Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
"Mas Danang," cicit Ariana dengan mata membulat. Ariana benar-benar terkejut. Ia tidak menyangka Danang akan pulang secepat ini. Bahkan ia pulang dengan menaiki ojek.
Ariana tidak tahu kalau Danang sebelumnya sudah berpesan pada bibik agar segera menghubunginya bila Ariana pulang. Oleh sebab itu, saat melihat kedatangan Ariana, bibik pun segera menghubungi Danang. Danang yang mengetahui kepulangan Ariana pun segera bergegas pulang. Ia bahkan memilih menaiki ojek agar bisa segera sampai di rumah.
"Kau mau kemana? Kenapa kau mengambil semua barang-barang mu?" tanya Danang dengan mata memicing saat melihat tas dan koper milik Ariana sudah berada di dalam bagasi mobil.
Ariana menenangkan degup jantungnya yang tak beraturan. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum merespon pertanyaan Danang.
"Aku akan kembali ke rumah orang tuaku," jawab Ariana tenang.
"Jadi kau serius ingin bercerai?" Tanya Danang dengan sorot mata tak percaya.
"Ya," jawab Ariana cepat.
"Na, kenapa harus bercerai? Kita bisa memperbaiki semua. Bahkan kita bisa hidup berdampingan." Danang belum menyerah untuk membujuk Ariana agar membatalkan gugatan perceraian dan menerima Monalisa.
Ariana terkekeh miris. Bahkan sampai saat sudah seperti ini pun, Danang masih ingin mempertahankan Monalisa. Pikirnya setelah ia pergi dan mengajukan gugatan perceraian, maka laki-laki itu akan menyadari kesalahannya sehingga memutuskan memilih dirinya dan melepaskan Monalisa. Tapi nyatanya, Danang masih tetap pada pendiriannya. Ia masih ingin mempertahankan Monalisa, tetapi tidak ingin melepaskan dirinya.
"Tidak. Kalau kau ingin berdampingan dengan perempuan itu, maka lepaskan diriku. Aku ikhlas."
"Tapi aku nggak, Ana. Aku nggak mau bercerai," tegas Danang.
"Kalau kau tidak ingin bercerai denganku, maka lepaskan dia," ucap Ariana dingin.
Danang mengacak rambutnya frustasi.
"Aku nggak bisa, Ana. Aku nggak bisa melepaskan Lisa."
"Ya sudah. Kalau kau tidak ingin melepaskan dia, lepaskan saja aku. Gampang bukan?"
"Nggak, Ana. Pokoknya nggak."
"Kamu jangan egois, Mas. Kau tidak bisa serakah seperti ini. Kalau kau tidak ingin melepaskan dia, ceraikan aku. Sebab sampai kapanpun aku tidak ingin diduakan. Titik."
"Ana, tolong, tolong beri Mas waktu. Untuk saat ini, Mas belum bisa melepaskan Lisa."
Ariana menggeleng tak habis pikir dengan sikap suaminya ini.
"Kenapa? Kenapa belum bisa?" tanya Ariana penuh selidik.
"Itu ... itu karena ... "
"Karena apa? Jangan bertele-tele!" sentak Ariana.
"Itu karena Lisa sedang hamil."
Deg ...
Mata Ariana membulat. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia tidak pernah menyangka kalau sejauh itu hubungan Danang dan kekasihnya.
"Mas, jadi sudah sejauh itu hubungan kalian?" tanya Ariana speechless.
"Jangan salah paham, Na! Kami tidak berzina, Na."
"Tidak berzina? Lalu bagaimana dia bisa hamil, hah? Memangnya sper*mamu bisa berjalan sendiri masuk ke rahim dia?" raung Ariana dengan tatapan kecewa.
"Nggak, Na. Bukan begitu. Kami memang tidak berzina, tapi kami ... kami ... sudah menikah siri," ucap Danang dengan kepala sedikit menunduk.
"A-apa? Jadi ... Mas dan dia sudah ... "
"Ya. Maa sudah menikahi Lisa sekitar tiga Minggu yang lalu."
"Tiga Minggu? Artinya Mas menikah saat aku sedang terkapar di rumah sakit, begitu?"
"Maaf."
"Mas gila! Bagaimana Mas justru menikahi perempuan lain di saat aku, istrimu sedang terbaring di rumah sakit?"
"Aku terpaksa, Na. Saat itu mama Lisa sedang sakit. Dan beliau meminta Mas menepati janji Mas untuk menikahi Lisa. Jadi ... jadi ... "
Ariana memejamkan mata. Rasa sakit di hatinya kian menjalar-jalar. Tubuhnya bahkan sampai bergetar hebat. Rasa kecewanya perlahan membuat rasa yang pernah ada makin terkikis.
"Sudahlah, Mas. Berhenti membela diri. Mungkin ini merupakan jalan untuk kita saling melepaskan diri. Jujur, aku sudah tidak bisa mentolerir semua yang sudah Mas lakukan. Lepaskan aku, Mas! Mari kita berpisah baik-baik agar kita tidak saling membenci," ujar Ariana tenang.
Danang menggeleng cepat. "Nggak, Ana. Nggak. Pokoknya aku nggak mau cerai," pekik Danang frustasi.
"Mas, kamu kenapa egois banget kayak gini sih? Aku pokoknya mau cerai. Tak ada lagi yang bisa kita pertahankan jadi sebaiknya kita memang bercerai. Apalagi kau sudah menikah dengan perempuan itu. Bahkan sebentar lagi kau juga memiliki anak. Fokus saja pada keluarga barumu itu dan ceraikan aku!"
"Aaargh ... " Danang mengacak rambutnya kesal. "Kalau kau memaksa cerai denganku, maka aku akan membuatmu tak bisa pergi dariku." Danang berujar sambil menatap dingin Ariana. Ariana seketika gugup saat melihat sorot mata yang tidak biasa dari Danang. Apalagi saat melihat Danang semakin mendekat.
"Mas, kau mau apa?" Ariana merasa gugup bukan main saat Danang mendekat. Bukan gugup karena jatuh cinta, tapi gugup karena ketakutan. Apalagi Danang menatapnya sambil menyeringai.
"Mas hanya ingin mengambil hak, Mas. Tidak masalah kan?"
Sontak saja Ariana makin membulatkan matanya. Tubuh Ariana bergetar ketakutan luar biasa.
"Nggak. Aku nggak mau," tolak Ariana tegas.
"Kau tidak bisa menolak, Ana. Ingat, dosa menolak suami."
"Aku tidak peduli. Lebih baik Mas segera menyingkir. Aku ingin segera pulang ke rumah ayah."
"Tidak bisa. Ayo, ikut Mas ke dalam!" Danang meraih pergelangan tangan Ariana. Ia menarik Ariana dengan paksa masuk ke dalam rumah.
Ariana ketakutan. Ia pun memberontak sambil memukul-mukul Danang dengan sebelah tangannya yang lain.
"Mas, lepas!" teriak Ariana. "Lepaskan aku!"
"Tidak akan. Mas sudah katakan 'kan kalau Mas takkan pernah melepaskan mu dan Mas akan membuatmu tetap bertahan di sisi Mas."
"Mas, aku mohon, jangan begini! Lepaskan aku, aku mohon!" Ariana berpegangan pada daun pintu saat Danang memaksanya masuk ke dalam rumah. Bibik yang berdiri di balik pintu dapur mengintip takut-takut. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa kedua orang itu bertengkar.
"Lepas, Ana! Ayo ikut dengan Mas!" bentak Danang.
Ariana menggeleng cepat, "nggak mau. Cepat, lepaskan aku atau aku teriak!"
Tiba-tiba Danang tergelak. "Berteriaklah! Aku tidak takut."
"Mas, kau sudah gila!"
"Ya, memang aku gila. Aku gila karena perempuan keras kepala sepertimu."
Ariana benar-benar ketakutan. Ia lantas menggigit tangan Danang sehingga cekalan itupun terlepas. Danang berteriak saat merasakan tangannya yang terluka karena digigit Ariana sekuat tenaga. Saat Danang sedang kesakitan, Ariana segera berlari menuju mobilnya. Baru saja ia masuk ke dalam mobil dan hendak menutup pintu, tiba-tiba Danang kembali datang dan menahan pintu dengan sebelah tangannya. Lalu tangan satunya lagi dengan cepat menarik kunci dan melemparnya jauh. Ariana membelalakkan matanya.
Saat Ariana lengah, Danang kembali menarik tangannya agar mengikuti langkahnya. Tak peduli Ariana berteriak karena terseret oleh laki-laki itu, ia tetap meneruskan langkahnya. Ariana terus memberontak sekuat tenaga sehingga cekalan kembali terlepas. Ariana ingin kembali masuk ke dalam mobil, tapi ia tidak memiliki waktu untuk mencari kunci mobil yang jatuh di rerumputan. Ariana lantas memilih berlari keluar dari pekarangan rumah.
"Ana, berhenti!" teriak Danang. Ternyata Danang mengejarnya.
Ariana ingin berlari sekencang mungkin, tapi ia mengenakan heels jadi ia sedikit kesusahan.
"Ana, berhenti kata ku!" teriak Danang lagi tak peduli kalau teriakannya menarik perhatian orang-orang.
Ariana tentu tidak mengindahkan teriakan Danang. Ia terus saja berlari. Namun karena ia mengenakan heels, tiba-tiba Ariana kehilangan keseimbangan dan terjatuh tepat saat sedang menyeberang jalan.
"Ana ... " teriak Danang.
"Aaargh ... " teriak Ariana saat ada sebuah motor sport melaju kencang ke arahnya.
Ciiiitttt ...
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...