Aku menganggap mereka sebagai keluarga, mengorbankan seluruh hidup ku dan berusaha menjadi manusia yang mereka sukai, namun siapa sangka diam diam mereka menusukku dari belakang. Menjadikan ku sebagai alat untuk merebut kekuasaan.
Ini tentang balas dendam manusia yang tak pernah dianggap keberadaan nya. Membalaskan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah dilihat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Tangkap
Gina berjalan dengan menenteng tas besar dipundak nya, ia sedang menuliskan sebuah artikel tentang perusahaan yang kini tengah naik daun juga namanya banyak disebut di sosial media.
Kejadian baru baru ini tentang sebuah ledakan yang terjadi tentu saja jadi topik hangat, Gina memutuskan untuk datang pada tempat kejadian mencari sumber yang dapat ia tanya dengan leluasa.
Disisi lain Rehan kembali pada tempat pesta yang gagal, untuk menyelidiki lebih lanjut kasus tersebut. Masih ada beberapa cctv yang berhasil merekam pelaku yang belum sempat dilihat oleh Rehan.
Memang bosnya menyuruhnya untuk menyelidiki diam diam tanpa membuat heboh, Rehan masuk pada ruang pengaman untuk melihat sekaligus mengambil salinan vidio.
Dari layar itu terlihat seseorang yang menggunakan topi hitam membawa tas besar. Pria tersebut kemudian masuk pada tangga darurat, tak lama pria itu keluar lalu terdengar bunyi ledakan besar.
Rehan berusaha memperbesar layar pada gambar untuk memperjelas wajah orang tersebut, namun sayang malah terhalang oleh topi yang ia gunakan.
Rehan keluar dari tempat tersebut, berjalan untuk kembali kekantor nya. Namun entah salah siapa, bahunya menabrak seseorang dan itu sedikit menyakitkan.
Rehan berbalik menatap orang yang ditabrak olehnya. Orang tersebut hanya menunduk sambil memegangi bahunya.
"Bukankah harusnya anda minta maaf." Ucap Rehan pada orang tersebut.
Gina menggerakkan bahunya yang terasa nyeri, dia sudah seperti menabrak tembok. Gina kemudian berbalik, menatap orang yang kini meminta dirinya untuk meminta maaf.
"Seharusnya saya yang berbicara seperti itu." Balas Gina.
"Bahu saya terasa sakit setelah anda tabrak." Ucap kembali Rehan.
"Anda pikir bahu saya enak setelah ditabrak."
Rehan kemudian memperhatikan orang yang ada dihadapannya, mengapa penampilannya terlihat sangat familiar, apalagi tas besar yang dibawanya.
Rehan mendelik, bukankah dia seperti orang yang berada pada rekaman cctv. Rehan kemudian mulai mendekati orang tersebut, lalu dengan satu gerakan berhasil mengunci tangan orang yang dihadapannya.
Gina mengaduh kesakitan saat tangannya dibelenggu kebelakang. "Hey, apa yang anda lakukan?"
"Anda bisa menjelaskannya dikantor polisi." Setelah itu rehan menyeret Gina untuk mengikutinya langkah nya.
Kini mereka berdua sedang berada dikantor polisi, Gina berusaha menjelaskan situasi nya namun orang yang ada dihadapannya sangat bebal.
"Pak sudah saya bilang, saya bukan teroris, atau orang yang melakukan peledakan. Saya hanya seorang jurnalis." Gina berusaha menjelaskan pada petugas kepolisian.
"Dia bohong pak, bapak lihat sendiri pada rekaman cctv itu terlihat orang yang sama. Mana ada pelaku yang akan mengaku begitu saja."
Rasanya Gina ingin mencolok mata pria yang ada dihadapannya. "Anda buta!, jelas jelas orang yang ada di cctv itu berbeda."
Gina kemudian membuka topi yang ia gunakan, lalu memaksa orang yang ada dihadapannya untuk menatapnya. "Lihat, sama tidak?"
Rehan sedikit tertegun, kemudian ia segera menjauhkan wajahnya. "Ya mana saya tahu sama atau tidak, di cctv wajah anda terhalang oleh topi. Topi yang kalian gunakan juga sama."
"Anda pikir yang punya topi seperti ini cuman satu orang saja."
"Bukankah suatu kebetulan anda berada disana, dan menggunakan topi yang sama."
"Coba anda bayangkan, jika misalnya anda pelakunya. Apa mungkin anda akan kembali pada tempat dimana anda melakukan kejahatan dengan pakaian yang sama. Bukankah itu terlalu beresiko."
Apa yang diucapkan gadis yang ada didepannya memang benar, "Mengapa anda bisa berfikir seperti itu, jika anda memang bukan pelaku."
Gina benar benar kesal, dia tidak pernah bertemu dengan orang sebebal itu. "Pak, Bapak yang matanya masih sehat pasti dapat membedakan orang yang berada di cctv itu bukan saya."
Petugas polisi masih memeriksa, dan menelitinya dengan cermat. Dia juga meminta petugas untuk melakukan prediksi orang yang berada di rekaman tersebut.
Butuh waktu beberapa jam untuk hasil keluar, kedua manusia itu tidak berhenti berdebat, sampai sampai petugas polisi harus menegur keduanya agar mau diam.
Hasil prediksi sudah keluar, Gina sudah tidak sabar untuk segera mengetahui hasilnya.
"Dilihat dari perawakan dia memiliki tubuh kisaran 180 cm, cara melangkahkan kaki dia kemungkinan kidal, bahunya lebar jadi kemungkinan dia adalah seorang laki laki."
Mendengar penjelasan tersebut, Gina bersorak ria. Dia kemudian menepuk bahu Rehan dengan keras, "Saya pastikan wajah anda akan terpampang jelas dibeberapa artikel dan menjadi topik terhangat."
Setelah itu Gina meninggalkan kantor polisi, Rehan yang memang sedikit merasa bersalah karena salah menangkap orang berlari untuk mengejar.
"Saya minta maaf." Ucap Rehan ketika dia berhasil menyamai langkahnya.
Gina tidak menjawab, dia masih menyimpan dendam terkesumat pada pria itu. Gina kemudian menyetop taksi dan pergi dari sana.
Dia mulai membuka laptopnya, melancarkan jarinya menari dengan bebas diatas keyboard.
"Akan saya pastikan anda menyesali perbuatan yang telah anda lakukan pada saya." Ucap Gina dengan senyum culasnya.
Rehan kembali ke perusahaannya dengan wajah yang kurang baik. Ia masuk kedalam ruangan Danu lalu menyerahkan salinan cctv yang ia bawa.
"Kamu dari mana saja, kenapa baru datang sekarang?" Tanya Danu.
"Maaf Bos, tadi ada sedikit halangan."
Tak lama kemudian, datang seorang tergopoh gopoh dengan wajah yang penuh dengan kepanikan.
"Bos gawat" Ucap orang tersebut.
"Gawat kenapa?" Tanya Danu.
"Kantor kita diserbu massa."
Danu segera berlari kearah jendela, dan ia dapat melihat dibawah sana sudah banyak sekali orang orang yang berkerumun. Beberapa dari mereka menggunakan pengeras suara juga membawa banner besar.
Danu menatap sekertaris nya, meminta penjelasan. Namun Rehan menggeleng kan kepala nya, "Saya tidak tahu bos"
"Bos mendingan cepet turun deh, sebelum mereka mengamuk." Ucap orang tersebut.
Mau tidak mau akhirnya Danu dan Rehan segera keluar. Mereka buru buru menaiki lift untuk menuju lantai bawah.
Beberapa security sudah bersiap siaga menjaga. Saat Danu dan Rehan keluar, mereka malah mendapatkan teriakan keras dari para gadis.
Itu adalah sebuah demo yang tidak pernah terbayangkan dikepala mereka. Mereka semua perempuan dengan membawa spanduk yang begitu besar dengan tulisan.
NIKAHI AKU MAS REHAN. Dengan foto Rehan yang terpampang jelas disana.
Danu menatap sekertaris nya, kekacauan apa yang telah diperbuat oleh pria itu. "Bereskan semua kekacauan yang telah kamu buat, jangan kembali masuk kantor sebelum mereka semua pergi." Setelah mengucapkan hal tersebut, Danu kembali masuk kedalam.
Rehan menatap nelangsa para wanita itu, dia kurang menyukai berdekatan dengan lawan jenis tapi lihat lah sekarang dia tengah dikerubungi seperti gula oleh para semut.
Entah perbuatan siapa, yang jelas itu bukan perbuatan dirinya. Pasti ada yang menaruh dendam padanya, tapi siapa?.
Hanya satu orang yang terpikir oleh Rehan, jurnalis tadi. Pasti itu ulah beliau.
BERSAMBUNG......