NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. A

"Ini buat kamu, Lengka!”

Prraankk…

Suara botol kaleng minuman itu jatuh menggelinding di area lapangan basket. Anak-Anak yang tengah beristirahat sejenak setelah melakukan olahraga dibuat terperangah saat ada anak gadis yang begitu berani memberikan minuman pada Lengkara.

Sontak ia menjadi titik atensi orang-orang. Riuh suara sorak-sorai terdengar saling bersahutan meramaikan suasana karena aksi gadis itu terhadap Lengkara.

Kendati Lengkara tidak banyak bersosialisasi dan sedingin itu, tapi tak bohong jika ia memiliki penggemarnya tersendiri.

Disoraki anak gadis itu mundur dan menjatuhkan air matanya, ia tidak menyangka jka Lengkara akan sekasar itu dalam menolaknya sampai menepis tangannya. Shada yang baru selesai dari kantin berlarian mendekati Lengkara yang di kerubuni keramaian.

“Lengka!” cicit Shada menarik tangan Lengkara, lalu Shada menoleh  pada sang gadis yang satu kelas dengan dirinya.

“Maaf yah!”  Shada mewakili Lengkara. Mau dikata apa karena Lengkara memang bermasalah dengan itu.

Lengkara bahkan kini berada dalam kepanikannya, saat orang-orang menatapinya dan menyorakinya, tubuh Lengkara bergetar dan berkeringat dingin.

“Ayo!” Shada pun menarik Lengkara, meminimalisir panic attack pemuda itu dengan menepi dari keramaian.

UKS menjadi perhentian Shada. Mereka baru masuk sekolah menengah atas dan orang-orang belum banyak mengetahui tabiat Lengkara. Kini pemuda itu sudah cukup tenang kendati harus sampai mengkonsumsi obat penenang.

“Aku gak salahin kamu soal tadi, tapi mau yah nanti minta maaf sama dia! Kasihan dia kayaknya syok juga. Minta maaf yah sehabis ini!”

“Nggak, gue gak nyuruh dia buat kasih apapun ke gue!”

“Lengkara kalo kamu kayak gitu terus orang-orang bakal cap kamu aneh! Apalagi mereka gak tau kamu kesulitan dalam hal-hal tertentu, tapi gak ada salahnya kalo kamu juga bisa branding diri kamu buat kedepannya gak kejadian lagi kayak gini!”

Lengkara diam, inilah yang membuat Lengkara tidak memiliki teman satupun selain Shada. Ia bermasalah dengan penyakitnya dan memilih menarik dirinya juga untuk tidak berbaur denga orang lain.

Ia sekolah disini pun karena mengikuti Shada dan untuk mencoba hal baru agar bisa bersosialisasi. Jadi tidak heran jika Lengkara sedikit mengalami penyesuaian. 

Sebatu itu Lengkara!

Shada menghela nafas, Lengkara adalah tanggung jawabnya “Kamu kalo kayak gitu terus yang ada gak bakal ada cewek yang mau sama kamu nanti!”

“Gak perduli!”

“Woahh… beraninya bilang gitu! Huh.... tapi gak boleh, Emang kamu gak mau punya cewek nanti?”

Diam. Lengkara tidak menjawab apapun dan Shada tersenyum.

“Dengerin aku!” kata Shada seraya membuka tutup botol minuman untuk ia berikan pada Lengkara “kamu gak bakal muda terus, kamu harus punya seseorang di sisi kamu biar kamu gak sendirian. Dan aku harap siapapun yang jadi ceweknya nanti dia harus cewek baik-baik, punya rasa sabar luas buat ngertiin kamu, dan pokoknya cewek baik deh!”

Senyuman kembali terukir di kedua sudut bibir Shada, sementara Lengkara meneguk minuman ditangannya dan sesekali menatap gadis itu.

“Jadi belajar mulai dari sekarang, jangan terlalu batu atau kamu bakal sendirian!”

“Gue gak bakal sendirian!” kata Lengkara setelah meneguk minumannya. Ia menatap Shada dan berkata.

“Karena ada lo yang bakal terus di sisi gue!”

********

Sebelum Ke Kampus...

Shada terjaga dan mengerjap membuka matanya, menatap jam waktu menunjukan pukul tiga sore.

“Ahh… kepalaku pusing!” cicit Shada sembari mengasak kepalanya dengan tangan, ia menghela nafas dalam-dalam ketika mengingat kembali waktu dimana terakhir kali dirinya terjaga.

Jelas-Jelas Shada berada dalam keadaan menangis setelah beradu argument dengan Lengkara. “Cih… menyebalkan! Lengkara jelek!”

Shada merutuk lalu berguling kesana kemari di atas kasur. Jujur Shada jadi sedikit mati kutu mengingat kembali kejadian tadi pagi dengan Lengkara.

“Katanya sudah punya perempuan?”  Shada mencicit lagi dalam lirihnya, mau dikata apa ia memang sosok teguh dan sedikit ambisius. “siapa tapi, ada gitu cewek yang bakal suka sama batu kaya dia?”

Masih merutuk rasanya Shada  benar-benar dibuat kesal dan penasaran juga oleh diri Lengkara.

Berselang beberapa lama Shada keluar dengan keadaannya yang cukup segar, gadis itu sudah membersihkan dirinya dan bersiap untuk berkumpul bersama guna melakukan ritual makan malam seperti biasanya. Shada menatap pintu kamar Lengkara yang tertutup.  Ia menghela nafasnya karena sepelik apapun Shada bersama Lengkara, gadis itu memang tidak bisa jauh-jauh dari Lengkara. Katakan jika Shada berperan layaknya seorang baby sister untuk Lengkara. Mungkin itu kata yang paling pantas disematkan perihal kehadiran dirinya menemani Lengkara selama ini. Tak jarang apapun terkait Lengkara orang-orang akan langsung menyambungkan Shada sebagai perantara orang yang lebih dekat dengan Lengkara.

Tok Tok Tok…

Ketukan pintu kamar Lengkara terdengar beberapa kali, tapi lagi-lagi Lengkara tidak memberikan sahutan apapun.

“Belum bangun gitu?”

Brrakkkkk…

Shada tercekat saat angin sore hari menabrak pintu balkon yang tidak terkunci. Namun di waktu yang sama sentak Shada mereda kala melihat jika Lengkara tengah berdiri dibalkon seorang diri.

“Pantas gak nyaut-nyaut!” cicit Shada segera melangkah mendekati pintu balkon.

Dipertengahan jalan menuju pintu terbuka, Shada berhenti. Ia memilih diam dan menatapi Lengkara yang semi memunggunginya, posisi Lengkara memang sedikit menjorok kepinggir, jadi Shada yang berada di tengah ruangan bisa melihat Lengkara dari sebalik kaca.

Shada diam memperhatikan bagaiman pendar dan ekspresi Lengkara di keadaannya itu. Waktu Sembilan tahun bersama Lengkara bukanlah waktu sedikit untuk tidak bisa mengenal dan memahami setiap gelagat Lengkara.

Jadi bukan asal-asalan Shada teguh dengan pendiriannya serta yakin betul dengan apa yang ia lihat dan rasakan apabila pemuda yang tengah berdiri di balkon itu nampak memiliki kalut dan menyembunyikan kekalutannya seorang diri.

“Kenapa kamu jadi berubah kayak gini, Lengka? Apa yang lagi kamu fikirin? Gak bisa yah kamu bagi semua halnya sama aku kayak dulu sebelum kamu pergi?”

Shada mengepal, melihat Lengkara demikian malah menimbulkan adrenalin dirinya. Setelahnya Shada mengangguk dan melanjutkan lagi langkahnya yang terjeda.

“Aku cari kamu ke kamar taunya ada disini!”

ucap Shada membuat Lengkara menoleh sebentar dan kembali menatap pekarangan.

Tak henti disana Shada pun mendekat, ia berdiri disamping Lengkara.

Hening untuk beberapa saat…

Shada menghela nafasnya dan berbalik pada Lengkara “Aku mau tanya sama kamu”

“Tanya aja, tanpa bilang juga lo suka nyerocos duluan!”

Shada mendesis lalu tersenyum setelahnya. “Ini soal cewek kamu!” ucap Shada membuat Lengkara diam merapatkan bibirnya kembali,.

Shada mengerutkan keningnya.  “Seperti yang kamu bilang kalo aku harus cari cowok lain, yah kamu emang bener! Pada akhirnya aku bakal pilih cowok aku dan pergi dari sini. Tapi sebelum itu tentu aku juga bakal beresin dulu semua halnya ditempat ini!”

Mendengar itu Lengkara menoleh pada Shada, gadis itu kembali menarik kedua sudut bibirnya begitu lebar.

“Sesuai janji aku Lengka! Aku disini buat nemenin kamu!”

Lengkara meneguk salivanya menatap bagaimana pendar Shada dan binar jernih bola mata gadis itu padanya.

“Sekarang bisa kamu jelasin sama aku, siapa gadis itu?”

Lengkara menghela nafasnya dalam-dalam, ia melempar irisnya pada pekarangan rumahnya lagi.

“Lengkara kamu cinta sama dia?”

Anggukan Lengkara menjadi jawaban pemuda itu. Shada tersenyum mencoba menahan dirinya di titik ini.

“Selamat karena kamu udah nemuin cewek kamu. Tapi boleh aku tau siapa dia?”

“Dia cantik..” lirih Lengkara akhirnya.

Hembusan angin sore menemani pembicaraan mereka. Shada tidak pelak menatap Lengkara di sisinya yang enggan menatap balik.

“Dia cewek baik-baik dan punya sabar seluas samudra. Dia aneh karena selalu tersenyum apapun keadaannya!”

Bohong jika perasaan Shada tidak tersentuh mendengar ciri-ciri gadis yang diucapkan Lengkara.

“Siapa ceweknya? Siapa namanya?”

Lengkara diam, bibirnya kembali terkatup begitu rapat lalu menoleh pada Shada. Tidak ada kata yang diucapkan Lengkara tapi pemuda itu malah menarik satu tangan Shada.Ia membuka telapak tangan Shada dan menyentuhkan telunjuknya disana untuk bergerak layaknya sebuah pena pada kertas.

“A….” Lirih Shada menatap arah tangannya yang masih dipegang Lengkara. “Cuma A namanya?”

Lengkara tidak berucap apapun lagi, namun ia memilih melepaskan tanganya.

“Nanti lo juga bakal ketemu sama ceweknya, Alexandria!”

Hanya itu, setelahnya Lengkara beranjak melewati Shada guna lebih dulu masuk kedalam rumah. Dan Shada kembali menjatuhkan air matanya, entah kenapa Shada selalu yakin jika Lengkara tengah menyembunyikan banyak hal darinya sekarang.

Tapi kenapa? Ada apa dengan Lengkara hingga pemuda itu mendadak batu seperti ini pada dirinya?

“Aku tunggu siapa dia, Lengkara!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!