Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
El mau ketemu papa
Elouise Avram, kembaran Alexix. Sosok anak yang penurut, dan pengertian. Dia selalu menjadi penyembuh kesedihan sang mama, walau dirinya sama-sama terluka.
Tes!
Air mata Azalea tak sengaja jatuh di tangan Elouise hingga membuat bocah menggemaskan itu terbangun.
"Mama nanis?"
Azalea tersadar, dia bergegas menghapus air matanya dan melebarkan senyumnya yang ia paksakan. Tangannya mengelus rambut putranya yang kini menatapnya dengan mata jernihnya.
"Enggak, mama gak nangis. El sudah baikan belum sayang? Perutnya masih mual? dadanya sesak tidak?" Tanya Azalea dengan suara bergetar.
El, panggilan sayang untuk putranya. Bocah itu langsung duduk, dia mengusap pipi sang mama dengan tangan mungilnya.
"Mama cedih kalna El cakit yah? El mau cembuh, bial mama nda cedih lagi." Lirih Elouise dengan suara bergetar.
Azalea tak tahan lagi, dia menangis dan langsung memeluk putranya dengan erat. Hanya putranya yang ia punya, bahkan dia rela menghabiskan harta yang ia punya deki kesembuhan putranya.
"El harus sembuh yah nak, mamah akan selalu bersama El. Mama akan cari uang lebih gita lagi, agar EL sembuh." ISak Azalea.
Elouise melepaskan pelukan Azalea, lalu dia mengusap air mata sang mama dengan tangan mungilnya. Mata jernihnya menatap sang mama yang juga menatapnya.
"El kacian cama mama, kita pulang aja yah ma. Mama capek kelja cali uang, El macih cakit telus. Doktel na nda bica cembuhin El, kita pulang aja yuk ma." Ajak El.
"Syutt, sini dengerin mama." Azalea mengambil tangan El, dan di genggamnya lembut tangan putranya itu.
"El gak pernah buat mama capek, kesembuhan El adalah kebahagiaan mama. Dan El disini, agar El cepat sembuh. El katanya mau jadi superhero buat mama kan? El harus sembuh hm,"
El tersenyum, "Mama benal! El halus cembuh! bial bica jadi cupelhelo mama!" Pekik El.
Azalea tersenyum haru, dia beranjak dari duduknya dan berpindah duduk di tepi brankar.
"Tadi doktel cudah cuapin El makan, tadi makanna enak. Ada ayamna, nda hambal. Elouise cuka." Ceritanya dengan polos.
"Oh ya? mama juga punya kamar, malam nanti El sudah di perbolehkan pulang." Seru Azalea.
Senyum El mengembang, dia menatap Azalea dengan tatapan berbinar. "Benalkah!! Holee!! El pulang, bica mandikan ayamna El. Kacian, dia nda mandi ceminggu kalna El ada di lumah cakit."
"Hei! El gak boleh lagi deket ayam, ayamnya sudah mama jual."
"APA?! AYAMNA EL DI JUAL?" Pekik Elouise dengan tak terima.
Azalea meringis, dia menjual ayam jago milik El karena khawatir dengan virus ayam yang akan berdampak buruk bagi putranya.
"Maaf El, mama melakukannya karena takut kamu sakit." Lirih Azalea.
"Ayam na El nda ada belalti?" Cicit Elouise dengan wajah yang terlihat sedih.
"Mama khawatir dengan kesehatan El, katanya mau cepet sembuh. Jadi, harus jaga pola hidup sehat." Azalea menyemangati putranya, sembari mengusap rambut sang putra.
"Oke deh, nda papa." Lirih El.
Tiba-tiba, Azalea murung. Dia kepikiran dengan saran dokter. Tentang cuci darah yang akan di jalani oleh putranya.
"Gajiku saja hanya dua juta, cuci darah seminggu tiga kali ... bagaimana bisa kami makan? Uang tabunganku tersisa lima juta saja, dan itu pun nantinya akan kepotong dengan biaya rumah sakit selama tiga hari ini. Bagaimana aku mendapatkan uang untuk pengobatan El selanjutnya." Batin Azalea.
"Apa aku harus berhutang?" Azalea menepis pikirannya itu, jika sudah berhutang. Kehidupannya bukan lebih baik malah semakin runyam. Tapi, dia butuh uang. Putranya harus tetap hidup.
Tatapan Azalea jatuh pada putranya yang tengah memainkan bonekanya, dia merasa kasihan dengan putranya yang tak pernah ia belikan mainan. Azalea hanya bisa mengelus kepala putranya itu dengan sayang.
"Kalau dulu, mama tidak memisahkan mu dengan ayah dan kembaranmu. Pasti saat ini, kamu mendapat pengobatan yang terbaik. Mainan yang mewah, dan kehidupan yang layak. Maafkan mama yang egois, memisahkan mu dengan ayah kandungmu dan membawamu pergi darinya." Batin Azalea.
"Ma." Panggil Elouise membuyarkan lamunan Azalea.
"Iya sayang?" Sahut Azalea.
"El mau tanya, tapi mama jangan malah ya." Permintaan Elouise, membuat Azalea mengerutkan keningnya.
"Kapan mama marah pada El? gak pernah kan? jadi, bicaralah. Mama akan mendengarkannya." Azalea mengambil kedua tangan putranya sembari menatapnya dengan senyuman manis.
Elouise tertunduk, dia berat ingin mengatakan hal tersebut. Khawatir, mama nya akan marah padanya.
"El ... El mau ketemu papa." Cicitnya.
Degh!!
Hati Azalea sakit mendengarnya, sampai kapan dia harus menyembunyikan putranya dari sang suami? bahkan, putranya yang tak pernah bertanya tentang papahnya. Kini, bertanya padanya. Bagaimana dia menjawabnya?
"Ma, El mau ketemu papa. Cekaliii caja, El janji. El cuman mau tau, papa El gimana. Kalna, El kan cuman liat papa na olang-olang aja."
Azalea mengatur nafasnya, dia lalu mengusap pipi putranya sembari mendekatkan wajahnya.
"Papa El, dia seorang pria yang hebat. Tapi, mama dan papa tidak bisa bersama lagi. Apa kamu mau ikut papa mu? jika iya, kita tidak akan bisa bertemu lagi sayang,"
Elouise melengkungkan bibirnya ke bawah, dia menangis dan langsung mendekap erat Azalea. Isakan tangis seorang anak terdengar, dia tak ingin pisah dengan sang mama.
"Ndaa!! El mau cama mama aja! El nda mau papa! El mau cama mama aja hiks ... El mau cama mama aja hiks ...,"
Air mata Azalea kembali luruh, dia membalas pelukan putranya dan membisikkan kata-kata penenang. Di elusnya bahu sang putra dengan lembut, sembari mengecup pipi nya.
"Ya, El akan selalu sama mama. Sudah yah, jangan menangis lagi. Nanti, sesak lagi dadanya."
El melepaskan pelukannya, matanya memerah dengan air mata yang masih menggenang.
"Mau minum." Cicit El.
"Tapi sedikit aja yah." Khawatir Azalea. Sebab, putra nya tidak boleh minum banyak karena penyakitnya.
Elouise mengangguk, dia menunggu Azalea membukakan botol air untuknya. Setelah Azalea menyodorkan ujung botol padanya, Elouise meminumnya dengan rakus. Tentu saja Azalea langsung panik karena hal itu.
"E-eh!! sudah! sudah!" Pekik Azalea kembali menarik botol itu. Hampir setengah botol yang sudah putranya habiskan.
"El haus mama, cedikit lagi yah." Bujuk El.
"Nanti lagi yah." Dengan berat hati, Azalea melarangnya.
Sungguh perih hati Azalea sebagai seorang ibu, dia melarang putranya yang kehausan itu untuk minum banyak. Padahal, dia bisa minum air sebanyak apapun yang ia mau. Tapi El, karena penyakitnya dia harus mengurangi minum nya.
"El, maafin mama yah." Ujar Azalea setelah kembali menaruh botolnya.
"El tau, nanti El mau minta es batu na aja yah."
Azalea mengangguk, m3ngulum es batu bisa membuat penurunan rasa haus. Putranya hanya bisa minum sedikit tiap harinya, bagaimana mungkin Azalea bisa makan dengan tenang? jika putranya sehari-harinya hanya akan makan dengan makanan hambar dan minum air yang sedikit.
"Maafkan mama El." Batin Azalea sembari mengelus sayang kepala anaknya.
___
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE DAN HADIAHNYA🥳🥳🥳😍😍😍
Terima kasih, semoga sehat selalu😊