas?" tanya Kalila.
"Hmmm... Begini..." Firman terlihat mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
"Apa?"
"Apa kamu bisa membujuk Pak Darmawan untuk tidak berhenti menjadi langganan toko kita?"
"Maksudnya, gimana, Mas?"
Firman memperbaiki posisi duduknya. Ia harus menyusun kata-kata yang pas supaya Kalila bisa membantu dirinya.
"Begini... Tadi pagi, Pak Darmawan dan beberapa langganan tetap toko kita, memutuskan untuk tidak mengambil barang di toko kita lagi, Sayang! Parahnya lagi, beberapa pemasok juga memutuskan kerja sama mereka dengan toko kita secara sepihak. Semuanya terjadi secara bersamaan dan tiba-tiba. Mas benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menangani semuanya. Kalau tidak ada pemasok dan langganan berskala besar di toko kita lagi, maka kemungkinan toko kita akan terancam bangkrut, Sayang!"
"Bagus kalau bangkrut," jawab Kalila dengan senyuman puas diwajahnya.
"Ngomong apa kamu, Sayang?" tegur Firman. "Memangnya, kamu siap hidup terlunta-lunta kalau toko kita benar-benar bangkrut, hah?" lanjutnya dengan nada gusar.
"Aku siap, Mas! Toh, sejak menikah sama kamu, aku sudah terbiasa hidup menderita, kok. Jadi, nggak masalah kalau toko Mas Firman bangkrut. Toh, selama ini Mas Firman juga nggak pernah kasih aku uang nafkah, kan?"
."Kalila... Mas sudah janji akan berubah. Mas janji mulai sekarang Mas akan kasih kamu nafkah. Tapi, tolong kamu bujuk Pak Darmawan dan yang lainnya dulu, ya! Pasti, mereka mau mendengarkan ucapan kamu."
"Maaf, nggak bisa."
Firman menarik napas panjang. Sejauh inikah perubahan dari seorang wanita yang tersakiti?.
"Sayang... aku mohon!"
Kalila mengulas segaris senyum tipis. "Kamu mau aku bantu, Mas?" tanya wanita itu.
"Iya," angguk Firman antuasias.
"Kalau begitu... Sujud dulu di kakiku!" pinta Kalila.
Prang!
Gelas di meja langsung pecah berhamburan ketika Firman reflek melemparkannya ke lantai. Lelaki itu pun berdiri dari kursinya. Menunjuk-nunjuk wajah Kalila dengan emosi sambil mengeluarkan kata-kata kasar.
"Dasar istri durhaka! Istri tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya kamu malah menyuruh suami kamu sendiri untuk sujud di kakimu. Kamu benar-benar perempuan kurang ajar, Kalila!"
Kalila kembali menyambar tasnya. Berdiri dengan anggun lalu ia pun menatap tajam mata sang suami.
"Kalau begitu, tidak usah bermimpi untuk mendapatkan bantuan dariku, Mas!"
"Mau kemana, kamu?" tanya Firman seraya mencengkram tangan Kalila erat.
"Aku mau pulang, Mas!" jawab Kalila.
"Pembicaraan kita masih belum selesai!"
"Sudah selesai," timpal Kalila. "Sampai kapanpun, aku nggak akan pernah membujuk Pak Darmawan maupun orang lain untuk kembali menjadi langganan di toko itu."
"Kalila, ayolah!" bujuk Firman dengan nada memelas.
"Kenapa nggak minta bantuan gundikmu saja, Mas? Pasti, perempuan seperti dia punya banyak kenalan lelaki tua yang berduit. Jadi, silakan suruh dia yang mencarikan Langganan untuk tokomu!"
"Lia mana bisa, Kalila!"
"Bisa. Pasti bisa."
Syukurlah yang akan membeli Kalila sendiri. pethiasan yang untuk modal usaha Firman ditagih sekalian,
Dia penjaja tubuh, dan modal rayuan harus bisa Firman, kamu ngerasa kan tak ada campur tangan Kalila kamu tidak bisa apa- apa, dan buka siapa- siapa. Nikmati saja toh itu pilihanmu, dulu miskin kembali miskin, pas kan. Itu tepat bagimu yg tak bisa bersyukur dan lupa kau jadi kaya darimana