Aurora Steffani Leandra, gadis polos berusia 18 tahun yang dalam sekejap nasibnya berubah.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiba-tiba Aurora dikejutkan dengan sebuah kenyataan bahwa dirinya harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Siapakah pria yang akan menikah dengan Aurora?.
Dan kenapa Aurora harus menikah dengan pria tersebut?.
Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Melihat pria didepannya, tiba-tiba Aurora langsung terdiam. Entah kenapa dia sedikit terpesona dengan ketampanan pria didepannya.
"Tidak usah menatapku seperti itu, apa ini pertama kalinya kau bertemu dengan pria setampan diriku" ucap Edgar.
Aurora langsung tersadar dari lamunannya.
"Gak usah kepedean deh, kata siapa tuan tampan. Biasa aja tuh" ucap Aurora yang merasa kesal mendengar ucapan pria di depannya.
Risa sejak tadi terus menatap orang yang Aurora tabrak. Dia terpana melihat ketampanan pria didepannya.
"Ya ampun Ra, dia kayanya bukan manusia deh tapi pangeran. Apa mungkin dia jodoh yang selama ini gue tunggu".
"Wajahnya yang tampan, apalagi badannya yang tinggi dan tegap. Dia idaman aku banget Ra" ucap Risa.
Mendengar ucapan Risa, Aurora langsung menyenggol lengan temannya itu.
"Diam Risa, jangan buat malu" bisik Aurora.
"Dasar gadis-gadis aneh" ucap Edgar.
Jeff yang baru masuk kedalam restoran langsung merasa bingung dengan pemandangan didepannya.
"Ada apa ini tuan?" tanya Jeff.
"Darimana saja kau Jeff, aku pusing harus menghadapi bocah-bocah tidak jelas ini" ucap Edgar.
"Apa kamu bilang, kita bocah tidak jelas. Dengar ya tuan kita ini sudah dewasa, umur kita 18 tahun, jadi jangan panggil kita bocah ya" protes Aurora.
Jeff yang mendengar ucapan gadis kecil didepannya langsung terkejut.
"Siapa gadis ini, baru pertama kali aku melihat ada seorang gadis yang berani melawan tuan Edgar".
"Biasanya para gadis akan langsung terpesona saat melihat ketampanan tuan. Mereka biasanya akan mencoba merayu tuan, tapi gadis ini berbeda".
"Aku salut pada keberanian gadis kecil ini" batin Jeff.
"Heh bocah kecil, kau berani padaku hah!" marah Edgar.
"Kenapa aku harus takut, kita sama-sama manusia. Kita juga sama-sama makan nasi kan, jadi apa yang harus aku takutkan" ucap Aurora dengan sangat berani.
"Sudahlah, tidak ada waktu meladeni gadis kecil sepertimu. Sebaiknya cepat kita pergi dari sini Jeff. Sebelum telingaku bermasalah karena terus menerus mendengar suara cerewetnya" ucap Edgar yang langsung pergi meninggalkan Aurora dan Risa.
Jeff sendiri langsung mengikuti kemana tuannya pergi.
"Heh pak tua, kau bilang apa?".
"Aku gadis cerewet, sini kau aku akan memukulmu. Sembarangan saja berbicara" ucap Aurora.
Edgar yang mendengar ucapan gadis kecil tadi langsung menyunggingkan senyumnya.
"Apa dia bilang, aku pak tua. dasar bocah kecil. Hanya dia, gadis yang berani mengumpat didepanku.
"Jeff, cari identitas gadis tadi. Aku ingin secepatnya mendapatkan identitasnya" ucap Edgar.
"Baik tuan" ucap Jeff.
"Apa yang akan tuan lakukan pada gadis kecil tadi, semoga saja tuan tidak akan melakukan hal-hal buruk terhadapnya".
"Tapi aku sangat salut karena keberaniannya pada tuan Edgar" batin Jeff.
Sedangkan Risa masih terus menatap kepergian Edgar. Dia merasa terkejut karena pertama kalinya bertemu dengan pria yang menurutnya sangat tampan.
"Ayo Ris kita pergi dari sini, pria tadi benar-benar membuat moodku jadi tidak baik" ucap Aurora.
Risa yang masih terus melamun tidak mendengarkan ucapan Aurora.
"Astaga Risa, pasti dia masih memikirkan pria tadi" gumam Aurora.
"Risa".
"Ayo kita pulang" ucap Aurora sambil menggoyangkan lengan Risa agar dia tersadar dari lamunannya.
"Ehh kenapa Ra?" tanya Risa yang terkejut dengan apa yang Aurora lakukan padanya.
"Ayo kita pulang, atau kamu mau aku tinggal karena terus menatap pria tadi" kesal Aurora.
"Ehh iya iya, ayo kita pulang. Jangan marah dong, aku kan lagi mengagumi ciptaan tuhan yang sangat sempurna".
"Tadi itu pria tertampan yang pernah aku lihat tahu gak. Pokoknya dia harus jadi suami aku nanti" ucap Risa mulai berkhayal.
"Astaga Risa, sadar. Kamu masih seorang pelajar, masa udah memikirkan pernikahan si" ucap Aurora.
"Ihh kamu gak tahu ya, kita harus mulai memikirkan siapa pria yang akan menjadi suami kita dari sekarang tahu" ucap Risa.
"Kamu tuh ya, pacaran aja gak pernah udah memikirkan suami aja. Udah bangun dari hali kamu itu, sebaiknya kita pulang sekarang" ucap Aurora.
"Iya iya, kamu mah gak bisa apa membiarkan sahabatnya yang sedang jatuh cinta" ucap Risa dramatis.
"Udah lah gak usah kebanyakan drama, cepat kamu mau pulang gak" ucap Aurora yang sudah berjalan keluar lebih dulu.
"Ehh tungguin dong, masa aku ditinggal gitu aja" ucap Risa yang langsung mengejar Aurora.
Kini Aurora dan Risa sudah berada di pinggir jalan sedang menunggu taxi online.
"Udah dimana Ra?" tanya Risa.
"Emmm kayanya sebentar lagi sampai deh" ucap Aurora.
"Yaudah kita tunggu disini aja deh" ucap Risa.
Aurora dan Risa duduk di pinggir jalan menunggu taxi yang mereka pesan datang. Saat sedang menunggu, tiba-tiba ponsel Aurora berbunyi.
"Ini nomor siapa ya, kenapa gak ada namanya" gumam Aurora.
"Kenapa Ra?" tanya Risa.
"Ini ada panggilan masuk tapi aku gak tahu dari siapa. Soalnya gak ada nomornya" ucap Aurora.
"Coba angkat aja Ra, siapa tahu penting" ucap Risa.
"Benar juga" ucap Aurora.
Langsung saja Aurora mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo" ucap Aurora.
"Hallo, apa ini dengan keluarga pak Aditya?" tanya seseorang di sebrang telephone.
"Iya benar, saya putrinya. Ada apa ya?" tanya Aurora yang mulai merasa khawatir.
"Begini, saya ingin memberitahukan bahwa orang tua nona mengalami kecelakaan. Sekarang sedang berada di rumah sakit" ucap seorang suster.
"Apa?".
"Kecelakaan?" kaget Aurora.
"Iya nona, orang tua anda mengalami kecelakaan dengan sebuah truk. Dan sekarang kondisinya sedang kritis".
"Apa nona bisa datang ke rumah sakit?" ucap sang suster.
"Bisa, saya akan datang kesana. Oh iya kalau boleh tahu rumah sakit mana ya?" tanya Aurora.
"Rumah sakit Nusa persada, saya tunggu ya kedatangan nona. Karena dokter harus segera melakukan tindakan, jadi perlu persetujuan dari keluarganya lebih dulu" ucap sang suster.
"Baik saya akan segera datang, terima kasih informasinya" ucap Aurora.
Setelah panggilan berakhir, air mata yang sejak tadi Aurora tahan akhirnya tumpah juga.
"Hiks hiks hiks".
"Kamu kenapa Ra?".
"Aku dengar tadi kamu bilang kecelakaan. Siapa yang mengalami kecelakaan?" tanya Risa yang bingung melihat sahabatnya tiba-tiba menangis.
"Orang tua aku Ris, mereka mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit. Aku sangat takut terjadi sesuatu pada mereka" ucap Aurora.
"Apa?".
"Jadi kedua orang tua kamu kecelakaan?" kaget Risa.
Aurora hanya mengangguk mendengar ucapan Risa.
"Yaudah sekarang kita harus kesana sekarang, aku akan selalu menemani kamu. Udah kamu tenang, pasti orang tua kamu baik-baik aja".
"Kalau kamu menangis seperti ini aku jadi bingung harus melakukan apa. Lebih baik sekarang kita lihat kondisi kedua orang tua kamu dulu ya".
"Semoga aja tidak terjadi sesuatu yang buruk pada mereka" ucap Risa mencoba menengkan sahabatnya.