Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Em.."! Astaga lama banget lo , untung udah di ambilin makan siang lo sama gue .Tuh liat antrean udah kaya kereta.."
Emily melihat ke belakang dan antrean masih terlihat panjang ,memang bersyukur sekali memiliki sahabat seperti Sebastian ini.
"Uuuttuuttt uttuttt..Thank you ,emang gak apa apa ngambil makanan sekaligus.?"
Sebastian tersenyum mengejek .
"Apa sih yg gak bisa gue lakuin ,tenang kan ada orang dalem ."
"Apaan sih sombong amat lo."
Emily terkikik geli melihat tingkah songong Sebastian kali ini .Memang tidak ada yg berubah pria itu masih sama suka menyombongkan diri .
" Nih drum stick kesukaan elo, sengaja gue umpetin yg banyak ngambil nya."
Lagi dan lagi Emily di buat tertawa oleh tingkah konyol sahabat nya ,ide dari mana pria itu menyembunyikan drum stick ayam yg di gulung dengan tisu .
"Thank you sekali lagi .Ya ampun...ini mah ada rasa rasa tisu nya".
"Haaa .....Amanlah higenis gue yg pegang ini."
Emily geleng geleng kepala ,ia menyantap makan siang nya benar benar berasa dapet jackpot makannya kali ini super lahap bahkan tanpa malu nampan nya bersih tidak ada sisa ,hanya ada sisa tulang ayam nya saja.
"Emily...Lo malam ini ada waktu gak .?"
Emily menoleh ,sudah dua pria menanyakan hal seperti itu pada hari ini. Apakah ini hari spesial ? Tidak seperti biasanya dirinya dadakan menjadi orang tersibuk di Ibu kota .
"Malam ini ya..?"
Sebastian mengangguk.
"Iya.."Gue mau ajak elo ke suatu tempat "
Kening Emily mengerut.
"Kemana itu ?"
"Ish ... Kaya anak ABG lo main rahasia rahasiaan "
Sebastian terkikik geli .
"Ya kan biar keren dikit.."
Emily hanya menggeleng gelengkan kepalanya .
"Gimana ada waktu nanti malem..?"
Emily terdiam , sebenarnya ia sudah terlanjur menyetujui ajakan Satria . Tidak mungkin menerima ajakan mereka berdua , apalagi sama sama malam ini.
"Sorry..malam ini gue gak bisa Pak Bos dadakan ada acara..!"
"Ke mana??"
Emily mengedikkan bahunya .
"Gue juga gak tau ..
"Apa ada acara besar malam ini ? Secara lo juga ngajak samaan pula..'
Sebastian terdiam , keberaniannya hilang begitu saja padahal ia sudah bertekad akan mengutarakan perasaan nya malam ini .Entah di terima atau tidak
Ia sudah lapang dada setidaknya Emily sudah tau perasaan nya saat ini.
"Ye...malah diem.."
Sebastian menoleh ,ia hanya tersenyum tipis .
"Ntah lah mungkin aja ada acara penting ,gue cuma ngajakin nongkrong gak penting ko..!"
*****
Emily menatap sekali lagi ke arah cermin melihat dirinya saat ini di balut dress hitam selutut ,tidak ada yg terlalu terbuka seperti acara sebelum nya karena takut akan ada acara keributan lagi..
Satria sudah menunggu sedari tadi di lobi apartment deringan ponsel menandakan bahwasannya ia harus segera bergegas.
"Pak kita mau kemana..?"
Tanya Emily setelah sampai di lobi . Satria langsung berdiri pria itu terlihat seperti sedang terburu-buru bahkan tidak mengidahkan pertanyaan Emily.
"Huh...Gue kan jadi gak tau apakah baju yg gue pake ini cocok apa enggak ?? Kalo ternyata dateng ke acara penting gimana? Apa enggak terlalu sederhana?"
Sekali lagi Emily melihat penampilan nya ,tapi tidak ada komentar dari Satria bearti dirinya aman kan..?"
Mobil yg mereka tumpangi membelah jalanan ibu kota di malam hari ,kali ini Satria tidak membawa nya sendiri melainkan bersama sang sopir.
Dua puluh menit sampai di salah satu restoran Jepang dari depan saja sudah terlihat ornamen kental dari negeri sakura.
"Kamu hanya perlu diam ,anggap saja yg terjadi di dalam sana tidak kamu dengar."
Ujar Satria sebelum memasuki pintu masuk.
"Maaf".
"Resefasi untuk Pak Wiratama..?"
Dua orang pramuniaga itu menuntun jalan menuju tempat yg sudah di pesan sebelum nya .
Emily berdecak dalam hati bener benar rasanya seperti berada di Jepang walau sejujurnya ia pun belum pernah ke negara itu.
"Silakan Pak ."
Ketika pintu ruangan di buka tampaklah sekumpulan keluarga sedang makan bersama , ketika mereka datang tawa itu terhenti.
"Satria...Sini nak.."
Suara sambutan dari wanita paruh baya itu mengecil di akhir katanya ,kini fokus mereka tertuju pada wanita di samping Satria.
Emily merasakan tangannya menghangat , Satria menggandengnya hingga berada tepat di depan keluarga itu.
"Satria tidak akan lama lama di sini ,ini yg Satria maksud wanita ini lah yang akan Satria nikahi ."
Mata Emily melotot sempurna ,ia menoleh ke samping menatap penuh tanya pada Bos nya itu.
Brakk...
"Kamu ...gila ..Hah..? Mau di kemana kan Catrine ?"
Suara paruh baya itu melengking ,hingga membuat Emily memejamkan ke dua mata nya . Suasana di dalam ruangan itu seketika menjadi terasa memanas .
"Sudah di katakan,dia itu si Catrine selingkuh ,Yah ."
"Lalu apa bedanya kamu ..? Sekarang membawa wanita jalang seperti ini ke sini ."
"Dia bukan wanita jalang".
Suara Satria meninggi otot-otot di sekitaran lehernya terlihat.
"Ini keputusan Satria ,tidak perduli jika Ayah tidak setuju..!"
"Nak ...nak ... dengerin Ibu . Catrine sedang hamil ,kenapa kalian memilih berpisah.?"
Sorot mata Satria menajam menatap sang Ayah.
"Apa Ayah tidak cerita ke Ibu..?"
"Cukup...Jangan bawa bawa hal itu, ibu mu sedang sakit..!"
Satria mencebik , posisi nya saat ini benar benar sulit .Ia ingin terlepas dari sang istri tetapi Ayah nya itu hanya memikirkan nasib perusahaan mereka.
"Ibu ...silahkan tanya sendiri ke Ayah , semuanya sudah Satria katakan serta bukti bahwasannya menantu kesayangan ibu itu tidak sebaik yg di lihat.."
Setelah berkata seperti itu Satria berbalik menarik tangan Emily untuk meninggalkan ruangan itu..
"Nak..!"
Langkah kaki Satria terhenti ketika suara sang ibu memanggil ,ia kembali menoleh terlihat linangan air mata menumpuk di mata ibu nya.
"Walaupun ibu sedang sakit , tolong jangan tutupi apapun pada ibu."
Satria menoleh kepada sang Ayah menatap penuh kebencian .
"Memang dari awal Satria ingin mengatakan ke ibu tetapi suami kesayangan ibu itu selalu menghalangi."
Kali ini mereka berdua benar benar meninggalkan itu, Emily hanya mengikuti langkah Satria walaupun ada rasa tidak nyaman, karena sedari tadi tangan nya di genggam dengan sangat eratnya seperti semua emosi nya ingin tersalurkan kepada nya.
"Kamu pulang saja ,biar saya mobil yg bawa "
Satria membuka pintu kemudi ,sang sopir yg sedang memainkan ponsel pintarnya itu terkejut .
"Ini untuk naik taxi "
Satria memberikan uang beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Ba . Baik Pak ... Terimakasih.."
"Ayo masuk.."
Ujar Satria melihat sekretaris nya itu masih berada di luar.
Emily tersadar begitu banyak pertanyaan yg bergelora dalam pikirannya. Sejenak ia ingin menyampaikan nya pada Satria ,namun kemudian terhenti . Ia mengamati raut wajah Satria yg kelam dan mencoba menyimpan semua keinginan tahuannya , dengan hati yg berkecamuk antara penasaran dan takut .
Lalu Satria membawa laju mobilnya ke suatu tempat yg . ...