Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Kasus Pencurian di Sekolah
Bab 13
Keesokan harinya, Zanetha di panggil oleh gurunya terkait tugas miliknya yang mendapatkan nilai nol. Tidak ada satu jawaban pun yang benar.
Tentu saja ini menjadi berita besar di Sekolah Alexandria. Seorang Zanetha Owen, murid cerdas sama seperti kakaknya bisa mendapatkan nilai nol. Bukan hanya satu mata pelajaran, tetapi tiga mata pelajaran sekaligus.
Walaupun Zanetha mendapatkan nilai paling jelek, tidak ada yang berani membicarakan di depannya, apalagi mem-bully dirinya. Beda jika orang lain yang mendapatkan itu, pasti langsung beramai-ramai melakukan penghinaan kepadanya dengan sebutan "stupid" atau "idiot".
Pihak sekolah menghubungi Hannah atas kejadian ini. Tentu saja wanita paruh baya itu sangat malu dan meminta maaf.
"Ini pasti ada kesalahan. Nanti aku akan mengecek kembali hasil kerja putriku. Takutnya ada yang sudah mengganti jawaban dia agar mendapatkan nilai nol," ucap Hannah lewat telepon.
Callista yang kebetulan mau lewat, mendengar pembicaraan Hannah dengan pihak sekolah. Dia tersenyum lebar karena sudah membuat Zanetha dan Hannah malu. Gadis itu pun buru-buru kembali ke kamarnya agar tidak kepergok oleh ibunya itu.
Tidak lama setelah Callista masuk ke kamar, terdengar suara Hannah memanggilnya. Namun, dia pura-pura tidak mendengar dan memilih membaca sambil mendengarkan radio.
"Callista!" teriak Hannah begitu masuk ke kamar.
"Ya, Ma," balas gadis itu.
"Kenapa Zanetha bisa mendapatkan nilai nol dari semua tugas yang kamu kerjakan?" tanya Hannah.
"Hah! Mendapatkan nilai nol. Bagaimana bisa?" Callista pura-pura tidak tahu dengan memasang wajah polosnya.
"Mama juga tidak tahu. Tapi, pihak sekolah barusan menghubungi ke rumah kalau ketiga tugas Zanetha semuanya mendapatkan nilai nol," ucap Hannah dengan gusar.
Callista tertawa dalam hatinya mendengar kabar ini. Rasanya dia ingin bersorak senang karena Zanetha mendapatkan kesulitan dan malu. Seperti yang dahulu sering dia dapatkan.
'Rasakan. Ini baru permulaan. Lihat saja, aku akan segera menemukan siapa orang tua kandungku dan pergi dari sini. Biar tahu rasa nanti tidak ada ginjal untuk Zanetha,' batin Callista.
"Apa di sekolah ada murid yang suka mencari gara-gara kepada Zanetha?" tanya wanita paruh baya itu penasaran.
"Aku tidak tahu, Ma. Aku juga tidak begitu mengenal teman-teman Zanetha," jawab Callista.
'Yang ada putri kesayangan Anda yang suka melakukan gara-gara di sekolah,' batin Callista.
***
Zanetha mendapatkan teguran keras dari pihak sekolah dan disuruh mengikuti kelas tambahan. Tentu saja ini membuat dia marah dan tidak terima.
"Kakak, kenapa jawaban tugas aku salah semua?" tanya Zanetha dengan merengek kepada Callista.
"Kamu meragukan kecerdasan aku?" tanya Callista balik dan Zanetha menggelengkan kepala.
Zanetha memang bodoh, kalau dia teliti tulisan di buku tugasnya itu bukan tulisan Callista. Karena dia memang masa bodoh orangnya. Gadis itu juga tidak pernah teliti dan membaca kembali hasil tugas miliknya. Jika dia cerdas maka sudah pasti tahu bukan Callista yang mengerjakan tugasnya. Padahal sudah diberi tahu sama Callista kalau tulisan dirinya dengan dia berbeda.
"Nanti Kakak bantu kamu belajar, ya! Agar kamu menjadi murid yang pintar dan tidak akan ada yang berani menghina kamu dengan sebutan bodoh," ujar Callista layaknya kakak sayang sama adik.
***
Sekolah Alexandria kali ini dihebohkan dengan hilangnya beberapa barang milik murid-murid. Banyak sekali yang mengaku kehilangan barang yang di simpan di loker atau laci meja mereka.
"Pensil emas miliki hilang," ucap salah seorang murid perempuan sambil terisak menangis.
"Buku novel aku juga tidak ada di lokerku," sahut yang lain.
Banyak murid mengadu ke ruang OSIS akan kejadian ini. Charlie dan anggota OSIS lainnya bersepakat akan melakukan penggeledahan kepada semua murid, tanpa terkecuali.
"Untuk menemukan barang-barang yang hilang akan dilakukan penggeledahan dan pencarian di seluruh area sekolah. Jadi, tidak boleh ada terlewatkan satu pun!"
Charlie dan beberapa anggota OSIS melakukan pencarian barang di tas, loker, dan laci meja semua murid. Mereka melakukan penggeledahan kepada semua murid tanpa terkecuali. Selama ini kadang ada beberapa murid dari keluarga tertentu yang mendapatkan keistimewaan. Contoh seperti keluarga Kinsey, Callisto, dan Howard. Anak-anak dari keluarga bangsawan kelas atas yang masih memiliki kekerabatan dengan raja-raja terdahulu.
Bahkan barang Charlie Kinsey juga diperiksa oleh temannya yang merupakan anggota OSIS. Begitupun dengan barang anggota OSIS lain akan digeledah oleh rekan mereka. Ini demi menegakkan keadilan bagi semua orang.
'Callista kemarin pernah bilang kita semua anggota OSIS harus menegakkan keadilan bagi semua murid tanpa memandang dari golongan kelas keluarga. Karena, mereka yang memiliki kekuasaan kadang suka menyalahgunakan,' batin Charlie.
Pemuda itu juga disuruh berhati-hati dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Jangan sampai salah dan mencelakai orang yang tidak bersalah. Menjatuhkan hukuman bagi para murid yang bersalah di intern lingkup sekolah memang berada pada ketua OSIS, atas pengawasan dan persetujuan pihak dewan sekolah.
'Aku harus memberi tahu Callista akan masalah ini. Besok dia baru masuk sekolah. Aku harus hati-hati dalam bertindak,' lanjut Charlie di dalam hatinya.
"Pelaku sudah ketemu!" teriak salah seorang murid laki-laki yang berlari di lorong lantai tiga.
Para murid kelas tiga yang barangnya sedang digeledah oleh Charlie langsung bersorak. Kejadian ini tentu saja membuat mereka marah dan tidak nyaman ketika barang pribadi diperiksa oleh OSIS.
Charlie dan beberapa anggota OSIS yang sedang ada di sana dibuat terkejut, tetapi senang juga karena pelaku sudah tertangkap. Mereka pun pergi menuju tempat di temukan barang-barang curian itu.
Ternyata barang-barang yang hilang milik murid-murid itu berada di sebuah loker milik Vanessa Anson. Murid perempuan berparas cantik dari keluarga bangsawan kelas atas seperti keluarga Owen. Wajah gadis itu pucat pasi layaknya mayat.
"Dasar pencuri!" teriak salah seorang murid perempuan yang kehilangan pensil emasnya itu. Murid itu memegang erat benda yang dianggapnya sangat penting itu.
"Aku tidak menyangka putri dari keluarga Anson, berani mencuri barang-barang milik temannya. Apa sekarang keluarga kamu menjadi miskin?" bentak murid perempuan yang kehilangan buku novelnya.
"Bukan aku. Aku sendiri tidak tahu, kenapa ada barang-barang itu di lokerku. Keluarga aku masih mampu membeli semua barang seperti itu. Aku juga tidak menginginkan barang-barang seperti itu," kata Vanessa melakukan pembelaan terhadap dirinya.
Caci maki dan hinaan terlontar dari beberapa murid yang menjadi korban kehilangan barang. Sementara Vanessa bersikukuh mengaku tidak mengambil barang mereka.
"Kalau bukan kamu yang mengambil, lalu siapa? Hantu!" hardik murid laki-laki bertubuh tinggi besar.
"Kau sudah mempermalukan keluarga Anson. Apakah masih pantas hidup?" teriak murid lainnya.
***
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...
sehat slalu...
ku tunggu karyamu yang lainnya...
smoga callista bahagia slalu...