Berjuang sendirian sejak usia remaja karena memiliki tanggungan, adik perempuan yang ia jaga dan ia rawat sampai dewasa. Ternyata dia bukan merawat seorang adik perempuan seperti apa yang dirinya sangka, ternyata Falerin membesarkan penghianat hidupnya sendiri.
Bahkan suaminya di rebut oleh adik kandungnya sendiri tanpa belas kasihan, berpikir jika Falerin tidak pernah memperdulikan hal itu karena sibuk bekerja. Tapi diam-diam ada orang lain yang membalaskan semua rasa sakit Falerin. Seseorang yang tengah di incar oleh Faldo, paparazi yang bahkan sangat tidak sudi menerima uangnya. Ketika Faldo ingin menemui paparazi itu, seolah dirinya adalah sampah yang tidak pantas di lihat.
Walaupun Falerin terkesan selalu sendiri, tapi dia tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam melindunginya. Berada di saat ia membutuhkan pundak untuk bersandar, tempat untuk menangis, dan rumah yang sesungguhnya. Sampai hidupnya benar-benar usai.
"Biarin gw gantiin posisi suami lo."
Dukungannya ya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angel_Enhy17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋇⋆CHAPTER 9 : STILL LOVE⋆⋇
"Seharusnya gw gak biarin dia pergi... "
Harka berdiri lemas, seperti akan terjatuh tertarik oleh gravitasi bumi yang kuat. Celline juga tidak tahu bagaimana bisa semua ini terjadi, karena setahunya tidak ada masalah dengan pernikahan sahabatnya. Sepertinya ia harus turun tangan mencari tahu, karena kondisi Harka sekarang, dia pasti enggan memberi tahunya akan apa yang terjadi sebenarnya sekarang.
Bagaimana bisa Harka tahu Celline? Mereka satu sekolah bersama dengan Falerin, tapi Harka adalah kakak kelas Celline saat itu dan Celline tahu betul jika Harka sangat mengincar Falerin dari saat mereka sekolah dahulu. Tapi dari sikap Harka yang sekarang, mungkin perasaan itu masih dalam keadaan utuh tanpa ada yang terkikis oleh waktu.
Celline juga tahu kalau Harka adalah salah satu artis naungan agensi yang Falerin dirikan, dan Harka adalah artis paling sukses dari pada yang lain. Mungkin karena visual yang dia tunjukkan sekaligus sikap ramahnya kepada banyak orang, semua orang tentu saja akan tertarik kepada pria berumur 25 tahun itu.
"Lo gak khawatir sama paparazi lo?" Sebenarnya Celline juga khawatir dengan hal ini, Harka datang begitu saja tanpa memakai masker atau bahkan pakaian tertutup ketika datang.
"Tenang aja, menejer datang nanti. Dia bakal kasih ruang, lo jangan khawatir... "
"Lo masih suka sama, Erin?"
Pertanyaan itu membuat Harka seketika terdiam di sana, ia tidak mengerti mengapa perasaan ini masih ada begitu lama, bahkan ia merasa jika perasaan itu semakin besar jika di biarkan. Semakin Harka ingin melupakan perempuan itu, semakin besar perasaan itu dan terlalu takut untuk sekedar berpaling untuk beberapa detik-detik. Celline mungkin sudah cukup tahu dengan semua itu, Harka masuk ke dalam agensi yang Falerin dirikan, mungkin untuk berusaha.
Namun, sepertinya sebuah kesialan ketika pria itu juga tahu. Kalau perempuan yang ia perjuangkan ternyata menikah dengan orang lain, patah hati terdalamnya saat itu. Nyaris menyerah, tapi sepertinya kondisi rumit itu tidak membiarkannya lengah sama sekali.
"Gw tau niat lo baik, kak... Tapi apa gak masalah? Lo tau sendiri kan kalau-"
"Gw tau, gw cukup sadar soal itu. Gw cuma mau berperan sebagai seorang kakak laki-laki yang Falerin butuhin, gak lebih. Soal perasaan, gw bisa berusaha buat hilangin itu... "
Harka terlalu tulus untuk ukuran pria jaman sekarang, dia terlalu lama menyukai Falerin bahkan sampai detik di mana ia melihat perempuan yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, menikah dengan pria lain.
...♡♡♡...
"Rumi demam, makanya ibu chat kamu sama ponselnya Rumi. Maafkan ibu merepotkan kamu di saat kamu sibuk, nak. Falerin pasti bakal marah-"
"Dia tidak akan marah, justru dia pasti akan menyuruh ku kemari untuk memeriksa keadaan Rumi. Ibu tenang saja,"
Maafkan aku, Erin. Aku lebih memilih Rumi dari pada kamu, setelah apa yang aku lakukan kepada mu, maafkan aku. Faldo merasa jika semua ini benar-benar salahnya, ia tidak akan menyalahkan wanita itu yang menghubungi dirinya, Faldo akan menyalahkan dirinya sendiri jika saja terjadi sesuatu kepada Falerin atau bahkan Rumi. Pria itu aneh, jika bingung memilih.
Di satu sisi, Rumi pingsan karena demam tinggi yang dia alami. Walaupun rasa sakitnya tidak sebanding dengan orang lain yang tengah Faldo lupakan sesaat ini, sepertinya Faldo sudah memilih untuk sekarang. Kondisi Rumi memanggilnya untuk datang melihat, ia akan merawat Rumi sampai perempuan itu lebih sehat nantinya. Baru nantinya ia akan memastikan jika Falerin akan baik-baik saja.
...♡♡♡...
"Cowok sialan itu-"
"Lo kenapa?" Celline menoleh ke arah di mana Harka baru saja keluar dari ruangan Falerin, pria itu hanya memastikan jika Falerin sudah sadar atau belum. Pria itu berjaga selama hampir 8 jam penuh, bahkan jam sekarang menunjukkan ke angka 3 dini hari.
"Suami goblok itu, bisa-bisanya dia ninggalin istrinya lagi sakit. Emangnya sepenting apa sih kerjaan dia tuh? Bingung gw." Harka menatap ke arah Celline, sepertinya gadis itu tidak tahu apa-apa soal hubungan antara Faldo dan Falerin.
Harka tidak akan menambahi masalah yang akan datang, cukup Celline yang akan mengetahui semuanya sendiri. Mungkin ia akan di salahkan karena tidak memberi tahu sejak awal, tapi itu setidaknya adalah solusi untuk memendam amarah gadis itu agar tidak meledak.
Di satu sisi, kedua mata perempuan itu mulai terbuka. Mencari seseorang yang ia harapkan, suara yang seharusnya dia dengar sejak tadi tidak muncul bahkan saat ia sadar sekarang. Seseorang yang ia harapkan, tidak datang. Senyumannya yang mengembang karena pintu inapnya terbuka, justru yang muncul bukan suaminya. Melainkan, salah satu aktor. Siapa lagi jika bukan Harka.
Pria itu menghadiri Falerin dengan raut wajah yang ia buat senormal mungkin, dia duduk di salah satu kursi dan memastikan jika Falerin sudah tidak demam lagi. Dokter bilang jika Falerin hanya terkena asam lambung akut, karena tidak makan seharian membuat asam lambungnya naik. Untungnya tidak begitu membuat Falerin harus di inap lama.
"Sudah lebih baik? Atau masih pusing?" Tanyanya, sedangkan respon Falerin hanya diam dan menatap ke arah pintu. Dari situ Harka tahu, bukan dirinya yang di harapkan perempuan itu.
"Kamu mencari siapa?" Falerin menatap ke arah Harka, dan kemudian terdiam.
Tidak seharusnya aku berharap dia ada di sini, ucapnya di dalam hati. Entah kenapa ini begitu rumit, baru saja ia mendengar suara suaminya membujuknya untuk makan dan sekarang dia sudah tidak ada lagi.
Falerin terdiam cukup lama, suasana yang mendadak canggung di antara keduanya. Tiba-tiba saja Celline masuk ke dalam ruangan itu, dan memeluk perempuan itu yang tengah berbaring di atas bangsal dengan keadaan yang sangat lemah. Ia nyaris menangis karena keadaan sahabatnya yang terlalu buruk, dan keputusannya pindah membuatnya menyesali segalanya.
"Gw gak tau kalau lo bakal sesakit ini, kenapa lo gak cerita sama gw waktu kita telepon kemarin?" Falerin tersenyum melihat sahabatnya nampak khawatir kepadanya, setidaknya ia ada tujuan hidup sekarang.
"Aku tidak mau kalau kamu khawatir, agar kamu bisa fokus belajar-"
"Lo masih formal kayak dulu? Lo yang bener aja? Jangan ngomong formal sama gw, gw bukan produser." Celline memeluk Falerin dengan erat, ia sangat merindukan Falerin.
Walaupun sebenarnya ia bisa saja pulang sesekali ke Indonesia, hanya saja ia tidak bisa melakukannya terlalu sering. Karena masa belajarnya pasti akan terganggu, liburan sesekali memang tidak masalah. Tapi Celline terlalu berambisi untuk mengalahkan kesuksesan sahabatnya itu dengan cara sehat. Ia mau bersanding anggun di samping sahabatnya itu.
Di saat seperti ini Celline tidak akan berpikir seperti sebelumnya, ia hanya mau berada di samping Falerin kapan pun dan memastikan jika perempuan itu baik-baik saja di sampingnya. Harka melihat situasi yang seperti ini, dia tidak mengganggu kegiatan saling memeluk itu.
Pria itu memutuskan keluar dari ruangan itu, membiarkan kedua perempuan itu menumpahkan rindu yang sudah di pendam lama. Harka keluar, dia pergi menemui salah satu dokter kenalannya untuk mengetahui lebih lanjut lagi. Dia adalah teman dekat Harka saat masa kuliah dahulu, berakhir ia harus putus kuliah karena masalah biaya.
Harka menunggu cukup lama, karena ia tidak membuat janji. Ia terpaksa ikut mengantri bersama pasien yang lain, dengan antrian yang terlalu banyak ia baru bisa menemui teman dekatnya itu saat hampir pagi. Itu bukan masalah besar, karena ia berniat menemui dan berbicara serius.
"Maaf sekali, masa pemeriksaan berakhir mohon hubungi besok saja-"
"Ini gw... " Seketika dokter itu mendongak, menemukan Harka berdiri di depan ruangannya. Seketika senyumannya terlihat sangat sumringah, dia beranjak dari tempat duduknya dan memeluk temannya itu dengan erat.
"Kenapa lo gak bilang?! Lo bisa chat gw aja biar gak ikutan antri!!!" Karena kesal dokter muda itu meneriaki telinga Harka dengan keras, dia tidak takut di hujat oleh fans temannya itu.
"Gw menghargai pasien lo, jadi gw mau ngomong serius sama lo... " Seketika dia melepaskan pelukannya itu, dan ekspresinya berubah menjadi serius.
"Tanyain apa aja, Har. Gw bakal jawab, dan gw bakal bantu masalah lo... "
"Ini tentang Falerin... "